Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Wajah Alice berbinar sumringah saat ia melangkah memasuki rumah dengan beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya.
Hari ini adalah hari yang istimewa baginya, sebab, ia baru saja mendapatkan bonus dari tempatnya bekerja, hasil penjualan lukisan yang berhasil ia buat.
Alice merasa bangga dan bahagia, ia merasa bahwa usaha dan bakatnya dalam melukis akhirnya mendapatkan penghargaan yang pantas.
Malam ini, Alice berencana untuk memasak makanan istimewa bagi dirinya dan suaminya, Lucas. Ia ingin menghabiskan waktu berkualitas bersama suaminya sambil menikmati hidangan lezat yang ia buat menggunakan uang hasil kerja kerasnya itu.
Alice percaya bahwa kesuksesan ini patut untuk dirayakan, dan tidak ada cara yang lebih baik untuk merayakannya selain berbagi kebahagiaan ini bersama orang yang paling ia cintai, yaitu suaminya. Dia mencoba membuka hatinya untul Lucas.
Begitu sampai di dapur, Alice segera mengeluarkan bahan-bahan makanan yang baru saja ia beli, lalu ia mulai mengiris daging, memotong sayuran, dan menggoreng beberapa bahan.
Aroma yang menggugah selera segera menyebar ke seluruh rumah, membuat Lucas yang sedang beristirahat di ruang tamu segera terpancing untuk melihat apa yang sedang dipersiapkan oleh istrinya.
Ia melihat istrinya, Alice, sibuk menata meja makan dengan berbagai hidangan yang terlihat lezat. Namun, ketidaksukaan terpancar dari wajahnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Lucas, dengan nada yang dingin dan ketus.
"Hari ini aku mendapatkan bonus dari tempatku bekerja. Aku ingin merayakannya bersama mu," jawab Alice sambil tersenyum manis. Semangatnya tidak luntur meskipun mendengar nada suaminya yang kurang baik.
"Memangnya berapa bonus yang kamu dapatkan? Sampai membuatmu bahagia seperti ini," tanya Lucas dengan tatapan mengejek, ia yakin bonus yang dihasilkan oleh istrinya itu tidak sebanding dengan keuntungan yang ia dapatkan tiap menitnya dari perusahaan Anderson.
Alice menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tidak terpengaruh oleh sikap suaminya.
"Aku mendapatkan bonus sebesar lima juta rupiah. Aku tahu ini mungkin tidak seberapa, tapi aku merasa bahagia karena usahaku dihargai di tempat kerja." jawab Alice bangga.
Lucas tertawa sinis, "Lima juta? Itu bukan jumlah yang pantas untuk dirayakan. Kau tahu, dengan uang segitu, aku bisa menghasilkan lebih banyak dalam satu hari saja."
Wajah Alice berubah sedih, namun ia tetap berusaha tersenyum. "Aku tahu, tapi tidak ada salahnya aku berbagi kebahagiaan ku ini dengan mu." ucap Alice.
Lucas menghela napas, merasa kesal dengan sikap istrinya yang terus berusaha untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga.
"Baiklah, kita rayakan 'bonus besar' ini," ujarnya dengan nada mencibir, membuat hati Alice semakin terluka.
Lucas menatap beraneka macam menu yang tertata rapi di atas meja. Aromanya yang menggoda mengajaknya untuk mencicipi, namun di sisi lain ia ingin melewatkan makanan itu. Hati Lucas terbelah, merasa sayang untuk melewatkan hidangan yang terlihat menggugah selera itu. Akhirnya, mau tak mau, dia mendudukkan tubuhnya di hadapan Alice.
Ia mencicipi masakan istrinya itu dengan perasaan campur aduk. Saat mulutnya mencoba satu suapan pertama, mata Lucas terbelalak kaget. Dalam hati, ia memuji masakan istrinya yang terasa lezat, tidak kalah dengan masakan di restoran bintang lima. Rasanya begitu nikmat di lidah, membuatnya merasa tak percaya bahwa Alice sanggup membuat masakan selezat ini.
"Ternyata masakan gadis miskin ini enak juga," puji Lucas dalam hati. Ia terkejut dengan keahlian memasak Alice yang tak pernah diduganya sebelumnya.
Tanpa sadar, pria itu makan dengan begitu lahap. Ia tak mampu menahan diri untuk terus mencicipi masakan lezat di hadapannya. garpu dan sendok bergerak cepat, menghabiskan satu persatu hidangan yang ada di meja.Diam-diam Alice tersenyum melihat Lucas yang menikmati masakannya, merasa bangga dan bahagia.
