Karya ini dibuat dari hasil pemikiran Author dan hanya Rilis di Noveltoon.
Mohon maaf apabila ada kesamaan tempat dan nama karakter dalam cerita.
Pernah melihat tempat makan yang selalu ramai pengunjung?
Apa yang ada dalam benak kalian?
👉🏻 Rasa yang enak?
👉🏻 Viral?
👉🏻 Murah?
👉🏻 Instagrammable?
👉🏻 Pesugihan?
Jaman sekarang jarang sekali orang akan berpikir bahwa warung atau tempat makan tersebut memakai ilmu pesugihan khususnya untuk anak-anak muda yang kekinian.
Tempat ramai akan dengan cepat menjadi viral jadi mereka hanya beranggapan bahwa makanan ditempat tersebut lagi tren.
Apa masih ada yang menggunakan pesugihan?
Ada!!! mungkin hanya segelintir orang saja dan niat nya hanya untuk menarik pelanggan agar makan ditempat tersebut.
Ingat!!!
Saya tidak mengajak kalian untuk mempercayai hal seperti ini dan bagi yang tidak percaya mohon hormati orang yang memiliki kelebihan untuk hal spritual baik di dunia online maupun real.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pitriyani Calam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkumpul
Rasa khawatir pak Min sangat besar melihat motor Fatimah banyak yang rusak.
"Teteh" panggil pak Min lantang
"Teteh di dapur, pak" sahut Fatimah
Segera pak Min dan Fahmi menghampiri Fatimah yang lagi fokus memasak.
"Teteh baik-baik aja" ucap Fahmi memutar badan sang kakak
"Apaan sih kamu, pusing tau badan teteh di putar-putar begitu" Fatimah kesal
"Teh, bapak lihat motor mu banyak yang lecet" pak Min
"Oh itu, iya tadi teteh parkir motor di parkiran pinggir jalan, pas teteh kembali mau pulang banyak motor yang sudah pada berjatuhan, tukang parkirnya juga pada nggak ada" sahut Fatimah menjelaskan
"Ya Allah, bapak sudah was-was banget melihat motor mu begitu" pak Min tenang
"Besok teteh pakai motor Fahmi aja" Fahmi menyarankan
"Buat apa? Motor teteh masih bagus" Fatimah kembali memasak
"Takut ada yang rusak, Fahmi cek dulu" Fahmi
"Adik mu benar, kalau memang aman kamu bisa memakai motor mu" pak Min menyetujui saran Fahmi
"Iya, baiknya kalian berdua saja. teteh ikut dan patuh" Fatimah mengalah
"Ini masakan wangi sekali" ucap pak Min
"Habis ini kita makan bersama ya, pak" Fatimah senyum
"Ayo Mi, kita bersih-bersih sebelum makan bersama" ajak pak Min
"Tanpa ibu?" pancing Fahmi
"Ibu pasti sudah makan, lagian banyak kegiatan" pak Min masuk ke dalam kamar
30 menit kemudian terdengar suara dari luar.
"Assalamualaikum" Agus dan keluarga
"Wa'alaikumussalam" Fahmi menyambut
"Hai ganteng nya om" ucapnya lagi menggendong Agam
"Om punya apa?" tanya Agam dengan gemas
"Punya apa ya, om nggak punya apa-apa" jawab Fahmi gemas
"Huft masa nggak ada coklat" cemberut Agam
"Agam, nggak baik begitu. Niat kita kesini jenguk kakek, om dan tante Imah" tegur Namira
"Sepi banget rumah" Agus
"Bapak ada di kamar, teteh Imah lagi mandi habis masak" jawab Fahmi mengajak masuk ke dalam
"Akhirnya datang juga, aa sama teteh" Fatimah mencium tangan kakaknya
"Fahmi panggil bapak dulu ya" Fahmi berlari menuju kamar bapak
Tak lama pak Min dan Fahmi ke ruang tamu.
"Assalamualaikum pak" ucap Agus dan Namira
"Wa'alaikumussalam" jawab pak Min pelan
"Bapak sehat?" tanya Agus memegang tangan bapak
"Alhamdulillah sehat" pak Min duduk bersandar
"Agam, amih dulu sama kakek" ucap Namira meminta anaknya untuk mencium tangan pak Min
Agam berlari mendekati pak Min dan mencium tangannya. Pak Min menggendong cucu pertama yang dia rindukan.
"Agam sudah makan?" tanya pak Min
"Belum" jawab Agam jujur
"Tante Imah masak, kita makan bersama yuk" ajak pak Min berjalan lebih dulu ke arah dalam
Mereka makan sore bersama karena dirumah tidak ada meja makan maka Fahmi menggelar tikar.
