Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Lagi dan lagi
Hari ini Kemala memulai bisnis nya yang ia geluti bersama Arga teman nya. Kemala meminta tolong kepada Wak Nur dan beberapa Ibu-ibu lainnya untuk membantu Kemala di rumah. Semua bahan baku pembuatan aksesoris maupun barang lainnya telah sampai.
Arga langsung memberikan uang muka untuk membantu usaha Kemala. Agar pekerjaan Kemala tidak terhambat.
"Macam mana lah orang tua kayak Wawak ini bisa membantu kau Kemala. Bukan nya untung kau nanti, malah rugi banyak gara-gara kami." Ucap Wak Nur seperti biasa.
"Wawak ini ada-ada saja. Ibu-ibu dan Wawak-wawak harus tenang ya, bantuin nya yang mudah-mudah aja. Nanti Mala ajarin deh."
"Pokoknya Wawak sudah mengingatkan kau Mala. Jangan sampai kau menyesal nanti ya."
Kemala pun hanya tertawa melihat tingkah Wak Nur dan Ibu-ibu lainnya. Tidak salah memang Kemala meminta bantuan kepada mereka.
"Ini nanti Wak Nur sesuaikan aja warna cangkang siput nya agar warna nya sama dengan yang ini. Dan Bu Jannah, itu kayu nya di potong-potong aja terus. Kan sudah Mala tandai jadi Ibu cuma motong-motong aja."
"Wah, kalau kerja kayak gini tiap hari pun aku mau Mala."
"Iya, betul. Kerja nya enak gini. Trus di gaji lagi."
"Terima kasih ya Ibu-ibu sudah bantuin Mala." Ucap Kemala sopan.
"Pokoknya nanti kalau perlu, panggil aja kami Kemala. Dirumah pun kami suntuk, tak ada anak dan suami yang menemani."
Rata-rata Ibu-ibu yang bekerja dengan Kemala adalah seorang Janda. Kemala hanya ingin membantu meringankan beban mereka.
"Kemala, Alhamdulillah hari ini banyak dapat siput nya. Di kebun sayur milik si Broto banyak sekali. Si Broto malah senang nggak ada lagi yang memakan sayur nya yang akan di panen."
"Terima kasih ya Pak Jamal udah bantuin Mala."
"Iya sama-sama. Bapak juga senang bisa bantuin nak Mala. Bapak sangat terbantu selama ini. Oh ya, ini si Broto juga memberikan sedikit sayuran."
"Untuk Bapak saja ya. Bukan nya Mala nolak, tapi kan Bapak yang udah capek dari tadi."
"Ah, kau ini Kemala. Ambil saja lah. Bapak tidak enak. Ini amanah si Broto."
"Baiklah kalau begitu Pak. Yang penting kita sama-sama enak."
"Aman itu. Bapak pulang dulu Kemala, dan buat kalian semua, semangat kerja nya ya."
"Siap Pak Jamal." para Ibu-ibu menjawab serentak.
Pekerjaan Kemala terasa ringan dengan bantuan Ibu-ibu tersebut. Sesekali Asih juga datang ikut membantu. Kemala jadi semangat menjalani hari-hari nya sekarang.
Para Bapak-bapak juga banyak menolong Kemala dengan mengumpulkan ranting kayu di hutan dan beberapa siput yang mengganggu tanaman warga.
Di kampung tempat Kemala tinggal masih ada hutan yang di penuhi oleh pohon-pohon Akasia. Hutan Akasia bersebelahan dengan lahan sawit milik Perusahaan yang ada di kota. Perusahaan sawit itu juga memiliki cabang nya di sana.
Kemala merasa sangat terbantu dan bersyukur memiliki orang-orang baik di sekeliling nya.
Namun, kenyataan ternyata tidak sesuai dengan apa yang di pikirkan Kemala selama ini. Bahkan sampai saat ini ternyata ia masih belum di izinkan untuk bahagia.
Tok.. Tok..
"Kak Malaaaaa."
Suara Asih terdengar menggelegar di pagi hari itu. Kemala masih memasak di dapur dan menemani Aska jadi dia belum sempat keluar.
