Anindita dipaksa menjalani pernikahan dengan seorang pria yang bernama Adam Dharmawan. Dan di malam pertamanya Anindita mendapati kenyataan bahwa suaminya sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku sudah menikahi wanita lain, sebelum menikah denganmu!" Perkataan itu yang terlontar di malam pertamanya.
Adam Darmawan adalah seorang pria yang baik namun terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan dua wanita. Akankah pernikahan yang penuh dengan konflik berakhir bahagia atau sebaliknya?
Ig : mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23 Pendapat Mita
Anin yang kini duduk di cafe bersama Mita, menceritakan semua yang terjadi di rumah Ayahnya dan semua kebusukan Alya yang dengan sengaja merebut Mas Adam darinya.
"Gila ya itu Alya, manusia kok enggak ada ahlaknya," cibir Mita dengan wajah yang menahan emosi.
"Maka dari itu aku memintamu untuk menemani ku mencari kontrakan rumah." ujar Anin.
"What? kau gila ya...!" pekik Mita.
"Aku gila?" tanya Anin dengan binggung.
"Anindita, kau itu sadar tidak kalau Alya itu hanyalah pelakor di dalam rumah tanggamu!" ujar Mita dengan menggebu.
"Maksudmu?"
"Anin, Alya itu wanita licik dia ingin membuatmu terluka dengan merebut Adam dari mu! lalu kau dengan begitu mudahnya menyerahkan Adam padanya?" ujar Mita dengan kesal.
"Aku tidak menyerahkan Adam, tapi Adam itu mencintai Alya lalu untuk apa aku berada diantara mereka berdua?" jawab Anin dengan mendengus kesal.
"Walaupun Adam mencintai Alya, tapi cara Alya untuk mendapatkan cinta Adam itu sangat licik karena dia mencuri start darimu, jadi kau tidak boleh membiarkan rumah tanggamu itu hancur" ucap Mita.
"Walaupun cara Alya itu Licik tapi Adam sudah mencintai Alya, lalu untuk apa aku mempertahankan rumah tangga ku" ucap Anin dengan cuek.
"Aduh susah sih kalau ngomong sama cewek keras kepala seperti mu," gerutu Mita, yang langsung mendapatkan pukulan dari Anin.
"Dengar Anin, kau harus rebut kembali Adam dari tangan Alya... ! buat Adam menceraikan Alya. Ingat statusmu itu lebih dari Alya, kau istri sahnya dan Alya hanya istri sirihnya." ucap Mita dengan berapi-api.
"Untuk apa aku merebutnya Mita, aku tidak mencintainya dan dia tidak mencintaiku?" ujar Anin yang mulai kesal dengan Mita.
"Kalau urusan kau mencintainya atau tidak itu urusan ke sepuluh, dan kalau urusan Adam tidak mencintaimu. Kau bisa membuatnya jatuh cinta padamu, karena aku yakin kau bisa!" ujar Mita.
"Lalu kalau pun aku sudah membuatnya jatuh cinta padaku, untungnya apa bagi ku?" tanya Anin.
"Jelas ada untungnya, setelah Adam mencintaimu. Buat dia menceraikan Alya, buktikan pada Alya bahwa kau wanita kuat yang bisa merebut apa yang seharusnya menjadi milikmu. Dan nanti seteleh semuanya selesai, kau bisa mengajukan cerai dengan Adam jika kau masih tidak mencintainya."
"Yee..., ini anak. Kawin cerai dikira mainan apa ya!" gerutu Anin dengan memukul lengan Mita.
"Dengar Anin kau harus bisa mengalahkan Alya si wanita licik itu, aku tidak suka jika Alya bisa mendapatkan Adam dan jadi nyonya besar dengan cara menipumu seperti ini. Aku sebagai sahabatmu tidak terima dengan perlakuan Alya padamu," ujar Mita dengan wajah yang terlihat sedih.
"Cup... cup jangan nagis anak baik," goda Anin dengan tertawa.
"Ya ampun Anin aku ini bicara serius, kau malah bercanda." gerutu Mita dengan kesal.
"Iya maaf, tapi aku ini heran padamu Mit. Dulu kau itu sering mendukung ku untuk bercerai dengan Adam dan malah menyuruhku untuk dekat dengan Pak Andre! tapi sekarang kau malah menyuruhku untuk mempertahankan rumah tangga ku?" tanya Anin dengan wajah binggungnya.
"Dulu, aku mendukungmu dengan Mas Andre karena aku tidak tahu kalau Alya mendapatkan Adam dengan cara yang licik," ujar Mita. "Dan yang tidak bisa aku mengerti, kok bisa Alya berbuat jahat padamu. Padahal Ayahmu sudah berbuat baik pada Ibu Tika dan juga dirinya," ujar Mita.
