"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 34
Raka akan berbicara tapi di urungkannya saat melihat Sabrina yang sudah menjauh. Ruang operasi sudah siap, beberapa perawat masuk ke ruangan Candra mendorong bankar menuju ruang operasi.
Sabrina sudah bersiap, dirinya sudah steril dan bersiap untuk melaksanakan operasi. Beberapa dokter pembantu dan perawat berada dalam ruang operasi, Sabrina sudah memakai masker yang menutup sebagian wajahnya.
“selamat pagi semuanya, perkenalkan saya Sabrina. Saya harap kalian semua sudah siap mental dan beristirahat cukup, operasi ini akan memakan waktu yang lama. Mari kita sama-sama berjuang membantu menyembuhkan pasien” sapa ramah Sabrina pada semua yang ada di ruang operasi.
“baik dok” mereka semua serentak menjawab Sabrina.
Dengan mengucapkan basmalah, Sabrina memulai operasi Candra. dokter pembantu dan perawat membantu Sabrina dari mengecek layar monitor di ruang operasi, membantu operasi dan lainnya.
di luar rubRaka tampak gugup di luar ruang operasi, dia duduk di kursi ruang tunggu pasien.
“Kak Raka” panggil Bima yang melihat Raka duduk di ruang tunggu depan ruang operasi.
“Kamu di sini, mami dan Eliana?”
“Mami dan Eliana di rumah, aku langsung ke sini setelah mengantar keluarga Wijaya kak” Bima duduk di samping Raka.
Tidak berapa lama Adrian, Wiyasa dan Wibisana datang menghampiri Raka setelah mendapat pesan darinya. Wibisana membawa beberapa kantung berisi sarapan untuk Raka dan Sabrina.
“Raka” panggil Adrian. Raka dan Bima menatap ke arah Adrian, Wibisana dan Wiyasa yang baru saja datang.
“ Opa sudah di dalam pi, kita doakan saja yang terbaik untuk opa pi” Raka menenangkan Adrian.
“Pi...” Bima menundukkan kepalanya merasa sangat malu dan bersalah.
“Sudahlah... nanti saja kita bahas, kita berdo’a untuk kesembuhan opa” Adrian berusaha untuk menenangkan diri. Dia tahu jika Bima di jebak, namun itu tidak mengubah fakta jika dia dan Anjani sudah melakukan perbuatan yang di larang agama.
Sepertinya permasalahan ini tidaklah mudah Wiyasa berguman dalam hati menatap keluarga Wiguna terkesan menutupi permasalahan sebenarnya. Dia memaklumi dan memilih diam menunggu Adrian menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Mereka semua kini sedang duduk di ruang tunggu. Wibisana dan Adrian bisa saja masuk ke dalam ruang operasi, namun mereka memilih menahan diri di luar menunggu kabar dari Sabrina yang sedang berjuang menyelamatkan Candra.
“Kak, lebih baik kakak sarapan sekarang, bagaimana kakak mau menjaga opa jika kakak ikutan sakit ” Saran Wibisana,
“ nanti saja” tolak Raka terlihat kekhawatiran di wajahnya.
Mereka tampak gelisah dan terus menerus melihat ke arah pintu operasi. Senantiasa berdoa dalam hati demi kelancaran operasi yang sedang di lakukan Sabrina saat ini.
****
Mentari pagi menyinari bumi, Anjani, Eliana dan Helena duduk di ruang makan dalam keheningan. Tidak satu pun keluar dari mulut mereka, hanya suara detingan sendok yang menari-nari di atas piring. Tidak satu pun makanan itu masuk ke mulut mereka, Anjani sama sekali tidak nafsu makan. Dia tidak berani untuk pulang ke rumahnya, namun dia tidak bisa terus menerus lari dari masalahnya.
“mi, jani... “ Anjani terlihat ragu-ragu.
“Jani, tenang saja ya sayang. Kami akan menyelesaikan masalah ini dengan baik, kamu jangan khawatir ya” Helena memegang dan membeli lembut tangan Anjani. Air mata Anjani kembali menetes teringat kembali dengan apa yang telah terjadi.
“Sudah Jani, kamu jangan bersedih lagi. Aku juga ikutan sedih nih” Eliana ikut menangis melihat nasib tragis yang di hadapi sahabatnya.
“bagaimana aku nggak sedih Elia, aku benar-benar nggak berani menatap wajah papa, mama, Eyang dan yang lainnya. Aku takut mereka kecewa saat mengetahui jika aku sudah tidur bersama Kak Bima” Anjani menangis sedih.
Praaang....
Terdengar suara pecahan kaca di depan ruang makan, membuat Anjani, Helena dan Eliana menatap ke arah pecahan kaca itu. Mereka bertiga terkejut saat melihat Wulan dan Asmirah yang datang ke rumah mereka untuk memberikan sedikit oleh-oleh serta makanan untuk sarapan. Piring berisi makanan jatuh berserakan, Wulan dan Asmirah begitu terkejut mendengar apa yang telah di ucapkan Anjani.
