NovelToon NovelToon
From Duks Till Dawn

From Duks Till Dawn

Status: sedang berlangsung
Popularitas:144
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Seorang perempuan cantik dan manis bernama Airi Miru, memiliki ide gila demi menyelamatkan hidupnya sendiri, ditengah tajamnya pisau dunia yang terus menghunusnya. Ide gila itu, bisa membawanya pada jalur kehancuran, namun juga bisa membawakan cahaya penerang impian. Kisah hidupnya yang gelap, berubah ketika ia menemui pria bernama Kuyan Yakuma. Pria yang membawanya pada hidup yang jauh lebih diluar dugaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Berhenti Berlari, Ampunilah!

“Bagaimana? Apa terlihat cocok?” tanya Airi gugup, memperagakan dirinya.

Mereka sudah sampai pada mall yang paling terkenal di kota tempat mereka tinggal sekarang. Selain membeli sepatu Ryuka juga sekalian membelikan baju bahkan pakaian dalam baru untuk Airi.

Ryuka terperangah melihat penampilan gadis dihadapannya. Dress putih yang panjangnya sebatas lutut, cardigan hitam yang melapisi bahu hingga pergelangan tangannya, juga sandal sepatu hitam yang cukup tinggi namun permukaan bawahnya rata.

Begitu serasi jika dipadukan dengan tas selempang hitam bergaris kotak putih kecil yang melingkar di bahu hingga pinggulnya, meski saat ini telapak kaki juga tumit Airi masih dilapisi beberapa hansaplas dan perban putih.

Mungkin akan jauh lebih sempurna, jika ditambahkan beberapa perhiasan di area tubuhnya.

“Ryuka? Mengapa melihatku seperti itu? Jelek ya?” tanya Airi lagi, membuyarkan lamunan singkat Ryuka.

Sontak yang ditanya menggelengkan kepala.

“Tidak! Sama sekali tidak jelek! Justru sangat cocok,” jawabnya sedikit panik.

“Sungguh? Tapi aku merasa tak nyaman mengenakan pakaian semahal ini,” ucap Airi ragu.

“Harus berapa kali ku katakan padamu, agar kau mengerti? Jangan membahas harga jika sedang berada bersamaku! Kau meragukan kekayaanku ya!?” geram Ryuka, kesal dengan sikap tidak enakan Airi.

“Bukan! Bukan begitu! Aku hanya.. merasa tak pantas menerima ini semua. Bagaimana caraku menggantinya?” ucap Airi kali ini dia yang panik dan gugup.

“Sejak awal sudah ku bilang, kan?” jawab Ryuka sembari mendekati Airi.

“Kau hanya perlu tetap bersamaku, apapun yang terjadi kedepannya.” lanjutnya mulai meraba pinggang hingga pinggul Airi.

“Ya, apapun yang terjadi.” Ryuka memberikan penegasan ulang.

Tangannya meremas ujung cardigan milik Airi.

“Kumohon, jangan pernah membenciku.” lanjutnya dengan suara bergetar, lalu menautkan kedua ujung cardigan milik Airi di area perut gadis tersebut.

Ryuka memohon dengan penuh rasa takut, mengingat kesalahan fatal yang tak bisa ia ungkapkan dengan jujur. Tangannya sedikit menegang untuk beberapa saat.

Airi menyadari rasa takut Ryuka, meski tak memahami alasannya setakut itu dibenci olehnya.

“Ryuka, mengapa kau harus takut? Apa kau tak mempercayai janjiku untuk tetap disisimu tanpa membenci?” tanyanya.

“Maaf, Airi. Aku.. sebenarnya aku..” ucap Ryuka terbata-bata, hendak mengakui kesalahannya namun ragu. Tangannya mulai menjalar ke bahu Airi, mencengkramnya begitu erat.

“Kamu.. kanapa, Ryuka?” tanya Airi cemas, ia menyentuh pipi Ryuka dengan hangat.

Ryuka menggeleng pelan.

“Sebelumnya aku mau tanya. Jika seseorang yang telah membunuh orang tuamu, ada disini untuk meminta maaf, apa kau akan memaafkannya?”

Airi terkejut mendengar pertanyaan itu, matanya penuh sorot rasa heran.

“Mengapa kau menanyakan itu? Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membuka luka lama!?”

“Jawab saja!” sergah Ryuka mulai terbawa perasaan.

“Sejujurnya, aku sangat membenci siapapun pelaku dibalik lenyapnya kedua orang tuaku. Aku dendam, dan memiliki niat untuk menghancurkan hidupnya jika bisa bertemu,” Airi menghentikan kalimatnya sejenak.

