Casey Valencia, seorang gadis biasa yang terjebak cinta masa lalunya. Gagal move on dengan segala pesona Bian yang di atas rata-rata. Masih menggenggam cinta yang sama menjadikannya jomblo abadi dan selalu dibully teman-temannya. Mencoba berbagai cara untuk mencari pria yang dicintai, agar bisa bertemu kembali adalah hal mustahil yang selalu dia impikan.
Namun, tragedi di sebuah bar menjadikannya pengantin dadakan. Menikah dengan orang yang tidak dia kenali, bahkan teramat dia benci karena merenggut apa yang memang dijaganya. Dan Casey selalu merasa tidak asing dengan sosok pria itu.
Mungkinkah cinta sesaatnya akan menjadi selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rigum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCS - Bukan Malam Pertama
"Apakah kau mencintaiku?" pertanyaan Casey didengar oleh semua pihak yang hadir
Bian menatapnya dalam-dalam. Sementara pendeta sudah menunggu kesiapan keduanya untuk mengikrarkan janji pernikahan.
"Sangat Casey!" balas Bian
Casey memeluk Bian sebentar kemudian dengan yakin berkata dengan lantang. "Pak pendeta. Nikahkan kami!"
"Baiklah. Akan saya ulangi pertanyaan saya. Nona Casey Valencia, apakah anda bersedia menerima saudara Bian Fabastiano sebagai suami anda?"
"Saya bersedia!" balas Casey tanpa sedikit pun keraguan di hatinya.
"Ulangi setelah saya." pendeta itu menghadap ke arah Bian untuk menuntun membacakan janji pernikahan.
"Saya, Bian Fabastiano, mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya."
"Saya, Casey Valencia, menerima engkau menjadi suami saya, untuk menemani dalam suka maupun duka, kaya maupun miskin, sampai maut memisahkan kita."
"Sekarang kalian resmi menjadi suami istri." tukas pendeta
Bian mendekatkan wajahnya, mencium bibir Casey dengan kedua mata terpejam. Casey membalasnya, tanpa rasa canggung dan disambut tepuk tangan meriah dari semua orang.
"Terima kasih Casey, sudah menungguku selama 6 tahun ini." ujar Bian
"Tidak! Aku tidak menunggumu 6 tahun Bian. Melainkan jauh sebelum itu." terang Casey dengan wajah cemberut.
"Sejak kapan kau mencintaiku Casey?" tanya Bian
"Sejak.."
FLASHBACK ON
Casey Valencia, murid pindahan baru dengan penampilan ala kadarnya yang masuk karena kebetulan itu, tampak kebingungan. Disesatkan oleh 3 siswi nakal hingga terlambat menemukan kelasnya, membuat Casey harus menerima hukuman berdiri di tengah halaman dengan kedua tangan memegang daun telinga.
"Dasar murid sialan itu! Akan ku beri pelajaran setelah pulang sekolah nanti!" tekad Casey masih melanjutkan hukumannya.
Terik matahari yang tepat diatas kepala, ditambah perut kosong yang berbunyi nyaring menandakan dia telah melewatkan waktu sarapan. Kepala Casey berdenyut perlahan. Hingga satu kaki yang terangkat terpaksa dia turunkan.
"Aku.. Tidak sanggup lagi." Casey menunduk untuk menutupi kepalanya namun Demon, guru matematika itu masih memelototinya dari jendela kelas
Seketika Casey kembali pada posisinya.
"Sampai kapan aku harus seperti ini." gumamnya dengan pandangan yang mulai berkunang-kunang.
"Hei.." panggil seseorang
Casey menoleh hanya samar dilihat olehnya, ada yang menghampirinya.
"Apa kau melihat Pak Demon?" tanya pria itu
"Aku.. Aku.." tubuh Casey perlahan kehilangan kesadaran. Hingga nyaris ambruk ke tanah. Sepasang tangan menangkapnya.
Di UKS Bian tengah berbicara dengan salah seorang petugas, mengenai kondisi Casey yang dehidrasi. Bian berinisiatif membawakan es kelapa muda dan seporsi pasta dengan taburan keju di atasnya.
"Ayah.." igau Casey
Bian menatap heran ke arah gadis itu. Keringat dingin bercucuran di dahinya. Dengan telaten Bian mengusapnya dengan tisu. Kedua mata Casey terbuka perlahan, melihat sosok tampan berkulit putih tengah memandangnya khawatir. Casey terdiam, menatap dalam ke arah mata tajam Bian yang ada di hadapannya.
"Apa kau malaikat? Kenapa kau begitu tampan? Kulitmu bahkan bercahaya diterpa sinar matahari. Oh Tuhan, apa aku sudah mati? Kenapa surga ini terlihat sangat mengerikan?"
FLASHBACK OFF
"Casey! Casey!" Bian menggoyang-goyangkan tangannya di hadapan Casey.
