NovelToon NovelToon
MUTIA

MUTIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Selingkuh / Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Riaaan

Masa remajaku tidak seindah remaja lain. Di mana saat hormon cinta itu datang, tapi semua orang disekitarku tidak menyetujuinya. Bagaimana?

Aku hanya ingin merasakannya sekali saja! Apa itu tetap tidak boleh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

"Terus lo mau?" tanya Wisnu.

Aku mengangguk dan menutupi setengah wajah dengan buku.

"Terus terus? Waahhh! Lo ngokop Alex ya habis itu?!" tuduhnya.

Langsung saja aku pukuli dia dengan buku. "Gila kali lo!"

"Ya terus ngapain?" tanyanya.

"Gue bilang kalo dia ga boleh bantuin Suci atau Bulan. Dia juga ga boleh berinteraksi dengan cewe selain gue!"

"Terus dia ada syarat juga buat lo?" tanya Wisnu.

"Ga. Dia juga setuju sama perkataan gue terus kita balik ke kelas."

"Berarti yang tau lo pacaran sama dia, cuma gue?"

"Ya. Lo jangan ember ya! Soalnya gue ga mau ada yang tau di sekolah! Udah sanaan! Gue ga mau ada yang tau kita ngobrol!" omelku dan detik itu juga Wisnu keluar dari perpustakaan.

Tak lama setelahnya, Bulan dan Suci datang dan duduk di dekatku. Kemudian Alex juga ikut datang dan menaruh satu minuman kaleng di dalam buku yang sedang kubaca. Bulan dan Suci melihat kejadian tersebut dan aku langsung menyembunyikan minumannya.

"Loh, bukannya ga boleh bawa makanan ...."

"Ini minuman!" tegas Alex pada Bulan sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"Makasih," ucapku dan kembali membaca buku.

Alex melipir ke tempat lain bagian perpustakaan ini. Aku tak bisa menyembunyikan rasa senang. Aku menutup wajah dengan buku dan tertawa-tawa seperti orang gila. Membaringkan wajah di atas meja dan menghentakan kaki dengan gemas.

"Lo kenapa dah, Mut? Bukannya lo dah biasa ya dikasih Alex?" tanya Suci.

Aku menarik napas dan menahan diri untuk kembali normal.

"Muka lo sampe merah gitu, Mut," ucap Bulan.

"Di perpus ga boleh berisik," ucapku sambil tersenyum.

"Dih, gila!" umpat Suci.

Setelah jam istirahat habis, kami menulis buku absensi perpustakaan. Mencatat kunjungan kami hari ini. Kami mengantri bersama murid yang lain.

Aku berada di barisan paling belakang. Alex yang tadinya ada di nomor 3, tiba-tiba pindah ke belakangku. Suci dan Bulan menoleh melihatnya.

"Ntar balik sama gue," ucap Alex.

"Gue balik naik bus aja bareng Bulan," balasku.

Tiba-tiba dia mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dan diberikannya kepada Bulan.

"Gue balik naik ojek, Mut. Lo balik sama Alex aja," ucap Bulan.

"Bul! Lo jual gue lima puluh ribu?!" omelku.

"Nasi padang bisa dua bungkus ini, Mut. Ya sekali-sekali kan lo juga pasti mau ngerasain dibonceng Alex pulang ke rumah. Nikmati kehidupan! Sebelum lo mati, lo harus ngerasain dibonceng Alex. Kan cita-cita lo mau jadi istri Alex," oceh Bulan dan aku menoleh pada Alex, dia malah terkekeh dan berusaha menutupi senyumnya ke arah lain.

"Nah iya. Kan ntar gue sama Bulan mau ke Kafe Mercon, nah lo juga harus ngerasain bahagia pas balik, Mut," ucap Suci. "Gue nitip Mutia, ya Lex," lanjutnya.

Aku memasang wajah kesal. Meskipun Alex tidak menanggapi, tapi aku tidak bisa berbohong. Aku bisa merasakan bahwa Suci mencoba untuk terlihat sebagai orang yang paling baik di dalam pertemanan ini. Padahal dulu dia tidak seperti itu.

Aku menoleh ke arah lain. Begitu Suci kembali menatap barisan di depannya, Alex menyentuh tanganku dan menggenggam jari jemari. Aku menoleh sebab takut dilihat oleh orang lain. Dia malah tersenyum dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.

"Mut!" Panggilan Bulan itu membuatku dengan cepat menghempas tangan Alex. "Lo yakin ga mau dibawain makanan? Gue kok jadi mendadak ngerasa ga enak kalo lo ga ikut dan ga mau dibawain makanan."

"Ga apa-apa. Kan tadi udah ditraktir pas di kantin," ucapku.