Mendengar itu, Ryuka sangat terkejut. Rasa takut semakin menggerogoti hatinya. Jika sudah begini, tentunya dia tak bisa mengakui kesalahannya, kan?

“Tapi, dibandingkan itu semua…” lanjut Airi ingin menjelaskan.

“Cukup, Airi. Aku tak ingin mendengar lagi kelanjutan jawabanmu. Semuanya sudah cukup jelas bagiku!” Ryuka menyela sebelum Airi sempat menyelesaikan kalimatnya.

“Kau ini, sebenarnya kenapa?” tanya Airi kian penasaran dengan tingkah aneh Ryuka.

“Tak apa, hanya saja… kau terlihat jauh lebih cantik jika cardigannya diikat seperti ini.” jawab Ryuka mengalihkan pembicaraan.

“Hubungannya apa dengan kematian orang tuaku?” tanya Airi tak mengerti.

“Tidak ada. Akan jauh lebih sempurna lagi jika…”

Ryuka melingkarkan sebelah tangannya pada pinggang Airi.

Menatapnya dengan lekat, lalu mengusap perlahan area lehernya dengan tangan yang satunya lagi. Jujur saja, Airi merasa berdebar mendapatkan sentuhan seperti itu.

“Ryu- Ryuka..?” tanya Airi gugup.

“Akan lebih sempurna jika, tubuh indahmu dihiasi perhiasan kan?” lanjut Ryuka, masih mengalihkan pembicaraan.

“Kau sedang mengalihkan pembicaraan?” Airi mulai menyadarinya.

“Sudahlah, ayo kita beli kalung, gelang, cincin, anting dan semua perhiasan lainnya!” Ryuka tak mempedulikan pertanyaan Airi.

Pria bermasker hitam itu dengan entengnya menggenggam tangan Airi, juga menariknya berjalan menuju toko perhiasan yang ada di mall tersebut.

“Hei, Ryuka! Kau ini kenapa?” tanya Airi masih berusaha mencari jawaban.

“Tak apa. Lupakanlah pertanyaanku yang tadi! Tak ada gunanya mengingat masa lalu, kan? Jadi ayo beli perhiasan dan nikmati masa sekarang!”

Meski dalam keadaan tak mengerti apapun, Airi menarik tangan Ryuka untuk menghentikan langkah mereka sementara. Ryuka tampak terkejut dengan aksi Airi yang tiba-tiba ini.

“Ryuka, dengar! Mungkin kau tak ingin melanjutkan ucapanmu, aku tak tahu alasannya. Tapi meski kau tak ingin mendengar kelanjutan ucapanku, aku akan tetap menyampaikannya hingga usai agar tak ada yang salah paham.”

Ryuka tersentak mendengar itu, entah mengapa tekad Airi benar-benar kuat kali ini. Airi menghela napas berat sebelum melanjutkannya.

“Aku memang membenci dan ingin menghancurkan hidupnya. Tapi jika dia berani datang untuk meminta maaf, aku sangat menghargai keberanian itu dan akan memaafkannya.” lanjut Airi menjelaskan.

“Yang aku tak suka adalah sikap pengecut yang membuatnya lari dari tanggung jawab!” Airi menambahkan penegasan.

Ryuka termenung sejenak, merenungi apa yang baru saja ia dengar. Begitu rupanya? Dia terlalu cepat menyimpulkan?

Ryuka sempat mengira bahwa pintu maaf sudah tertutup untuknya, jika kesalahan yang ia perbuat sefatal ini. Andai ia lebih berani lagi mengakuinya dan meminta maaf, sayangnya ia belum mampu untuk itu.

“Maaf,” ucap Ryuka pelan.

“Untuk apa?” tanya Airi tak mengerti.

“Aku belum bisa mengatakan alasannya, intinya aku hanya ingin minta maaf. Untuk selanjutnya, tolong jangan membenciku, ya.” Ryuka tak bisa sepenuhnya jujur pada Airi.

Airi masih tak mengerti, namun ia akhirnya menghela napas pasrah.

“Tidak akan ku maafkan, jika kau ingkar janji untuk membelikan ku perhiasan!” jawabnya sedikit bercanda.

Ryuka tertawa kecil, sedikit lega.

“Oh, jelas! Aku tak akan mengingkari janjiku yang itu! Ayo, kita lanjut ke toko perhiasan! Pilih apapun yang kau mau!”

Mereka pun melanjutkan langkahnya, kali ini sambil saling merangkul mesra. Meski belum ada status yang mengikat, sepertinya mereka sudah tidak canggung lagi untuk bermesraan.

Ryuka sesekali masih merasakan cemas bercampur sesal dalam hatinya, namun ia sembunyikan dibalik canda tawa di sepanjang perjalanan menuju toko perhiasan.

