Kirana alexa Larasati , seorang gadis cool , manis , dingin berusia 25 tahun tak sengaja mengalami kecelakaan saat akan pergi liburan . mobilnya menabrak sebuah pembatas jalan
ding. tuan rumah 0 poin . segera jalankan misi untuk mendapat poin.
"ughhhh kepalaku,"
kiara terbangun disebuah ranjang UKS
" hah suara apa itu?"
" aku adalah sistem utama 010. dan kamu adalah tuan rumah. segera selesaikan misi sebelum sistem hancur."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Anggora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Mahir Berbohong
"Sorry, Vin.. Gue nyesel.. Bener bener nyesel.. Tolong maafin gue, ya"
"Maaf? Buat apa? Apa maaf lo bikin Elisa balik? Enggak , kan?"
Alexa mengkode Arka agar keluar dari kamar , ia mengedipkan sebelah matanya. Arka menatap sendu penuh penyesalan pada Kevin dan Alexa. Namun ia tetap menuruti perintah Alexa juga.
"Vin.. Tenang ya.. Aku tahu ini berat, tapi kita pasti bisa laluin ini semua..."
Kevin sudah bangkit dan memukul tembok berkali kali. Meluapkan rasa kesalnya akan tindakan sang kakak yang menurutnya salah besar.
Bugh.
Bugh.
Kevin terus memukuli tembok hingga timbul bekas disana. Alexa menahan kepalan tangan Kevin dan menghadapkannya kearahnya. Berharap Kevin akan sadar akan kehadirannya disana.
"Keluar Al, Keluar sebelum gue ngelewatin batas!"
"Tapi , Vin ..."
"Keluar gue bilang!!!"
"Oke.. Gue ada didepan kalo lo butuh apa apa. Tapi satu yang harus lo tahu, Vin. Ini bukan salah Arka, kita masih mencari alasan dibalik kematian Elisa. Ingat gak sama buku novel online Elisa? Kemarin aku nemuin temuan baru sama Lian. Kalo kamu udah baikan , temuin aku diruang tengah. Kita bahas sama sama."
Kevin tercekat , diam membisu. Alexa mengelus punggung Kevin lalu berbalik berniat pergi dari sana sesuai kemauannya.
Tep.
Kevin mencekal pergelangan tangan Alexa, menahannya untuk tak bergerak.
"Jadi.. Semalam kamu sama Lian enggak-"
"Enggaklah, Vin. Lagian aku sama Lian cuma gak bisa tidur terus nyari nyari info , itu aja kok!"
"Apa kamu gak ada rasa sama Lian? Aku lihat kalo Lian tuh ngarepin kamu banget, Al! Makanya aku kesel dia deketin kamu terus. Maaf ya atas sikapku"
Kevin menggenggam tangan Alexa dan menatap matanya dalam dalam. Menyesal atas sikapnya yang sembrono itu.
Alexa menganggukan kepala. Kevin memeluk erat Alexa, Alexa membalas pelukan Kevin dengan hati ragu. Dapat ia rasakan kebahagiaan yang memancar dari hati Kevin saat ini, namun hatinya gamang. Takut dan khawatir jika suatu saat semua kebahagiaan Kevin akan berubah menjadi luka dihatinya.
"Vin, aku minta sama kamu untuk jangan terpaku sama aku terus. Lagi pula aku sendiri bukan dari sini, aku takut kamu akan terluka jika suatu saat kita berpisah."
"Gak akan Al. Aku akan baik baik saja disini. Karena harummu, senyummu dan cintamu akan terpatri diingatanku. Saat rindu, aku akan mengingat setiap momen indah kita dan tersenyum bahagia. Setidaknya, aku pernah jatuh hati pada wanita cantik yang kadang galak ini."
"ini ceritanya mau gombal atau mau digebukin sih? Gajelas banget!"
Alexa melerai pelukan dan pergi keluar masih dengan bathrobe-nya. Sungguh ia bingung harus memakai apa saat ini, dilemari tak ada satu pun baju perempuan.
Dibalik pintu kamarnya, Lian menguping pembicaraan Kevin dan Alexa. Hatinya berdenyut nyeri saat tak sengaja mendengar teriakan bahagia dari Kevin .
"Al, apa kamu benar benar tak menyukaiku? Tapi... Ahh sudahlah.. Mencintai tak harus memiliki, kan?"
Saat Alexa akan melangkah keruang tengah, Lian menarik tangannya dan berbisik.
"Pakai ini, aku rasa ini akan muat untukmu. Jangan gunakan pakaian seksi! ingat, semua penghuni ditempat ini adalah pria!"
Deg.
Apa kini Lian tengah mengancamnya? Ataukah ia tengah memberi perintah dengan gaya lain? Hmm.. Membingungkan. Tapi kata kata itu sukses membungkam mulut Alexa dan menurunkan kepercayaan dirinya. Dengan cepat Alexa masuk kekamar Lian dan mengganti bajunya disana.
