"Aku hamil, Rey." Kalimat itu akhirnya lolos dari bibir Kirana, meski dia mengatakan penuh keraguan.
Reyhan bukannya senang, justru dia melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan. " Hamil! Bayi siapa yang kau kandung? Kalaupun itu anakku, jangan berharap aku akan membiarkan dia lahir kedunia ini."
Tanggapan negatif dari Reyhan membuat Kirana ingin mempertahankan bayinya seorang diri, meski dirinya tengah divonis kanker stadium akhir.
Ya, Reyhan menikahi Kirana karena paksaan dari keluarga wanita, pernikahan mereka yang berumur tujuh tahun tidak mampu menghadirkan CINTA . Reyhan memiliki kekasih yang setiap saat hadir mengacaukan hubungan mereka. Namun, saat Kirana benar-benar pergi, Reyhan merasakan sesuatu yang berharga telah hilang dari hidupnya.
Akankah mereka kembali bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan?
Ataukah mereka berpisah dan menyisakan penyesalan?
Ayuk! ikuti kisahnya sampai tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Reyhan!" Clara tersenyum melihat wajah lelaki yang dicintainya berada dalam jarak begitu dekat.
"Iya Clara, aku ada disini, apakah kamu sangat senang?" Reyhan berjanji akan menemani Clara sampai wanita itu tertidur. Apalagi setahu Reyhan Clara telah mengandung benihnya.
"Iya, tentu."
"Clara memeluk Reyhan lebih erat. Reyhan menyusupkan tangannya di punggung Clara. Reyhan merasakan ada benjolan yang diyakini bekas luka, sayang sekali lelaki itu belum pernah melihatnya langsung.
"Rey, kamu masih meragukan kalau aku yang menyelamatkan kamu?"
"Tidak mungkin aku meragukan, ini dulu pasti sakit sekali." Reyhan mengelus lembut punggung Clara. Reyhan mendaratkan kecupan di kening Clara.
Clara sangat senang, Ternyata seorang Reyhan bisa dia miliki dengan sangat mudah.
Clara merasa dia kembali memenangkan game berikutnya, dan Kirana tidak akan pernah bisa menang meski hanya satu kali saja. Clara merasa kecerdasan dirinya jauh lebih baik dibanding dengan Kirana yang payah dan cengeng.
"Aku sudah melupakan semuanya, aku Tidak mau kau terus merasa bersalah seperti itu. Kau bersamaku saja aku merasa itu lebih dari apapun. Jangan pergi dariku Rey."
Reyhan merasa Clara sangat tulus, dia sudah berkorban tapi tidak mau dianggap sebagai pemilik hutang budi. Reyhan semakin yakin kalau Kirana adalah pengarang cerita yang hebat. Reyhan yakin pasti Kirana waktu di taman sebenarnya menyadari kedatangannya dan dia sengaja berbicara seolah olah semuanya kebetulan dan membuat keadaan menjadi kacau.
"Rey sepertinya bayi kita ingin tidur sambil dipeluk oleh papanya."
"Benarkah?"
"Iya, kalau tidak percaya cobalah berbicara dengannya."
Reyhan membungkuk, mengecup perut Clara sesaat.
Lelaki itu lalu duduk di ranjang dengan posisi siap menyambut tubuh Clara dalam pelukannya.
Mereka kembali berbicara layaknya pasangan pengantin baru yang saling jatuh cinta.
"Saat kau menyelamatkan aku, apakah saat itu ada orang lain disana."
"Tidak ada Rey, aku tidak melihat siapapun." Clara menjawab dengan sangat lancar. karena dulu Kirana sering cerita semuanya pada Clara. Dan wanita itu tentu masih ingat betul setiap ucapan Kirana.
"Jika tidak ada siapapun, siapakah yang datang pertama kali untuk membantu membawaku ke mobil?"
"Aku sendiri Rey, aku susah payah membawa tubuhmu ke mobil, kamu bisa bayangkan aku saat itu kesulitan karena membawa tubuh mu yang lebih besar."
"Kamu sangat hebat Clara, aku beruntung miliki cinta pertama wanita sehebat dirimu."
Reyhan merasa cerita Clara sedikit ambigu, kalau hanya dia sendiri, dimana sopir waktu itu. Apakah hanya diam saja menjadi penonton.
"Aku tahu kamu masih meragukan aku, Pasti Kirana sudah mengarang cerita kalau dia yang menyelamatkanmu, aku sudah menduga ini pasti akan terjadi, dan benar, sekarang kamu bimbang antara aku atau dia yang berjuang waktu itu. Biarlah, mungkin ini sudah takdir yang harus aku jalani. Aku sudah ikhlas, Rey" Kirana menitikkan air matanya di pipi.
"Tidak Clara, aku tidak meragukan kamu." Reyhan mengeratkan pelukannya berharap Clara akan tenang. Clara sengaja bersikap lebih sensitif supaya Reyhan yakin kalau itu efek hormon bawaan si kecil. Dan usaha itu lagi-lagi sukses membawa Reyhan bersimpati.
***
Malam semakin larut, Niko mengingatkan Reyhan untuk segera pulang. Reyhan setuju karena Clara juga sudah tidur pulas.