Tak ada sisa makanan yang tertinggal di piring Lucas. Ia mengusap sudut bibirnya dengan serbet, menandakan kekenyangan setelah menikmati masakan istrinya.
Alice tersenyum puas melihat suaminya menikmati hasil masakannya, sembari merapikan meja makan yang sudah selesai digunakan. Lucas tidak menyangka, bahwa kebersamaannya malam ini menyisakan kenangan indah untuk Alice.
*****
Matahari bersinar terik di siang hari itu, Alice berjalan dengan tenang menuju galeri tempatnya bekerja. Setiap langkahnya terasa ringan, seolah-olah ia sudah terbiasa dengan kehidupan tanpa kehadiran Lucas.
Pernikahan mereka sudah berjalan beberapa bulan, namun tak seorang pun tahu bahwa Alice masih per*wan. Lucas, suaminya, belum pernah menyentuhnya sejak mereka menikah.
Tiba-tiba, pintu galeri Alice terbuka dan muncul seorang pria dengan penampilan rapi dan berwibawa. Pria itu yang tak lain adalah Cedrik, yang berasal dari salah satu perusahaan film dan ingin memesan lukisan untuk digunakan sebagai properti di salah satu film yang sedang diproduksi.
Alice menyambut pria itu dengan senyuman ramah dan mengajaknya untuk masuk ke dalam studio. Sambil berjalan melihat-lihat lukisan yang ada di dinding studio, pria itu mulai menjelaskan konsep yang diinginkan untuk lukisan tersebut.
Alice, dengan teliti, mencatat semua detail yang diberikan oleh pria itu dan berjanji akan menyelesaikan lukisan tersebut sesuai dengan keinginan.
"Kalau sudah selesai, tolong kamu antar lukisan itu ke alamat ini" ucap Cedrik sambil menunjukkan sebuah alamat kepada Alice.
"Baik tuan Cedrik. Nanti saya akan menyuruh orang untuk mengantar, setelah lukisannya selesai" ucap Alice.
"Terima kasih nona Alice, tap saya berharap anda sendiri yang mengantarnya" ucap Cedrik dan pamit pergi meninggalkan galeri tersebut.
Tuan Zen berjalan menuju sudut galeri tempat Alice sedang duduk di depan kanvas kosong dengan kuas dan cat di tangannya. Dahi Alice tampak berkerut, mencoba mencari inspirasi untuk lukisannya.
"Waktunya terlalu mepet, memangnya kamu bisa menyelesaikannya tepat waktu?" tanya Tuan Zen dengan nada ragu.
Alice menghela napas panjang, mencoba menjaga kepercayaan dirinya. "Saya akan berusaha sebaik mungkin, tuan Zen. Saya janji akan menyelesaikan lukisan ini dalam tiga hari," ujar Alice dengan penuh keyakinan.
Wajah Tuan Zen tampak sedikit cemas, namun dia mencoba memberikan dukungan pada Alice.
"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi ingat, melukis itu tidak mudah. Kamu harus benar-benar fokus dan tenang untuk menghasilkan karya terbaik. Apalagi ini untuk syuting film, kamu harus melukis sesuai yang di inginkan tuan Cedrik" ucap tuan Zen.
Alice mengangguk mengerti. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan lukisan tersebut tepat waktu, sesuai permintaan tuan Cedrik. Entah apa tujuan pria itu, dia memberikan waktu yang begitu singkat untuk Alice.
Ketika Tuan Zen pergi, Alice kembali memejamkan mata, berusaha menemukan ide dan inspirasi yang akan menjadi bahan bakar bagi karya seninya.
Alice tidak hanya menyelesaikan lukisan itu di tempatnya bekerja saja, ia juga membawa lukisan itu untuk ia kerjakan di rumah.
Saat memasuki area rumah, tanpa sengaja Lucas melihat sang istri yang sedang melukis di teras rumah, pria itu menghampiri istrinya dan mencibirnya.
"Kau bekerja begitu keras, padahal uang yang kamu hasilkan tidaklah seberapa"
Alice menghela nafas sabar, tidak ingin terpancing oleh ucapan Lucas, atau nanti akan membuat moodnya buruk dan menghambat kinerjanya.
aihhh bikin lah Alice strong woman Thor jangan terlalu myek menyek
hadirkan juga laki² bertanggung jawab, mapan pokoknya impian para wanitalah untuk melindungi Alice