Setelah selesai, Lian sudah menunggu dengan bersandar ditembok. Ia tersenyum semringah melihat penampilan Alexa dalam balutan celana jeans hitam serta kaos hitam senada. Rambutnya diikat kebelakang dan menampilkan lehernya yang mulus dan indah.
Lian tak bisa berkedip lagi. Ia mengungkung Alexa lalu...
Cup...
Bibirnya mendarat tepat dileher Alexa. Membuat Alexa hampir kehabisan nafas karena kaget hingga lupa bernafas.
Rasa perih dan sedikit nyeri menjalar didaerah itu karena ulah Lian. Dengan sigap, Alexa mendorong Lian namun bukannya menjauh, keduanya yang bersandar di pintu malah terjatuh kelantai. Karena pintunya terbuka lebar.
Lian sudah melepaskan bibirnya dari Alexa, namun posisi keduanya sangat tidak nyaman. Dengan Alexa yang berada dibawah kungkungan tubuh kekar Lian.
"Lian, menyingkirlah. jangan gil*! Atau Kevin akan menghajarmu hingga babak belur lagi!" kecam Alexa.
"biarkan saja. Aku sudah gil* Karena kamu menolak perasaanku, Alexa. Maka rasakanlah akibatnya!"
Alexa mendorong tubuh Lian lalu bangkit dan berlari dari sana. Ia makin merasa tak nyaman dengan kehadiran Lian.
"Aku harus meminta Kevin agar pergi dari sini. Iya, harus!"
Diruang tengah, Kevin dan Leo masih berbincang bincang mengenai temuan Alexa kemarin malam. Rupanya Lian sudah memberitahukan hal itu pada Leo. Jadi dengan gampangnya Leo mengatakannya pada Kevin.
"Ini semakin berbahaya.. Aku harus segera mencari barang itu sebelum Alexa menjadi korban."
kata Kevin yang terdengar oleh Alexa.
"Barang apa?" tanya Alexa yang duduk didekat Kevin.
Kevin dan Leo mengangkat pandangannya dari laptop dan menatap Alexa.
"itu barang.... Tunggu, Queen, Apa yang terjadi dengan leher Anda?"
Deg.
Leher? Alexa menyentuh lehernya sendiri, gelagapan harus menjawab apa.
"Iya, sayang kenapa lehermu?" kali ini Kevin yang bertanya padanya.
Ia merasa tak asing dengan tanda itu, namun siapa yang memberikannya dileher Alexa? Seingatnya tadi saat bersamanya, leher Alexa masih mulus tanpa noda.
"Aku terantuk meja tadi saat berpakaian, jadi ada memar disana." kilah Alexa diiringi senyum terpaksa.
Tiba tiba, Lian datang dan langsung bergabung dengan mereka. Dengan santainya, Lian mengambil sepotong roti dan melahapnya perlahan.
Alexa menatap tajam pada Lian, tak habis pikir dengan sikapnya yang tampak biasa saja. Apakah dia terbiasa melakukannya, pikirnya.
Jika didepan banyak orang, Lian bersikap jutek dan dingin tapi saat didekatnya, Lian berubah menjadi pria hot yang selalu menggoda imannya.
"Vin, aku ingin pergi dari sini. Kemana saja, asal jangan disini"
Celetuk Alexa tiba tiba. Bahkan Lian menghentikan kunyahan rotinya, namun sedetik kemudian dia melanjutkan kunyahannya.
"Kenapa? Kamu tak nyaman disini?" Kevin menatap Alexa lekat.
"Aku tidak nyaman. Tak ada pakaian, makanan dan tempat asing. Tolong jangan disini!"
Alexa merengek sambil merangsek mendekati Kevin bahkan kini ia menggenggam tangan Kevin ,memohon mohon.
Melihat pemandangan didepannya, Lian melengos keluar , kemudian diikuti oleh Leo. Tinggalah Alexa dan Kevin berdua disana.
Kevin merapikan rambut Alexa , dan membelai lembut pipinya.
"Apapun yang kamu inginkan, Honey!"
"terimakasih!"
Alexa memeluk erat Kevin dan menelusup kedadanya. Kevin mengelus lembut punggung Alexa. Keduanya berpelukan dengan pikiran berbeda. Hatinya kalut dengan macam macam suara mengusik.
"Maaf , Vin aku gak bermaksud mengkhianatimu.. Maafkan aku..."
"Alexa... Sayangnya kamu tak mahir berbohong. Kamu pikir aku tak mengetahui perasaanmu? Aku tahu, Al. Sorot matamu menyiratkan segalanya. Aku bahkan tahu jika saat ini kamu memikirkan Lian. Ragamu disini tapi pikiranmu bersamanya, Alexa... Sampai kapan kamu akan membohongi dirimu sendiri?"