"Ada apa Asih, pagi-pagi begini sudah teriak-teriak kayak gitu. Lapar kamu?"
"Ya ampun kak Mala. Bukan itu, ini penting kak."
"Apa nya yang penting?"
"Semua bahan pembuatan aksesoris dan yang lainnya telah di rusak kak. Barang-barang nya sudah hancur dan tidak beraturan lagi."
"Apa? Nggak mungkin Asih. Kakak kan nyimpan nya di dalam lemari di samping rumah. Nggak mungkin di obrak abrik sama binatang."
Kemala masih saja berpikiran positif. Ia berpikir hanya binatang yang akan melakukan hal itu.
"Aduh kak Mala ini. Ayo kita lihat kalau kakak nggak percaya."
"Memang nya kamu kok bisa langsung tahu? Apa kamu lihat binatang apa yang udah obrak abrik barang kakak?"
Kemala langsung terkejut saat melihat lemari penyimpanan milik nya hancur. Lemari itu pemberian Arga. Karena rumah kontrakan Kemala sempit, jadilah Arga memberikan satu buah lemari kayu untuk di tempatkan di samping rumah Kemala.
Di samping rumah kontrakan Kemala berupa garasi tempat parkir sepeda motor. Makanya barang-barang pembuatan aksesoris dan lainnya di letakkan disana.
"Tadi pagi pas Asih mau mengambil cabe yang di samping rumah, Asih lihat barang-barang kakak udah berhamburan seperti itu. Makanya Asih langsung datang ke sini kak."
Mala terduduk lemas. Bagaimana ia akan mengatakan nya kepada Arga. Bahkan jatuh tempo tinggal beberapa hari lagi.
Banyak aksesoris dan beberapa pajangan yang terbuat dari kayu hancur seperti di injak. Bahkan lampu hias yang terbuat dari cangkang siput telah terlepas semua.
"Tapi, siapa yang telah melakukan ini semua Asih? Bahkan kakak tidak mendengarkan apapun tadi malam."
"Semalam hujan kak Mala, jangankan kakak. Asih pun nggak mendengarkan apapun."
"Tapi setidak nya kakak pasti mendengar suara bising Asih. Tunggu dulu. Di mana lampu hias yang telah selesai kakak buat Asih. Yang terbuat dari siput berwarna emas."
"Benar kak, ini aneh sekali. Kalau seandainya mereka merusak barang-barang ini pasti kakak mendengar nya. Dan, lampu hias itu juga, kok bisa hilang."
Kemala memijit kepala nya. Ia kebingungan sekaligus takut. Bagaimana ia akan mengganti seluruh kerugian ini. Bahkan keuntungan saja belum ia dapatkan.
Kemala juga memikirkan Ibu-ibu yang bekerja untuk nya saat ini. Bagaimana Kemala akan membayar mereka semua.
Isi kepala Mala berputar-putar. Bahkan hal ini membuat nya tidak bisa melakukan apa-apa. Mala tidak punya siapa-siapa. Kepada siapa dia akan meminta tolong.
Saat Kemala sedang memikirkan kerugian yang harus ia tanggung, tiba-tiba dari arah pagar rumah nya masuk seorang wanita yang sudah berumur dan anak perempuan nya.
Di lihat dari penampilannya, mereka pastilah orang yang berada. Pakaian nya, tas, sepatu bahkan riasan yang di pakai oleh anak perempuan wanita itu membuat nya kelihatan cantik.
"Kamu yang namanya Kemala? Apa kamu juga tinggal di sini?" Tanya wanita tua itu sambil menunjuk ke arah Kemala.
"Iya Bu, saya Kemala dan saya juga tinggal di kontrakan ini bersama anak saya. Ibu mencari saya ada keperluan apa ya Bu?" Ucap Kemala sopan. Karena ia menyangka mungkin saja Ibu ini akan memesan barang yang biasa ia jual.
Plak.. Plak.. Plak..
"Dasar Pelakor! Perempuan tak tahu malu!"
Dhuarrrr......
kan udah punya anak.. walaupun Cesar...gak mungkin lah..