Sementara itu, Airi juga masih merasa ada yang janggal dari Ryuka. Namun ia sadar bahwa pria bermasker hitam itu memiliki ruang privasi, yang tak bisa sembarangan dimasuki orang biasa.

Itulah sebabnya, Airi tidak terlalu menekan Ryuka untuk menjawab pertanyaannya lagi. Ia sangat menghormati batas privasi tersebut.

Sesampainya pada toko perhiasan, banyak hal yang mereka beli. Kalung ruby yang berkilau namun tampak sederhana dan menawan, gelang emas putih, juga cincin dengan permata kecil ditengahnya.

Begitu anggun dan indah penampilan Airi saat ini. Jujur saja, Ryuka sangat terkesima oleh kesempurnaan gadis dihadapannya.

Ketika Airi menanyakan pendapat Ryuka tentang penampilannya, ia hanya memberikan sebuah cheff’ kiss sebagai jawaban.

Tak lupa mereka juga menindik telinganya. Ya, mereka tak terkecuali Ryuka. Vokalis yang sedang berkamuflase sebagai penjaga toko gadai itu, rindu sensasi berpenampilan keren dengan tindikan.

Setelah membeli perhiasan, Ryuka dan Airi memutuskan untuk makan siang di restoran yang masih dalam kawasan mall tersebut.

“Ryuka,” panggil Airi dengan lembut tiba-tiba ditengah kegiatan makan siang.

“Hmm?” sahut Ryuka singkat, sambil melumat makanan didalam mulutnya.

“Jika ku tanya ini, apakah privasi yang tak bisa kau jawab?” tanya Airi sopan, meminta izin untuk bertanya.

“Tak perlu kaku begitu! Tanya saja. Jika aku tak bisa jawab, paling aku akan mengakuinya dengan jujur padamu,” jawab Ryuka dengan santai memberi izin.

“Ini soal tato di dadamu. Aku penasaran, sejak kapan kau membuatnya?” tanya Airi canggung.

“Oh, tato ini? Aku membuatnya sejak pindah ke kota ini. Ini semacam bentuk perlindungan agar pelarianku tak ketahuan dan menimbulkan masalah nantinya.” jawab Ryuka santai.

“Ini semacam cara kamuflase agar ada pembeda antara Rakuyan dan Ryuka, ya?” tanya Airi lagi, kali ini dengan suara yang teramat pelan, hampir berbisik.

Gadis itu tak ingin identitas pria dihadapannya sebagai vokalis, diketahui oleh orang lain. Itulah mengapa ia berbisik pelan, ketika menyebutkan nama asli Ryuka.

Ryuka sempat terkejut bercampur kagum dengan kecerdasan Airi. Ia menghela napas, lalu menjawab.

“Yah, begitulah. Sejak awal aku sudah bilang bahwa aku bukan Rakuyan, kan? Pria bodoh itu sudah pergi dan menghilang, karena dia pengecut.”

“Jangan bicara seperti itu! Aku sebagai penggemarnya, merasa tersinggung jika kau sebut dia bodoh dan pengecut!”

“Buktinya, sampai sekarang dia terus melarikan diri dari tanggung jawabnya, kan?” Ryuka mencari pembenaran akan pendapatnya tadi. Suaranya mengecil, walau masih dengan nada santai.

“Dia tidak lari! Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Ryuka, sebelum meminta ampunan pada seseorang, ampuni dulu diri sendiri. Bagaimana bisa ia merasa layak untuk diampuni, jika dirinya sendiri pun tak mampu mengampuninya?”

Deg! Ryuka terdiam, kata-kata Airi tak bisa ia bantah lagi. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu pada pria yang telah membunuh orang tuanya? Apa memang semudah itu mendapatkan maaf darinya?

Benar juga, selama ini ia takut tak mendapat ampunan karena dia tak mampu mengampuni dirinya sendiri. Itulah sebabnya Ryuka melarikan diri selama ini.

Airi, dia.. meski hanya sedikit dan perlahan.. benar-benar telah menyadarkan Ryuka, tentang banyak hal yang belum ia pahami dari dirinya sendiri.

“Begitu rupanya? Terimakasih, Airi. Kuharap dia bisa mengampuni dirinya sendiri, agar mampu mengakui kesalahannya dan meminta maaf.” ucapnya sedikit lega, lalu kembali makan.

“Aku sangat menantikan tibanya hari itu,” sahut Airi dengan riang, tersenyum manis.

Mereka pun melanjutkan makan siangnya tanpa beban di hati, penuh canda tawa, sebelum akhirnya mengembalikan mobil sewaan dan pulang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!