Tiba-tiba Bulan merangkul leherku dan berbisik, "Ntar pas balik sama Alex. Kesempatan bagus, lo peluk dia sambil dibonceng. Bilang aja lo takut jatoh kan motor Alex tinggi."

Aku terkekeh mendengarnya.

***

"Ya udah sih! Ini juga mau balik!" ocehku.

"Ga! Pokoknya kita harus ngeliat lo dibawa Alex pergi, baru kita balik! Kalo lo belum dibawa Alex, kita tungguin sampe maghrib di sini!" oceh Bulan.

"Ayo!" ajak Alex dan aku duduk di boncengannya yang lumayan tinggi.

Tiba-tiba dia menggeber motor dan menbuat Bulan menutup telinga dengan kedua tangan.

Suci datang dengan motor maticnya. Dia tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Mut!" panggil Bulan memberi isyarat agar aku melakukan yang ia bisikan tadi.

Aku menggeleng. Dia memasang wajah kecewa.

Alex kembali menggeber motor dan membuat bising seisi parkiran.

"Sok ganteng lo!" umpat Suci.

Tiba-tiba Alex menarik kedua tanganku melingkari perutnya. Aku terkejut dan menatap ke arah Bulan.

"Ciiiiiiieeeeee! Ha ha! Uwuuu!" ejeknya padaku. Dia sampai berpura-pura menjedotkan kepalanya di tiang parkiran. "Aduuuhh! So sweeet! Mending lo bedua pacaran aja deh!" lanjutnya.

"Lo jadi balik sama gue ga?" tanya Suci.

"Jadi!"

"Loh, tadi katanya naik ojek!" omelku pada Bulan.

"Ntar kalo ada ojol ganteng, gue naik ojol!" sambut Bulan.

Kemudian Alex membawaku pulang.

"Chek-up jam berapa ntar?" tanyanya di jalanan.

"Ga, itu bohong doang. Chek-up lusa pagi jam 8, itu juga bakalan izin ga masuk," jawabku.

Aku sangat menikmati perjalanan. Memeluk Alex. Aku tak pernah membayangkan hari ini akan terjadi. Kami berhenti di lampu merah. Mengobrol tentang makanan yang enak, aku juga tidak menyangka bahwa Alex tidak tahu ada makanan terenak di dunia bernama seblak.

"Harusnya ga manggil lo-gue sih. Masa sama pacar manggilnya kayak gitu," ucap Alex.

"Jadi manggilnya apa?" tanyaku.

"Ya pake bahasa yang halus, aku-kamu."

"Iya deh, ntar dibiasain. Tapi ga mau kalo di depan anak-anak yang lain!"

"Iyaa, ga apa-apa."

Seseorang batuk di belakang kami dan aku menoleh, ternyata itu Wisnu. Ia mengejekku dengan memberi sebuah ekspresi terkejut dan menutup mulutnya. Dia juga memberikan isyarat bahwa aku memeluk Alex. Aku membalasnya dengan sebuah tatapan jengkel dan kembali menatap ke depan.

Begitu lampu hijau menyala, Wisnu mendahului kami dan dia menggeber motornya di samping Alex.

"Kamu kenal Wisnu?" tanya Alex.

"Ga," jawabku dengan pasti.

"Dia itu ngejar-ngejar Suci, sampe Suci pernah dipegang-pegang dari dia. Suci juga dipaksa buat tidur sama dia."

Aku terkejut bukan main mendengar kalimat itu. "Tau dari mana?" tanyaku.

"Suci sendiri yang ngomong. Dia juga nunjukin ada bekas merah di lehernya, ya ketutupan sih sama seragam. Dia bilang itu Wisnu yang buat. Dia maksa."

"Kok dia cerita ke kamu?" tanyaku.

"Ya kan waktu itu Suci kena kasus di sekolah pas kamu ga masuk. Ya aku kan ketua kelas, jadi ikut mediasi, soalnya kan kita juga ga pernah razia di kelas. Nah, itu dia cerita."

Aku tau yang sebenarnya terjadi. Itu bukan perbuatan Wisnu. Itu dilakukan Suci dengan sukarela bersama pria tak dikenal di kelab malam.

"Makanya waktu itu aku jagain Suci. Maaf ya kalo buat kamu jeles," ucap Alex.

"Lain kali ga usah dijagain lagi ya? Suci itu atlet silat, dia bisa aja ngehajar Wisnu kalo dia mau. Aneh banget kalo dia bilang Wisnu maksa. Kan dia bisa aja ngelawan. Lagian kenapa dia ga cerita ke aku sama Bulan? Kan kita temennya!" ocehku.

"Masih sensi sama Suci?" tanya Alex.

"Udahlah, bahas yang lain aja. Bikin ga mood!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!