Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Danish kembali memeriksa Rumah rumah mewah milik Jingga, Dua rumah dari kedua nenek kakeknya dari pihak ayah dan ibunya Kondisinya masih sama seperti biasanya. Kosong melompong, menurut tetangga sebelahnya hanya ada petugas kebersihan yang datang dua kali sebulan untuk mengurus rumah tersebut sehingga masih terawat walau tak ditempati. Sedangkan rumah Jingga dari orang tuanya memang sejak lama dijadikan rumah singgah karena letaknya yang dekat dengan rumah sakit. Rumah itu dikelola salah satu yayasan amal.
Danish pada akhirnya kembali kekantor setelah berputar putar tak tentu arah. Ia terus membawa buku 'Melihat Jingga dilangit Atlantis' ditangannya.
Diwaktu Istirahat ia kembali merebahkan tubuhnya diatas sofa empuk. Dan membuka kembali Halaman yang belum ia baca.
Namun belum sempat ia menghabiskan satu halaman yang menceritakan bagaimana Jingga dan Koa kadang memancing ikan bersama kala pasang datang, Danish dikejutkan dengan suara ketukan dari arah luar Oleh Sella, kemudian wanita itu sudah berdiri dihadapannya dengan wajah sedikit gusar.
"Ada apa?" Danish bisa melihat ada yang tidak beres dengan raut wajah Sella.
"Anu pak...Direktur Utama sudah tiba dari Swiss dan langsung mengadakan rapat Dewan Direksi....dengan para pemegang saham.." Sella terlihat bingung. Karena setelah tujuh tahun Bara Bratajaya selaku pemilik sekaligus pemegang saham terbanyak baru kali ini datang dan langsung mengadakan rapat. Ditambah lagi Rapat itu tidak melibatkan General manager mereka selaku pemimpin tertinggi dikantor ini.
"Papi sudah di Tiba?" Danish juga tak bisa menutupi raut bingung dan penasaran diwajahnya. Padahal baru semalam ayah kandungnya itu mengatakan akan pulang. Danish fikir itu mungkin minggu depan atau beberapa hari lagi.
Danish tahu ayahnya kecewa dengan permasalahan tujuh tahun lalu. Bahkan sang ibu membawa rasa kecewanya hingga keliang lahat. Karena itulah Bara sangat jarang berkomunikasi dengan Anaknya.
Tapi rapat pemegang saham?
Apa yang direncanakan ayahnya?
Apakah jabatannya akan dilengserkan? Mengingat dirinya tidak tahu apapun tengtang rapat ini.
"Kita keruang rapat sekarang!" Titah Danish tegas pada Sella yang langsung mengekor dibelakang atasannya.
Namun saat sampai diruang rapat kumpulan Pria paruh baya berjas itu malah sudah keluar dan saling berjabat tangan dan berpelukan.
"Oh.....Danish....papi merindukanmu!" Bara segera memeluk sang anak dan menepuk pundak putranya beberapa kali.
Danish membalas dengan memeluk Ayahnya Erat, ia bahkan hampir saja menitikan air mata.
Selama ini setiap mengunjungi ayahnya di Swiss pria itu tak pernah bersikap hangat seperti sekarang. Ini pelukan terbaik yang pernah ia terima selama 7 tahun terakhir.
"papi...baru saja temu kangen dengan dewan direksi....maaf tidak mengundangmu, papi fikir kau sibuk." ucap Bara santai.
"Iya pap tidak apa...."GM itu kemudian melirik Sella yang salah tingkah. karena informasi yang ia terima tidak akurat.
"Kenapa? Kau fikir ada rapat penting?"Bara tersenyum miring."Ayo keruanganmu!" Bara akhirnya berjalan duluan menuju ruangan Sang General Manager.
Sella langsung membuatkan dua cangkir teh hangat untuk Bara dan Danish, lalu membiarkan dua orang itu berbicara berdua didalam.
"Baru tiba tapi papi langsung menemui Relasi....." protes Danish.
"Siapa bilang papi baru tiba? papi tiba kemarin malam....saat menghubungimu papi sudah ada di Bandara.....andai kau tinggal dirumah kita bisa langsung ketemu....tapi sayang kau malah bermalam diluar Bersama Alea."
Danish hanya menggaruk ujung alisnya dengan malas..ia yakin ayahnya selama ini tahu dengan siapa saja ia berhubungan.
