Arasya Allidra, pria tampan yang akrab dipanggil Rasya memiliki sebuah harapan ingin menikahi cinta pertamanya yang tak lain merupakan sahabat masa kecilnya jika sudah dewasa dan sukses nanti. Keduanya harus terpisah jauh saat keluarganya pindah ke luar negeri.
Rasya yang bertekad untuk meraih cita-citanya dengan belajar dan bekerja keras sampai sukses. Namun disaat tujuannya hampir tercapai sebuah undangan didapatkannya bahwa Qila akan menikah dengan pria lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Cinta dan Obsesi
Qila terdiam d balik pintu tanpa suk ke dalam. Dia hanya mengintip di depan ruang kerja Rasya seolah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dua orang itu.
Di dalam tampak Sita yang menangis sambil memohon-mohon pada Rasya.
"Apa tidak ada sedikit saja perasaanmu untukku? apa tidak ada sedikit saja kesempatan untukku? bertahun-tahun Rasya aku menunggumu. Tapi kamu kenapa malah memilih wanita lain?" suara Sita terdengar begitu parau apalagi air matanya yang terus mengalir deras.
Rasya sendiri hanya diam sambil memeriksa berkas-berkas di mejanya seolah sudah biasa dengan drama yang selalu dilakukan Sita.
"Rasya, aku ini sebatang kara, aku nggak punya siapa-siapa dan aku butuh kamu untuk menguatkanku. Aku butuh seseorang yang mampu melindungi seperti kamu Rasya." Sita terus merengek.
Mendengar gadis itu yang terus merengek akhirnya membuat Rasya gemas sendiri.
"Sita, aku menghargai mu sebagai karyawan teladan disini karena kinerjamu yang bagus, aku mempertahankan mu karena kemampuanmu. Tapi jika kau terus seperti ini bukan tak mungkin aku justru akan melepas mu. Sudah ku bilang bahwa aku memiliki pilihan sendiri untuk pasanganku. Kau juga tahu sendiri bahwa istriku adalah cinta pertamaku, aku mencintainya dan hanya dia satu-satunya dalam hatiku. Maaf jika aku sedikit tega tapi ini demi kebaikan kita bahwa semua hal yang kita sukai belum tentu bisa dimiliki." Akhirnya Rasya angkat bicara.
"Tapi Rasyaa..." Sita masih saja memohon.
"Tidak ada Sita, tidak bisa dan diantara kita tidak mungkin terjadi apapun, jangan sampai kau menjadi perusak rumah tangga oran hanya karena obsesimu. Kau masih muda dan berbakat, kau layak mendapatkan pria yang mungkin leih baik dariku." terakhir Rasya mengingatkan.
Akhirnya mau tak mau Sita pergi meninggalkan Rasya dengan wajah sendu nya. Namun saat membuka pintu dia dibuat terkejut karena tak sengaja berpapasan dengan Qila.
Sita yang sudah kepalang malu hanya bisa menundukkan wajahnya.
Sementara Rasya yang tak sengaja melihat ke arah pintu langsung terkejut dengan kedatangan Qila, istrinya.
"Sayang kamu disini?" Rasya langsung berdiri lalu memeluk Qila.
"Mau bikin kejutan buat kamu, eh malah aku yang terkejut." Qila tetap tersenyum manis.
"Maaf, dia memang seperti itu, padahal aku sudah memperingatinya berkali-kali. Tapi tetap saja." Rasya menghela nafasnya resah.
"Sepertinya dia memang sangat mencintai kamu mas." Qila mendongak menatap Rasya yang tengah memeluknya.
"Itu bukan cinta, tapi itu obsesi. Cinta itu ketika kita melihat orang yang disukainya bahagia, meskipun tak harus bersama tapi kita lega melihat cintanya hidup dengan baik. Sedangkan obsesi itu mau tak mau harus memiliki bagaimanapun caranya bahkan kadang ada juga yang sampai rela menyakiti orang lain demi mendapatkan apa yang dia inginkan." Qila menyimak setiap ucapan dari suaminya.
"Jadi, kalau waktu itu aku menikah dengan orang lain apa mas juga bahagia?" kini Qila balik bertanya.
"Kalau aku melihatmu menikah dengan orang lain dan memastikan keadaanmu bahagia saat itu mau tak mau aku juga harus bahagia. Karena aku mencintaimu, tapi selama masih bisa dikejar sekuat tenaga aku akan berusaha mendapatkanmu. Alhamdulillah jalur langit memang tak pernah mengecewakan." Rasya mengecup puncak kepala istrinya yang tertutup oleh pasmina dusty pink itu.