"Entahlah, aku juga tidak mengerti. Mungkin kebencian Alya pada ku jauh lebih besar dari rasa terima kasihnya pada Ayahku." ucap Anin.
"Sudahlah Anin mulai saat ini kau harus berjuang untuk mendapatkan cinta Adam, dan bikin Alya keluar dari rumah kalian." ucap Mita masih dengan mengebu gebu.
"Nanti aku pikirkan lagi, aku masih binggung." ujar Anin.
Dan mereka berdua pun melanjutkan pembicaraan mereka hingga jam waktu istirahat habis dan kembali keruang kerjanya masing-masing.
..............
Anin yang sudah sampai di rumah, melihat mobil Mas Adam sudah berada di halaman rumahnya.
"Tumben sekali dia pulang sore? apa karena ada Alya, makannya dia pulang lebih cepat?" gumam Anin dalam hati.
Anin yang sudah masuk kedalam rumah melihat Mas Adam yang sedang duduk di ruang tengah bersama dengan Alya yang terlihat sedang bersandar di bahu Mas Adam, sungguh pemandangan yang sangat merusak mata dan hati Anin.
"Kak Anin sudah pulang?" tanya Alya ketika melihat Anin yang sudah di depannya.
Anin yang mendengar sapaan palsu dari Alya hanya diam tidak memperdulikan Alya sama sekali.
"Kau lihat Mas, Kak Anin masih marah padaku! aku sangat sedih," ujar Alya dengan wajah sedihnya.
Anin yang mendengar perkataan Alya langsung menghentikan langkahnya dan menatap tajam kearah Alya.
"Benarkah kau sedih? tapi kenapa aku justru mendengar semua perkataan mu ini malah ingin tertawa," ujar Anin dengan tersenyum sinis.
Adam yang dari tadi terdiam karena sedang sibuk dengan Laptopnya kini menatap pada Alya dan Anin.
"Anin, sebagai wanita bisakah kau itu lembut sedikit?" ucap Adam menatap intens pada Anin yang terlihat kesal padanya.
"Aku tidak bisa lembut pada wanita seperti Alya!" ujar Anin dengan nada yang tinggi.
"Wanita seperti aku? memangnya aku kenapa?" tanya Alya yang sudah mengelurkan air matanya.
"Kau masih bertanya kau itu wanita seperti apa? dasar wanita tidak tahu malu, serigala berbulu domba!" teriak Anin dengan sangat keras karena sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.
"Cukup Anin....!" bentak Adam menatap tajam pada Anin.
Anin yang pertama kali dibentak oleh Adam langsung gemetar, sejak kecil dirinya tidak pernah dibentak dengan keras oleh kedua orang tuanya. Dan sekarang Anin justru dibentak oleh Adam hanya karena dirinya berteriak kepada Alya.
Dengan rasa sakit hatinya, Anin pun langsung pergi masuk kedalam kamarnya. Tidak terasa air mata Anin pun mengalir di pipinya, ingin sekali Anin menangis dengan kencang. Namun dengan sekuat tenaga Anin menahan itu semua, Anin tidak ingin Alya mendengar tangisannya dan menertawakan keadaan dirinya.
Sementara itu di ruang tengah, "Sayang, kau seharusnya tidak membentak Kak Anin. Aku merasa kasihan padanya," ujar Alya dengan mengusap punggung Mas Adam.
"Aku masuk keruang kerja ku dulu," ujar Adam, tanpa ekspresi apa pun di wajahnya, meninggalkan Alya seorang diri diruang tengah.
Setelah Mas Adam masuk kedalam ruang kerjanya, Alya pun langsung tertawa dengan sangat puas. Dirinya sudah berhasil membuat Anin dimarahi oleh Mas Adam, tidak sia-sia dirinya mengeluarkan air mata palsu agar Mas Adam iba padanya.
"Anindita, kau itu bodoh!" gumam Alya dalam hati menghapus air matanya dengan senyum licik di wajahnya.
Saat menjelang makan malam, Adam yang sudah berada di meja makannya menatap pada kursi yang sering ditempati oleh Anin.
"Di mana Anin?" tanya Adam pada Alya.
"Kak Anin tidak mau makan malam, sepertinya dia masih marah padaku. Padahal aku tadi sudah meminta maaf padanya dan berusaha membujuknya untuk makan malam," ujar Alya sambil menyiapkan makan malam untuk suaminya.
krn pd dasarnya dia itu punya prinsip
jd tidak plin plan
ihhhj najongg