"Casey!!!!" teriak Bian
"Ah Iya!" Casey tersentak dari lamunannya
"Kau tidak apa-apa?" tanya Bian
"Aku.. Aku.. Sejak kapan kau menyukaiku Bian?" tanya Casey tiba-tiba
"Sejak saat itu. Saat kau terang-terangan menyatakn cintamu di ruang ganti." ujar Bian mengenang kembali keberanian Casey
"Pak Bastian, resort yang anda pesan sudah disiapkan." tukas Dika
"Baik, Maya! Tolong antarkan Casey berganti pakaian." ujar Bian
"Baik Pak. Mari Nona saya antarkan." ujar Maya mengamit lengan Casey
Dua wanita itu berjalan menuju ke ruangan khusus yang sudah dipersiapkan. Maya membawakan sebuah gaun dengan belahan samping sebatas paha. Gaun berbentuk sabrina berwarna lilac yang juga sangat pas untuk Casey.
"Kau yang memilihkannya May?" tanya Casey mematut dirinya di cermin
"Bukan nona, Pak Bastian sendirilah yang membelikannya untuk anda." terang Maya
"Lalu, setelah ini kemana Bian akan membawaku?" tanya Casey membalikkan badannya
"Ke tempat yang istimewa Nona." tukas Maya dengan seulas senyum
"Tunggu! Kau tahu dimana ponselku? Aku harus mengabari Cia!" pekik Casey
"Sebentar nona, saya ambilkan." terang Maya meninggalkan ruangan.
Tak lama setelahnya, Bian datang dengan benda pipih yang Casey cari.
"Kau yang membawakannya, kemana Maya?" tanya Casey
"Dia mempersiapkan sesuatu bersama para pengawalku. Sudah hubungi saja Ciamu itu." ujar Bian menyodorkan ponselnya
Casey meletakkan ponsel itu di telinganya. Nada dering bersambung, terdengar suara cempreng yang melengking bersiap merusak gendang telinga Casey.
"Kak Casey! Dasar keterlaluan! Bos bilang kau menikah dengan CEO F.H Group. Bisa-bisanya kau tidak mengundangku dulu! Rumor yang ku lihat kemarin bahkan sudah menghilang dari peredaran. Katakan Kak! Kau dimana?" kesal Cia dengan nada meninggi
"Aku.. Aku.. Kenapa Pak Satoo membongkar rahasiaku! Bian, kau bilang dia bisa menjaga rahasia. Tidak tahunya!" sekarang Casey yang berganti memarahi suaminya
"Bukan Pak Satoo yang memberitahuku Kak! Tapi telingaku yang menguping pembicaraan suami kayamu itu dengan bos kita! Dasar kalian memang sudah merencanakannya, aku harus minta ganti rugi atas keterlambatan berita ini." celoteh Cia
"Ganti rugi? Memangnya siapa yang merugikanmu?" balas Casey tak kalah sengit
Bian merebut ponsel Casey dan berbicara dengan tenang, "Katakan berapa yang harus ku bayarkan. Tapi tolong jaga rahasia ini baik-baik."
"Jangan dituruti! Enak saja!" teriak Casey tak terima
"Hah, baiklah karena anda adalah orang kaya yang tampan. Maka aku tidak akan minta banyak, bagaimana jika aku minta nomor pria tampan yang datang kemari tempo hari?" tanya Cia membayangkan wajah Alex yang menggoda
"Enak saja! Hei bocah tengil! Yang datang ke restoran kita adalah suamiku, kau tidak bisa sembarangan meminta nomor ponselnya. Sudahlah jangan menggangguku lagi! Atau aku akan meneriakimu sampai telingamu berdengung!" BRAK.. Casey melemparkan ponselnya ke nakas. Kesal sekali mengetahui keinginan Cia yang dia pikir hendak merebut Bian darinya.
Bian menatap istri kecilnya yang cemberut dengan tangan terlipat di depan dada. Mensejajarkan wajah mereka lalu berujar, "Apa salahnya jika dia meminta nomor ponselku?" Goda Bian meski dia tahu Alexlah yang berkunjung ke Samune Resto tempo hari
"Kau milikku tuan Fabastiano!" Casey menarik kasar dasi suaminya hingga wajah mereka semakin berdekatan.
"Jadi kau bahkan cemburu dengan sahabatmu sendiri?" tanya Bian menempelkan dahinya ke dahi Casey
"Bahkan aku akan memarahi nyamuk yang berani menggigitmu!" terang Casey
"Begitukah? Bagaimana kalau.." Bian mendekatkan bibirnya. Menciumnya sekilas dan membiarkan jantung Casey berdetak tak beraturan.
"Sebaiknya kita bergegas. Ada hal penting yang harus kita lakukan berdua." Bian memundurkan badannya sambil mengedipkan sebelah mata untuk menggoda Casey
Sebelum meninggalkan ruangan, pintu dibuka dengan kasar. Ada Dika bersama Alex yang datang tergopoh dengan wajah panik.
"Pak! Ada masalah!"
Kalau up yang banyak dong kak jadi gak lama nunggunya /Grin/