"Aku nggak pernah berdoa secara spesifik tujuanku kepada siapa hanya saja aku selalu berdoa semoga aku memiliki suami yang sangat menyayangiku seperti Papa yang sangat menyayangi Umma. Alhamdulillah akhirnya aku dipertemukan dengan pria itu meski dengan cara yang cukup mengejutkan. Ternyata sahabat kecilku yang dulu sering bermain bersamaku adalah jodohku." Qila tersenyum manis menatap sang suami.
"Oh ya mas, aku kesini tadi niatnya mau ajakin makan siang bareng, apa aku ganggu kerjaan kamu kalau kesini?" tanya Qila.
"Nggak dong, justru seneng banget makin semangat ditemani istri tercinta. Makasih banyak ya sudah datang." Seperti dugaan Qila bahwa Rasya akan senang dengan kedatangannya.
Qila pun mempersiapkan makanan yang sudah dia beli tadi di meja dan bersiap untuk makan siang bersama suaminya. Dengan penuh cinta Qila dan Rasya saling menyuapi.
"Jadi gimana tadi konselingnya lancar?" Rasya baru bertanya setelah mereka menyelesaikan makan siang.
"Alhamdulillah lancar Mas, dan sekarang ketakutanku dan rasa ketidakpercayaan diriku juga berangsur mulai berkurang. Memang kalau masalah dipendam sendirian justru hanya akan menimbulkan luka yang semakin dalam. Sekarang aku paham kenapa penting sekali berkomunikasi dengan orang yang tepat. Dan satu lagi, Aku bersyukur sekali bertemu dengan kamu lagi Mas, kamu selalu membantuku dalam banyak hal." Jika bukan karena dorongan dari Rasya mungkin Qila hanya akan terus memendam masalah itu dan terpuruk sendiri.
Semua takdir Tuhan memang tidak ada yang tahu. Namun dengan keimanan yang kuat maka apapun yang terjadi pasti bisa diatasi.
Meski kadang luka itu membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh namun jika tak ada keinginan untuk berubah dan menyembuhkan maka tak akan bisa berubah.
Kini Qila bertekad untuk berubah, dia tak boleh terus menerus membiarkan lukanya itu terus menganga. Dia harus membalutnya dan membuka lembaran baru yaitu untuk Rasya.
****
Setelah seharian ini menemani Rasya bekerja keduanya pun akhirnya pulang karena pekerjaan Rasya yang sudah selesai.
"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" Tanya Rasya saat keduanya baru saja menaiki mobil.
"Mau belanja kebutuhan rumah ya Mas, kan di apartemen masih banyak yang kurang." ujar Qila.
"Baiklah, kita belanja sekalian kencan ya." Rasya tersenyum sambil mengerlingkan netranya.
"Memangnya Mas nggak capek seharian ini kerja?"
"Buat kamu sih nggak ada capeknya. Asalkan ditemani bidadari cantik saja begini." Rasya kini begitu getol menggoda Qila.
"Aduh suamiku gombal terus ih. Padahal dulunya cool dan cuek banget loh." Qila geleng-geleng kepala saat mengingat bagaimana sikap Rasya dulu.
"itukan dulu yang waktu masih jaga image. Masak iya gombal-gombal gini, malu lah." Rasya terkekeh sendiri.
Keduanya pun saling bercanda hingga mereka sampai juga di supermarket.
Qila langsung mencari barang-barang terutama bahan makanan untuk stok beberapa minggu kedepan. Dia memang sangat antusias sejak menikah ingin memberikan yang terbaik untuk suaminya.
Bahkan Qila juga sudah menulis menu sehari-hari sehingga dia bisa mempersiapkannya lebih dulu.
"Sudah segini aja?" tanya Rasya saat baru selesai membantu Qila memindahkan belanjaan.
"Sudah Mas, belanja secukupnya saja yang penting sudah terpenuhi. Sayang kalau beli banyak namun tidak terpakai." Ujar Qila.
"Istriku memang pinter banget." Rasya menghadiahi satu kecupan di kening istrinya.
"Mas.. Malu ah." Qila tentu langsung bereaksi apalagi saat ini mereka sedang berada di tempat umum.
"Kita kan pasangan halal sayang, nggak usah malu." Rasya berujar santai.
Qila dan Rasya kini sudah berada di basemen supermarket. Mereka hendak pulang karena Qila ingin segera pulang dan menghabiskan waktu berdua di apartemennya.
Namun tiba-tiba seorang wanita menghadang dirinya. Qila mengernyit karena mengetahui siapa wanita yang sedang menghadangnya.
"Mau apa lagi kamu?" ucap Qila ketus.
...************...
Rasya kamu harus hati2 dengan Dinar, jangan sampai Dinar memanfaatkan kamu