"Niko, Aku sangat kecewa dengan Kirana, dia bener-benar wanita yang licik, bagaimana bisa dia bercerita pada orang lain kalau dirinya yang menyelamatkan aku."
"Tuan, saya tidak tahu pada siapa harus berpihak, tapi setahu saya, Nona Kirana wanita yang baik dan tulus.
"Hah, wanita itu pembohong Niko, sejak dia menggunakan kekuasaan keluarganya untuk membuatku menikah disaat tidak ada cinta diantara kita? Apa masih ada kata baik dan tulus. Jelas dia wanita yang menghalalkan segala cara."
"Entahlah Tuan, masalah anda sangat rumit." Niko enggan memberi pendapat, karena ujungnya Reyhan akan memihak Clara yang terlihat selalu lemah di depan Reyhan dengan alasan penyakit palsu yang dideritanya.
"Aku tahu kamu lebih memihak Kirana." cibir Reyhan pada Niko.
"Tidak Tuan, aku hanya berbicara sesuai kata hati saja. Anda tidak perlu merisaukan pemikiran saya yang mungkin salah."
Setelah sampai di apartement. Reyhan segera turun dari mobil dengan tergesa tak sabar ingin menenangkan diri, Reyhan kini tinggal sendiri di apartemen setelah resmi bercerai dengan Kirana, tapi kadang Niko juga malas pulang jika hari sudah larut, lelaki itu memilih tidur di apartement Reyhan saja yang kebetulan terdapat dua kamar.
_
Tengah malam pun Reyhan tak bisa tidur dengan lelap, bohong jika dia tidak teringat dengan ucapan Kirana di tanam waktu itu.
Reyhan berulang kali mendesah, Kirana dan Clara benar-benar mengusik hidupnya, untuk mengusir bayangan dua wanita itu, Reyhan meneguk wine yang ada di mini bar yang kebetulan ada di apartemen.
Reyhan mengajak Niko untuk ikut bergabung meneguk nikmatnya minuman keras, sebagai tanda menghormati atasan Niko tidak menolak.
Setelah mabuk keduanya tidur terlentang di luar kamar, Reyhan di Sofa dan Niko di karpet.
Mereka baru terbangun ketika ada seseorang diluar pintu terus terus mengetuk pintu dengan keras.
Reyhan mengusap kedua matanya yang terasa berat, setelah tahu dia terlambat bangun dan terancam terlambat ke kantor, Reyhan segera bangun dan masuk kamar mandi.
"Niko lekas buka pintu, aku akan mandi dengan cepat."
"Baiklah Tuan."
Reyhan mandi dengan cepat dia tahu kalau wanita diluar pasti Clara, Karena Reyhan terlambat menjemput jadi wanita itu datang menyusul.
Setelah tahu yang membuka pintu Niko, Clara sangat kesal. "Kenapa lama sekali? kau sudah membuat aku menunggu diluar sangat lama.
"Maaf Nona, kami tidak tahu anda yang datang." kata Niko sambil menguap.
Clara menutup mulutnya karena mencium aroma alkohol saat Niko menguap. " Bau mulutmu sangat menjijikkan." Clara nyelonong masuk dan mendorong tubuh Niko.
Niko membiarkan Clara bersikap sesuka hati, lelaki yang berusia dua puluh lima tahun itu sudah sering mendapat perlakuan buruk Clara, hanya saja tidak mungkin dia mengadu.
Niko keluar Apartement setelah Clara masuk. Niko juga harus bersiap-siap mengantar Reyhan ke kantor.
Reyhan keluar kamar mandi setelah beberapa menit di dalam. Clara tentu terpesona dengan pahatan indah dan enam roti sobek yang dimiliki oleh Reyhan.
Clara berlari mendekati Reyhan dan memeluknya.
Reyhan membiarkan Clara melakukan yang dia mau. Bagi Reyhan ini sepertinya kesempatan bagus untuk melihat luka itu, jika semalam dia hanya berhasil merabanya, hari ini dia ingin melihat sejelas-jelasnya.
"Rey, tubuhmu sangat harum."
"Aku baru selesai mandi, tentu aromanya sangat wangi."
"Reyhan berlahan menurunkan tali baju seksi yang menyerupai kemben yang dipakai oleh Clara.
Sesaat Clara terbawa suasana. Dia bahagia Reyhan sangat agresif. Akan tetapi Kirana kembali teringat dengan misi Reyhan semalam yang ingin melihat luka di punggungnya.
Clara sepertinya harus berfikir jernih, lebih baik dia mundur beberapa langkah untuk menggagalkan usaha Reyhan.
Clara melepaskan pelukan Reyhan dan segera merapikan tangtopnya. lagi-lagi dia harus memasang ekspresi sedih saat rahasianya nyaris terbongkar.
"Rey, kamu harus lakukan sesuatu. Kamu harus bersikap tegas supaya Kirana tidak berbicara bohong pada semua orang. Kirana akan terus menyebarkan kebohongan ini sampai semua orang akan percaya."
Reyhan setuju, dia tidak tahu kalau Clara berkata dengan sedih adalah salah satu cara untuk mengalihkan kecurigaan Reyhan.