Selama 7 tahun tak ada satupun Wanita yang berhasil meruntuhkan tembok Hati Danish yang begitu kuat memagari nama seorang Jingga Marina.
Selama ini Danish memang tidak tinggal dirumah orang tuanya, ia juga enggan pulang kerumahnya bersama Jingga dahulu karena begitu banyak kenangan menyakitkan yang ia ciptakan disana.
Danish lebih memilih menyendiri di Apartemennya semasa kuliah dulu.
"Aku di Apartemen!" Tegas Danish sembari menyeruput tehnya pelan.
"Kau seharusnya segera menikahi Alea bukannya malah mengusirnya. Andai saat itu kalian menikah mungkin sekarang kalian sudah bahagia." Bara sudah berada difase membebaskan Danish memilih pasangan hidupnya sendiri. Sayang putranya tidak memanfaatkan kesempatan itu.
Danish hanya tertawa hambar. Bagaimana ia bisa bahagia saat hanya Jingga yang ada dihatinya.
"ada yang penting sehingga papi pulang ke Indonesia?" Danish mengalihkan pembicaraan. Ia tak ingin ayahnya terus mengungkit masalah wanita atau pernikahan.
"Hemm....."Bara tersenyum lebar, Cahaya pada netranya seketika begitu berbinar.
"Papi dengar Jingga kembali ke Jakarta dan buka Galery seni. Untuk itu papi pulang ke Indo. jangan bilang kamu tidak tahu." Tatapan Bara memicing tajam.
"Aku baru tahu kemarin pi, Aku juga langsung kesana....tapi tidak bertemu Jingga." Danish menghela nafas pasrah, lalu kembali menatap Bara, "Tapi dari mana papi tahu Jingga buka Galery? Apa Sella?"Danish penasaran.
"Cih...."Bara berdecih tak percaya, "Papi tahu dari enam bulan yang lalu....Danish....Danish......kau ini memang bodoh! Papi dan Mami malu punya anak sebodoh kamu." Bara tidak habis fikir. Pria yang mengaku terus mencari keberadaan Jingga itu ternyata tidak tahu apa apa.
"Aku selalu memeriksa rekeningnya selama lima tahun terakhir......tapi...."
"Pantas saja Jingga tidak ingin bertahan denganmu. Karena kamu pria tidak berotak! Yaiyalah dikasi yang sempurna seperti Jingga malah terpesona dengan Wanita yang mirip papan kayak Alea." Bara geleng geleng kepala, "Memangnya kamu tidak berteman dengan teman teman Jingga di Media sosial? Saat peresmian Galerynya Jingga menandai semua teman kuliah dan teman sekolahnya." lanjut Bara menjelaskan.
"Akun Jingga sudah lama tidak aktif pi. Apa dia buat akun baru?"
"Papi miris melihat kamu Danish. Jingga dulu bahkan mengikuti hampir semua teman temanmu dan karyawanmu tapi satupun temannya tidak kau ketahui?lalu kau mengaku mencari Jingga selama ini?"Lagi lagi Bara menghela nafas menyaksikan kebodohan putra tunggalnya. Dan Danish hanya bisa merutuki ketidaktahuannya.
"Iya! Jingga memang membuat Akun Baru....papi bisa tahu karena mengikuti temannya...Papa juga kaget saat tahu Jingga malah membuka Galery seni dan menerbitkan sebuah buku...."
"Papi tahu buku Jingga?" Potong Danish.
"Papi beli satu...."Bara tertunduk pedih saat mengingat isi buku Jingga. Tidak ada namanya dan nama sang istri didalam buku tersebut. Apalagi nama putranya. Sesakit itu luka yang dirasakan Jingga selama masa pernikahannya sehingga Jingga enggan mengungkit nama mereka.
Danish Hanya tertawa hambar.....ternyata hanya dirinyalah yang tidak tahu apa apa disini.
.
.
Danish dan Ayahnya pergi ke Galery....namun bukan Natasya yang bertugas disana melainkan Kurator yang Lain. Pada akhirnya Danish hanya menitipkan buku Jingga kepada kurator itu untuk dikembalikan ke Natasya.
Ayah Danish sudah membaca buku tersebut sampai khatam dan ia menyarankan Danish agar tidak membacanya hingga akhir jika tak ingin menjadi semakin terluka.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)
But , sedih banget pas baca kalau kemungkinan novel ini menjadi novel terakhir kakak di Noveltoon 😭
Kakak mau pindah kemana?