Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 29
Nguuuuung
"Kenapa tiba-tiba telingaku berdengung ya? Apa ada yang tengah membicarakan ku sekarang. Tapi haaah, kenapa rasanya hampa begini."
Di dalam lab nya, sedari tadi Aiden hanya termangu. Dia sibuk bukan dengan bahan-bahan kimia yang dimilikinya, tapi Aiden sibuk dengan hati dan pikirannya.
Biasanya jika sudah di dalam laboratorium, dia akan bisa melakukan banyak hal sampai lupa waktu. Tapi saat ini tidak, pria itu bahkan sudah ada di sana satu jam lebih namun tak melakukan apa-apa.
Hampa, kata itu yang sekarang mewakili perasaannya. Semenjak tahu bahwa Gryas dan Arlo meninggalkan Nijmegen, Aiden menjadi semakin tidak mengerti apa yang dia rasakan dalam dirinya itu. Dia tidak antusias dalam bekerja, dia juga tidak bisa mengerjakan apapun di dalam laboratoriumnya.
"Haaah, ada apa denganku?"
Drtttzzzzz
Ponselnya berdering, Aiden segera mengambilnya dan melihat siapa yang tengah menghubunginya. Ternyata itu adalah Lars.
"Ya Dokter."
"Tuan Aiden, hasilnya sudah keluar. Besok Anda bisa mengambilnya.Jika Anda tidak ada waktu, kami akan mengirimkannya."
"Tidak masalah Dokter, saya akan mengambilnya karena besok saya tidak ada kelas. Terimakasih untuk informasinya."
Panggilan telepon ditutup dan Aiden bisa merasakan jantungnya yang berdegup sangat kencang.
"Hasilnya sudah keluar, lalu apa yang aku harapkan? Apa yang akan aku lakukan setelah mengetahui semuanya."
Tap tap tap
Ceklek
Bluk
Aiden meninggalkan lab nya menuju kamar. Dia lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Sekarang ini pikirannya sungguh sangat kacau.
Hasil tes tentang kecocokan hati sebagai donor dan juga tes DNA sudah keluar. Dari hasil tes itu dia akan tahu siapa sebenarnya hubungan dirinya dan Arlo.
Banyak hal memenuhi kepala Aiden saat ini. Baru kali ini dia merasa bingung sepanjang hidupnya dan tidak tahu bagaimana harus bertindak.
"Hah entahlah."
Aiden memejamkan matanya, dan tak lama ia pun tertidur. Malam itu, dia sama sekali tidak bermimpi. Lebih tepatnya semenjak Arlo mendapatkan donor, sejak itu pula Aiden tak pernah lagi bermimpi tentang bocah kecil itu.
Ketika bangun, dia merasa ada yang kurang. Dirinya merasa bahwa tidurnya tak lagi menyenangkan.
"Sudah pagi? mengapa rasanya hidupku monoton sekali? bangun, kerja, pulang, tidur, lalu bangun lagi. Kenapa rasanya hanya seperti ini?"
Entah sudah berapa kali pria itu bicara sendiri. Tapi yang pasti Aiden merasa kebingungan dengan dirinya sendiri.
Selesai bersiap, Aiden langsung menuju ke NIjmegen dengan mobilnya. Ketika keluar dari halaman rumah, dia sempat melihat Elsye. Namun wanita itu langsung berlari menghindarinya. Aiden tentu senang, dia tersenyum simpul. Ternyata ucapannya waktu itu lumayan ampuh untuk membuat Elsye tak lagi mengganggunya.
Bruuummm
Sepanjang perjalanan, Aiden terus memikirkan hasil tesnya. Dia berusaha untuk tetap tenang tapi tetap bisa.
"Jika Arlo memang anakku, apa yang harus aku lakukan? Tapi jika Arlo bukan anakku, mengapa saat memikirkannya aku sedikit merasa kecewa."
Profesor yang satu ini mungkin tak hanya gila saja, dia juga bisa masuk kategori bodoh. Pasalnya, dia sudah sangat jelas melihat kemiripan dirinya dengan Arlo, tapi masih denial sekali.
Memang benar ada kasus kemiripan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tapi ternyata tidak memiliki hubungan darah. Akan tetapi, jelas-jelas Arlo adalah anak dari Gryas. Dimana dirinya juga pernah menghabiskan malam bersama wanita itu.
Ckiiit
Huuuuuf fyuuuuh
Mobil Aiden tepat terparkir di depan gedung rumah sakit. Ia mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dadanya berdebar dengan sangat hebat kakinya menginjak lantai gedung rumah sakit. Dan debaran itu semakin kencang ketika dia hendak memasuki ruangan Lars.
