Alifa Rizky Aulia..gadis cantik yang sejak kecil selalu terdidik dengan hebat karena sejak usia 4 tahun Alifa sudah merasakan hidup di lingkungan pesantren. Alifa di tuntut belajar belajar dan terus belajar di kala teman seusianya merasakan di manja orang tua.tapi beda dengan Alifa.tak ada istilah manja di kamus hidup Alifa.
karena kehidupan pesantren yang menuntut Alifa hidup dalam kedisiplinan yang ketat akhirnya Alifa tumbuh menjadi gadis manis yang penuh prestasi dia menjadi qori terkenal berkat didikan sang kyai.
suatu ketika Alifa mengenal laki laki lewat media sosial. sejak itu Alifa melabuhkan hati pada sang doi yang baru di kenal nya.
bagaimana hidup sang qori setelah mengenal seorang laki-laki ? ujian dan cobaan apa yang harus di tempuh Alifa sehingga menjadi gadis manis penuh prestasi???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arizkha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Restu kyai dan ummi.
Alifa sudah semakin sehat, Badannya sudah semakin bugar. Alifa pun sudah masuk sekolah seperti hari-hari biasanya. ia pun sudah mulai berlatih bersama kyai Abdullah dan ustadz pilihan kyai untuk mempersiapkan diri dalam event provinsi.
Santri yang bisa mengaji tentu banyak ya, tapi santri yang menguasai ilmu seni baca Al Qur'an itu tak semua santri bisa lakukan karena tak semua santri memiliki kemampuan dan suara yang merdu dan enak di dengar.
Alifa berlatih giat untuk memperkuat suaranya, melatih nafas dan sebagainya. Dirinya di latih sendiri langsung oleh sang kyai. Tentu kyai menginginkan yang terbaik untuk santri di pondoknya itu.
Banyak pantangan makanan yang harus di hindari Alifa demi menjaga suaranya tetap bagus.
Alifa tak boleh makan yang pedas, makan gorengan, makan yang terlalu panas, tidak boleh minum es dan minuman yang banyak berkafein. Alifa pun tak boleh makan makanan yang banyak lemak. Semua itu di larang supaya suara Alifa tetap terjaga dengan bagus.
Satu bulan sudah sejak dirinya sakit.., Alifa selalu menjaga kesehatan badannya ia betul-betul patuh dengan apa yang diperintahkan oleh kyai dan pengasuh yang membimbingnya itu.
Hingga akhirnya, ajang MTQ tingkat provinsi kurang tiga hari lagi di gelar. Banyak cabang yang di lombakan dalam event tingkat provinsi kali ini.
Besok pagi sesuai rencana Alifa akan bertolak ke kota M tempat di mana di helat nya MTQ tingkat provinsi. ia bersama kafilah wakil kabupaten nya akan berangkat sesuai rencana pukul 10 pagi.
Tak lupa Alifa pun sowan ke ndalem untuk meminta restu kyai dan ummi khasanah.
Ditemani ustadzah Nia, sehabis sholat isya Alifa pun sowan ke ndalem.
Sesampainya di rumah kediaman pimpinan pondok pesantren, Alifa pun menyampaikan maksud kedatangan nya.
"Kyai..,ummi.., maaf jika kedatangan saya mengganggu istirahat kyai dan ummi. maksud kedatangan saya ingin pamit dan mohon doa restu besok pagi saya harus berangkat untuk mengikuti ajang MTQ. Mohon kiranya kyai dan ummi memberi restu pada saya semoga dengan restu kyai dan ummi memudahkan langkah saya di sana."
Kyai Abdullah dan ummi khasanah terharu mendengar Alifa mengucap kata demi kata.
"Berjuanglah nak.., jaga kesehatan di sana. ummi dan Abi merestui mu Alifa..! fokus lah dengan kompetisi di sana. semoga Allah memberikan hasil terbaik seperti yang kita semua harapkan."
"Benar sekali Alifa, semoga kamu diberi kelancaran di sana. berjuanglah dan terus fokus dan percaya diri."
Setelah mendapat restu dan wejangan dari kyai dan ummi pemilik pondok, Alifa pun pamit undur diri untuk kembali ke asrama. Dia akan meminjam hp ustadzah Nia untuk menelpon ayahnya.
Biasanya Alifa telpon menggunakan sarana telpon pondok. Tapi, berhubung sudah malam tentu ruang telpon sudah di tutup. Karena telpon dari pondok hanya di batasi waktu dan harinya.
"Maaf ustadzah Nia, apa boleh saya meminjam ponselnya sebentar? saya ingin menelpon ayah saya ustadzah. Saya ingin meminta doa restu ke ayah."
"Baiklah Alifa.., kamu bisa telpon ayah kamu dari hape saya, tapi telpon nya di ruang pengasuh saja ya..! biar tidak ada santri yang tau. Takutnya jika ada yang tau akan ada salah paham. Mari kita ke ruang pengasuh."
" Baik ustadzah."
Alifa pun berjalan menuju ruang pengasuh mengikuti langkah ustadzah Nia.
Sesampainya di dalam ruang yang ada beberapa ustadzah sedang melakukan aktivitas masing-masing, Alifa pun menghubungi sang ayah.