“Wulan” Helena terkejut, bangkit dari tempat duduknya.
“Helen, ada apa ini? Apa... apa... apa maksud dari ucapan Anjani?” Wulan benar-benar syok mendengar ucapan dari putrinya. Anjani menghampiri Wulan memegang kedua tangannya
“Ma.... tenang dulu ma, ja... ja...jani akan jelaskan semuanya” Anjani terlihat takut.
“apa benar yang mama dengar tadi Jani. Kamu... kamu sudah tidur bersama Bima? Benar Jani?” tanya Wulan, matanya berkaca-kaca menatap putrinya dengan memegang kedua pundaknya.
Anjani hanya diam dan menundukkan kepalanya, Helena dan Eliana menghampiri Wulan yang sangat terkejut mendengar penuturan Anjani.
“Wulan kamu tenang dulu ya, biar aku jelaskan dulu ke kamu” Helena mencoba menenangkan Wulan.
“Jawab mama Jani, apa benar yang mama dengar barusan” bentak Wulan memegang kuat kedua lengan Anjani.
Dengan lemah Anjani menganggukkan kepalanya, dia menundukkan kepalanya tidak berani menatap wanita yang telah melahirkannya. Wulan jatuh terduduk di lantai mendapat jawaban dari Anjani, dia menitikkan air matanya merasa gagal menjaga putrinya.
Asmirah terkejut mendengar apa yang telah menimpa kakaknya, dia memegangi tubuh Wulan yang lemah tidak bertenaga. Eliana, Anjani dan Asmirah membantu Wulan berdiri dan mendudukkannya di sofa ruang keluarga.
Bi Atun pembantu rumah Helena membawakan air putih hangat untuk di minum Wulan, tanpa sengaja dia mendengar suara ribut di ruang makan. Dia mengintip dari dapur dan terkejut saat melihat Wulan yang sudah terduduk di lantai, dengan sigap bi Atun mengambil air putih hangat.
Helena duduk di samping kanan Wulan yang menangis Sedih, menghibur sahabatnya dan memberikan segelas air putih. Anjani duduk bersimpuh di kaki Wulan, memegangi kedua tangannya,
“maafkan Jani ma...” Air mata Anjani menetes, merebahkan kepalanya dalam pangkuan Wulan. Eliana pun memberanikan diri untuk berbicara,
“Tante... sebenarnya, ini semua bukanlah kesalahan Anjani dan kak Bima. Mereka berdua sudah di jebak...” Eliana pun menjelaskan segala yang di ketahui nya. Wulan dan Asmirah terkejut saat mengetahui kebenarannya,
“Anjani benar-benar tidak sadar dengan apa yang terjadi Wulan. Jangan menyalahkan dan memarahi Anjani, dia sudah sangat terpukul saat ini” Helena merangkul Wulan.
“apa sakitnya pak Candra juga karena hal ini??” Tanya Wulan, Helena terdiam sedih. Dia sempat menanyakan kondisi Candra sebelumnya dan tahu jika saat ini Candra sedang di operasi.
Diamnya Helena membuat Wulan semakin bersedih,
“apa pak Adrian mengundang keluarga besar kami karena permasalahan ini juga?” Tanya Wulan.
Mereka terdiam membisu tidak mampu menjawab pertanyaan yang terus di lontarkan Wulan. Terdengar deringan ponsel milik Asmirah yang langsung di raihnya, tertulis nama papa di layar ponsel Asmirah.
“mah, papa telepon” ujar Asmirah sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Wulan.
“kita pulang sekarang Anjani, lebih baik hal ini kita bicarakan saat semuanya tenang. Helen maaf aku bawa Anjani pulang” Wulan berdiri dari sofa di bantu Asmirah yang berada di sebelah kiri dan Anjani di sebelah kanannya.
Helena menganggukkan kepalanya dan tersenyum sendu melihat Wulan, mereka semua terpukul. Anjani, Wulan dan Asmirah kembali ke rumah mereka, Helena memeluk wulan sebentar berbagi kekuatan satu sama lain.
*************
secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗
tetap terus dukung Author😊😊😊
dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
❤️❤️❤️❤️❤️ all...
buat saya,,,ini sangat lah menyebabkan,,,
kenapa ?,,,
karena sesuatu yang tidak adil terjadi pada raka,,
kali ini coba saya intip lagi,,,siapa tau author membelokkan alur cerita,,, walaupun saat ini kenyataannya bisa di ibarat kan bahwa Sabrina hanya tinggal ampas untuk raka,,,,walau harus dengan menSCROLL setiap jalan cerita yang menjelaskan soal Sabrina dan suaminya,,,😓