"Sosis" pinta Agam
"Untung saja tante tau kesukaan Agam, jadi deh tante masakin" Fatimah senang melihat keponakan antusias makan masakan nya
Agus sebenarnya penasaran, kenapa ibu nya tidak ada tetapi dia tidak ingin merusak momen yang ada. Ini kali pertama pak Min bersikap baik pada Namira dan juga Agam, biasanya pak Min menunjukan sikap sinis membuat Agam takut.
"Ada angin apa kalian kemari?" tanya pak Min di sela makan nya
"Agus selalu ingin kesini, cuma penolakan dari ibu yang membuat Agus mengurungkan semua niat" jawab Agus apa ada nya
"Bapak terlihat lagi kurang sehat?" tanya Namira
"Cuma nggak enak badan aja" jawab pak Min
***
Di lain tempat bu Intan sedang menikmati apa yang di lakukan bersama Jin tersebut. Bu Intan merasa tubuhnya ada yang menjamah tanpa henti.
"Aaahh hentikan, aku sudah nggak kuat" bu Intan menahan diri agar tidak berteriak
"Hentikan Jin bodoh, apa kamu ingin membunuh ku secara perlahan" ucap bu Intan menahan sakit di seluruh tubuhnya
Jin tersebut tidak terlihat di mata bu Intan, tetapi tubuh bu Intan bergerak dengan sendirinya.
Secara tidak langsung pak Min itu merasakan sakit yang sama dengan bu Intan, makanya dari awal pak Min meminta tutup kedai lebih awal.
"Jin gi**la, hentikan" bu Intan mulai melemah
Kalau setiap hari aku melayani begini, bisa mati lebih cepat. Aku harus minta cara lain agar nggak setiap hari. Batin bu Intan lemas sekujur tubuh
Pak, tolong ibu. Ibu benar-benar nggak sanggup melayani. sedih bu Intan
Rumah
"Pak, kok melamun" Fahmi mengelus bahu pak Min
"Tiba-tiba bapak khawatir sama ibu" ucap pak Min jujur
"Memang ibu pergi kemana?" tanya Agus hati-hati
"Tadi pagi hanya izin mau kumpul sama teman-teman nya" pak Min berbohong
Pak Min tau kalau istrinya lagi cari kontrakan untuk memindahkan kamar penyembahan tetapi pak Min tidak tau kalau bu Intan harus menjadi budak jin itu.
"Besok-besok jangan di izinkan pak" saran Fatimah
"Maaf pak, pas Fahmi pulang bikin tugas. Fahmi melihat ibu di salah satu kost yang cukup jauh dari sini" ucap Fahmi
"Bisa jadi itu tempat temannya" elak pak Min
"Untuk apa ibu kesana?" tanya Fatimah
"Bapak nggak bertanya sampai sana, bapak hanya memberikan izin aja pada ibu" pak Min
"Ya sudah kita banyak-banyak berdoa saja. Nanti maghrib kita shalat berjamaah ya dirumah ini" Agus
"Tapi..." pak Min ragu di ajak shalat
"Fahmi perhatikan bapak sudah jarang shalat di masjid, padahal biasanya bapak nggak pernah tertinggal shalat" ucap Fahmi
"Bapak shalat di kamar" alasan pak Min
"Selesai makan kita rapihkan tempat shalat dan mengaji bersama" ajak Agus
Aku jadi memikirkan ucapan Mutiara waktu itu. Hati ku kenapa jadi ragu dengan bapak dan ibu. Batin Fatimah
Fatimah menatap wajah bapaknya yang sudah tidak muda lagi begitu juga menatap wajah Agus serta Fahmi.
Kalau benar ibu dan bapak melakukan pesugihan, siapa yang menjadi tumbalnya? Aa Agus, aku atau Fahmi. pikiran Fatimah mulai kalut
"Aa memang tampan dek" goda Agus memuji dirinya sendiri
"Percaya diri sekali aa ini" sahut Fatimah
"Habis nya kamu menatap aa dalam banget kaya mau di makan hidup-hidup" ucap Agus
"Aneh aja kok teh Namira mau sama aa ya, padahal kantong pas-pasan terus wajah juga biasa aja" ledek Fatimah
"Teteh juga biasa aja nggak ada yang spesial, aa aja mau masa teteh masa teteh nggak mau sama aa yang rajin bekerja serta ibadah" jawab Namira
"Hanya ibadah kelebihan aa" ucap Fatimah
"Itu lebih penting dari segalanya, dek" jawab Agus
"Aa kamu itu inshaallah kuat imannya, di goda nggak akan melemah" puji Namira
"Awas nanti melayang tinggi si aa" ledek Fahmi tertawa
Baru kali ini mereka tertawa bersama.
Bersambung...
...🥕 Happy Reading 🥕...
Huum pak Min memang harusnya didekatkan dengan agamanya lagi pesantren salah satu solusinya, disana banyak orang gak bikin ketakutan yg dirumah.