Istri Simpanan Sang Casanova

Pagi hari saat Lisa bangun dari tidurnya, ia di kejutkan dengan orang yang ada di depannya.

" Siapa kalian? " Tanya Lisa dengan mata masih menyipit.

" Kami tim MUA yang di tugaskan untuk merias anda. " Jawab salah satu perempuan dari mereka yang berjumlah tiga orang.

" Merias? Untuk apa? " Lisa kini beringsut duduk di tepian ranjang. Wanita itu masih belum mengerti situasi saat ini yang sedang menantinya.

" Loh.. Bukannya mbak mau menikah, kami di tugaskan untuk merias. "

Lisa melotot. " Me.. Menikah? Siapa? "

Mereka terkekeh. " Ya mbak lah yang mau nikah. "

Lisa terkejut, lalu berlari ke arah kamar mandi sebelum dirinya keluar untuk mencari seseorang. Benar dugaan Lisa, semua itu ulah Arsen.

" Sen! " Panggil Lisa berteriak. " Apa maksudnya ini? "

Arsen yang sedang berbicara dengan mang Jajang menoleh. Pria itu tersenyum dengan kedua tangannya di selipkan dalam saku celana. Sangat terlihat tenang meski Lisa terlihat marah padanya. " Ikut aku.. " Arsen berjalan ke sebuah ruangan untuk berbicara empat mata dengan Lisa.

Lisa mengekori Arsen. Arsen duduk di single sofa yang ada di ruang perpustakaan. " Kita akan menikah. Persiapkan dirimu. " Ujarnya tanpa ragu.

" Gila lu! Siapa yang mau nikah! " Seru Lisa.

" Kita. Aku dan kamu. " Arsen.

Lisa melotot, bola matanya nyaris keluar dari tempat nya. " Ogah! Amit-amit gue nikah ama elu! "

Arsen tersenyum mengejek. " Terserah kamu. " Lalu Arsen memperlihatkan video yang ada di ponselnya. " Menikahlah dengan ku, kalau gak mau.. Sudah aku pastikan video itu akan tersebar luas. Dan hanya kamu yang menanggung malu. "

Lisa membanting ponsel Arsen. " Jahat! Brengssek! " Geram Lisa. Bisa-bisanya Arsen mengancamnya dengan video masalalu mereka. Ah.. Bahkan Lisa tidak menyadari jika Arsen tengah merekam kegiatan intim mereka kala itu.

" Tenang aja, aku masih punya banyak copyan nya. Jadi? "

" Keterlaluan Arsen! Apa salah gue? " Lisa luruh bersamaan dengan air matanya yang mengalir. " Lu jahat Arsen! Gue benci ama lu! "

Arsen memejamkan matanya, mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Sungguh dalam hati kecilnya tak tega melihat Lisa menangis. Namun semua ini demi rumah tangga kakaknya. Arsen harus menikahi Lisa, agar Lisa dengan mudah dalam genggamannya. Tidak lagi mengusik suami kakaknya.

Lisa menangis tersedu. Kenapa nasibnya seperti ini. Menikah? Harapan semua wanita. Begitu juga Lisa yang ingin menikah dengan pria yang ia cintai. Tapi bukan cara yang seperti ini. Arsen memaksakan kehendaknya. Bisakah Arsen memintanya dengan cara yang baik? Bukan ancaman seperti ini?

Apa sebenarnya tujuan Arsen? Jika tidak mencintai nya kenapa harus menikahinya? Lisa tak mengerti jalan pikiran Arsen yang membuat hidupnya tak tenang.

Dengan terpaksa Lisa menyetujui untuk menikah dengan Arsen. Akan memalukan jika Arsen benar-benar menyebar luaskan kegiatan senonoh itu.

" Kenapa? Apa salah yang gue lakuin ke lu? " Lisa kembali bertanya sebelum dirinya duduk di plaminan.

" Salahnya.. Kamu pengkhianat! " Jawab Arsen.

" Pengkhianatan apa yang gue lakuin? " Lisa bingung dengan jawaban Arsen. Lisa tidak merasa pernah mengkhianati Arsen atau siapapun.

Arsen hanya tersenyum kecut. " Banyak! "

Lisa menghela nafasnya dalam. Semua begitu membingungkan bagi Lisa. Dengan kebaya yang membalut tubuhnya, riasan wajah seperti pengantin pada umumnya. Lisa berjalan menuju ruang tamu. Dimana proses ijab qobul akan di langsung kan.

Arsen telah mempersiapkan pernikahan dadakan ini dengan sempurna. Dari mulai penghulu, saksi, serta wali hakim untuk Lisa.

Tidak banyak yang menghadiri pernikahan itu. Hanya orang yang di perlukan saja. Mang Jajang dan istrinya ikut menyaksikan ikrar suci itu. Pernikahan yang hanya sah secara agama saja. Arsen mengucapkan ikrar itu dengan satu kali tarikan nafas. Kini Lisa telah resmi menjadi istri dari Arsenino Putra Haidar.

Dengan mata yang sembab, Lisa meraih tangan Arsen untuk salam hormat, menunjukkan bahwa Arsen adalah imamnya mulai saat ini. Tidak lupa Arsen mengecup kening Lisa. Mereka berdua kini telah resmi menjadi pasangan suami istri.

Entahlah.. Lisa tidak merasa bahagia menyandang status istri dari Arsen.

***

Setelah proses pernikahan selesai, Arsen dan Lisa kembali pulang ke Jakarta. Tidak ada raut kebahagiaan di antara mereka berdua, terutama Lisa. Sejak tadi, wanita itu hanya diam seribu bahasa. Arsen bertanya pun ia acuhkan.

" Mulai sekarang, kamu gak boleh dekat dengan pria manapun. Aku suami mu, melarang mu. "

Lisa melirik Arsen, " Cih! " Lisa mendesis.

Sedangkan Arsen tersenyum penuh kemenangan. " Dan hilangin elu gue saat berbicara dengan ku, suami mu. " Betapa bangganya Arsen mengucapkan kata suami.

" Untuk sementara waktu, kamu tinggal di tempat mu. Lusa kita pindah ke apartemen ku. " Ujar Arsen.

" Terserah! " Seru Lisa.

Arsen mengantar Lisa pulang ke rumah kontrakan nya. Dia harus segera ke kantor, ada meeting penting dengan investor. Adrian sudah menunggu kedatangan nya.

" Ini. " Arsen memberikan sebuah kartu. " Pakailah buat kebutuhan mu, istri ku. " Seringai Arsen. Pria itu tersenyum tipis. Senang sekali melihat Lisa marah dengan ucapannya.

" Gak perlu! " Tolak Lisa.

" Ambil, durhaka membantah suami. "

" Ck! " Lisa berdecak kesal.

" Ambil. " Arsen menyodorkan kembali kartu itu yang tak kunjung Lisa ambil.

Dengan ketus Lisa mengambil kartu itu. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Arsen. Bertemu kembali dengan Arsen membuat hidupnya bertambah sial. Lisa tidak bisa membayangkan kehidupan selanjutnya seperti apa? Hidup dengan Arsen? Sungguh harus bersiap membentengi hatinya.