Tok tok tok
"Selamat pagi Dokter Lars."
"Oh Tuan Aiden, silakan masuk. Nah silakan duduk dulu. Nah, untuk hasil tes DNA, silakan nanti dilihat sendiri. Dan yang untuk hasil tes kecocokan hati, saya akan bantu membuka dan menjelaskannya. Sebenarnya tidak ada keraguan apapun, Anda sangat cocok dengan Arlo. Bahkan dari golongan darah pun sama. Jadi, Anda sangat pas untuk Arlo, Tuan Aiden."
Aiden menganggukkan kepalanya, dia merasa lega saat tahu dirinya cocok dengan Arlo. Ini akan jadi sesuatu yang bisa ia berikan nantinya jika terjadi apa-apa dengan anak itu.
"Terimakasih Dokter Lars, saya lega mendengarnya."
"Sama-sama Tuan Aiden. Sekarang Anda bisa melihat hasil tes yang lainnya."
Gluph!
Aiden menelan saliva nya dengan susah payah. Entah mengapa ia merasa takut saat hendak membuka amplop putih tersebut. Bukan hanya itu, tangannya bahkan bergetar dengan begitu hebat saat ini.
Sreeet
Slaap
Aiden merobek sisi amplop, dia kemudian mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya. Perlahan, Aiden membuka kertas tersebut dan langsung menuju ke bagian paling bawah tulisan dari kertasnya.
99,9% memiliki hubungan ayah dan anak.
Jeeeeeeng
Mata Aiden membulat sempurna. Tubuhnya seketika lemas seolah tulang-tulang terlepas dari dagingnya.
Aiden mengusap wajahnya kasar. Ingatannya berputar, kembali ketika Gryas datang ke kampus. Aiden juga ingat bagaimana dengan datarnya dia berkata bahwa dirinya tidak bisa membantu untuk melakukan donor kepada Arlo.
"Bagaimana Tuan Aiden?"
Aiden bergeming, dia bahkan tergugu saat ini. Tanpa sadar air matanya luruh.
Tanpa mendapat jawaban dari Aiden, Lars sudah tahu apa jawabannya. Pria itu hanya tersenyum simpul. Fakta yang ada tak mungkin bisa terelakkan jika sudah di dukung dengan bukti yang kuat.
"Apa Anda membutuhkan alamat Gryas dan Arlo di Indonesia?"
Sreeet
Aiden langsung mengalihkan pandangannya dari kertas yang ia pegang ke arah Lars. Ia tidak menyangka bahwa Lars akan mengatakan hal tersebut kepada dirinya.
"Apa Anda tahu, Dokter?"
"Ya saya tahu, meskipun untuk alamat rumah pribadi saya tidak tahu. Tapi saya tahu rumah sakit yang digunakan untuk merawat. Arlo. Dimana rumah sakit tersebut adalah rumah sakit miliki keluarga Gryas."
Aiden baru ingat waktu kapan itu Hendrik pernah berkata bahwa keluarga Gryas bukanlah keluarga yang biasa-biasa saja. Mereka memiliki rumah sakit dan juga perusahaan farmasi yang termasuk besar di negaranya.
"Bolehkan saya tahu dimana itu?"
"Tentu saja Tuan Aiden. Rumah Sakit Awal Brown di kota Yogyakarta. Anda bisa mecari nya di laman pencarian. Semua data tentang rumah sakit tersebut ada di sana."
"Baik Dokter Lars, terimakasih banyak."
Lars menganggukkan kepala, dia sebenarnya tidak perlu ikut campur untuk hal ini. Tapi tidak ada salahnya sedikit memberi bantuan.
Mengingat Arlo dan Gryas membuatnya merasa bahwa tak seharusnya ibu dan anak itu hanya berdua. Lagi pula apa yang terjadi diantara Aiden dan Gryas adalah sebuah kesalahpahaman. Itu menurut pemikiran Lars.
Aiden meniggalkan ruangan Lars. Dia masih melihat isi kertas tersebut dan membacanya berulang-ulang.
"Keajaiban, kita tidak pernah tahu keajaiban yang Tuhan berikan, bukan?"
Kata-kata Gryas kembali menggema di kepalanya. Dia tidak pernah menyangka bahwa hal-hal seperti itu benar-benar terjadi dalam hidupnya.
"Maaf, apa dengan kata itu kau bisa memberiku maaf, Gry?"
TBC
meluluhkan hati camer n cakapar