I Want Happy Ending

Pukul 3 dini hari, seorang gadis cantik baru saja terbangun dari tidurnya. Gadis itu terbangun karena seseorang baru saja mengetok pintu kamarnya.

"Siapa yang ngetok malam-malam", Seru Athena sambil bangkit dari tidurnya.

Athena membuka pintu kamar dan tidak mendapati seorang pun berada di depan kamarnya.

Tap tap tap

Gadis itu berjalan menuju lantai dasar dan mendapati seseorang tengah duduk termenung dengan tatapan kosong.

Pria itu tak lain adalah Ardan kakaknya sendiri.

Athena melangkahkan kakinya mendekati sang kakak dan langsung duduk di sampingnya.

"Na...", Panggil Ardan membuka suara.

Athena menyadari bahwa saat ini kakaknya sedang berada di dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

"Kakak kenapa?", Tanya Athena khawatir.

Wajah Ardan pucat dan matanya merah seperti habis menangis.

"Kakak kenapa?", Ulang Athena ketika sang kakak tidak juga merespon ucapannya.

"Kemaren kakak tidak sengaja ketemu ibu di bandara...", Lirih Ardan.

"Ibu siapa?", Tanya Athena.

"Ibu kita...", Jawab Ardan dengan wajah sendu.

"Ibu kita kan sudah meninggal, kakak ngeliat hantu?"

"Ibu kita masih hidup"

"Kakak mabuk ya, kok omongan kakak jadi ngelantur gini..."

"Ibu kita masih hidup...

"Jadi selama ini kakak dan ayah bohongin aku!"

"Maafkan kakak Athena... Kakak dan ayah sengaja berbohong agar kamu tidak bertanya atau mencari ibu..."

"Kenapa aku tidak boleh mencari ibu..."

"Karena dia meninggalkan kita!", Jawab Ardan.

"Dia meninggalkan kita hahah...", Ardan tertawa namun raut wajahnya menunjukkan kesedihan.

"Aku membencinya, tetapi terkadang aku juga merindukannya...", Celoteh Ardan yang memang sudah sangat mabuk berat.

"Aku sudah mengumpatnya dengan kata-kata kasar, tentu saja awalnya aku merasa puas, tetapi setelah itu aku selalu menangis... Aku ingin memeluknya dengan erat, ingin mengatakan betapa aku sangat merindukannya... Aku harus bagaimana Athena...", Ardan menangis hingga membuat Athena juga ikut menangis.

Athena tidak tahu apa yang harus ia perbuat, ia tidak tahu bagaimana cara menghibur sang kakak yang selalu terlihat baik-baik saja namun menyimpan banyak luka di kehidupannya.

"Na..."

"Hmmm...", Athena menjawab dengan gumaman, ia berusaha menutupi kesedihannya saat mengetahui bahwa sang ibu masih hidup.

"Kamu kangen ibu?", Tanya Ardan kepadanya.

"Enggak", Jawab Athena bohong.

"Bagus... Memang tidak seharusnya kamu merindukan wanita itu...", Ucap Ardan sambil mengusap air mata yang mengalir deras di pipinya.

"Aku masih mengingat dengan jelas kejadian waktu itu...", Lirih Ardan.

"Saat itu aku menangis dan mencoba menahannya untuk pergi, tetapi dia mengatakan dengan lantang tidak pernah bahagia dengan keberadaan kita dan tidak lagi mencintai ayah kita...", Ucap Ardan membuat Athena menangis.

"Dia bahkan tidak memperdulikan kamu yang sedang terbaring dalam kondisi yang sedang tidak sadarkan diri karena ulahnya..."

"Dia menyalahkanmu karena kecelakaan itu, karena menurutnya kamu pembawa sial. Hahaha... Wanita itu, apakah memang pantas untuk di rindukan? Apakah pantas di sebut sebagai seorang ibu...", Ardan menangis dan memeluk Athena yang ikut menangis mendengarkan ceritanya.

"Maafkan aku... Aku sudah membuatmu menangis, maafkan aku Athena...", Ardan mengusap air mata di wajah adiknya.

"Maafkan kakak, entah apapun yang akan terjadi kedepannya... Kakak berjanji akan menjagamu dan melindungi mu... Kakak sangat menyayangimu Athena...", Ucap Ardan memeluk kembali sang adik.

Setelah cukup lama menangis Ardan melihat ke arah jendela.

"Ahh... Sepertinya paginya masih lama ya, apa sebaiknya kita tidur...", Tanya sang kakak.

Athena mengangguk namun tidak melepaskan pelukannya.

"Aku akan menemanimu..."

Ardan langsung jongkok dan meminta Athena untuk naik ke punggungnya.

Sesampainya di dalam kamar, ia membaringkan tubuh sang adik di atas kasur dan ikut berbaring di sebelahnya.

"Apa kamu masih ingat?", Tanya Ardan saat menatap langit-langit.

"Apa?"

"Dulu kamu selalu memintaku untuk menemanimu tidur. Pas bangun kamu selalu menangis..."

"Masa sih aku begitu..."

"Iya tau, semenjak kecelakaan itu kamu selalu takut sendirian dan gampang menangis..."

"Dulu adikku menggemaskan...", Ucap Ardan mengingat masa lalu.

"Sekarang masih menggemaskan kok", Tukas Athena.

"Ah enggak, sekarang sudah tidak menggemaskan...", Bantah Ardan saat melihat wajah adiknya.

"Tapi masih sayang..."

"Sayang dong... Kamu adikku satu-satunya dan gak akan ku biarkan seorangpun menyakitimu...", Ucap Ardan.

"Dah yuk sekarang kita tidur...", Ajak Ardan dan memeluk tubuh adiknya.

Athena mengangguk dan memilih tidur untuk menenangkan isi kepala dan perasaan tidak enak yang menggelora di hatinya.

***

Teriknya matahari hari pagi menyeruak memasuki kamar Athena yang terletak di lantai dua.

Gadis itu mengucek matanya dan di lihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

Gadis itu melihat ke sekeliling kamar dan tidak menemukan Ardan.

"Apa kakak sudah pergi bekerja...", Lirihnya.

Tap tap tap

Ia menuruni setiap anak tangga yang terhubung ke lantai dasar. Saat itu ia melihat sosok Delano yang sedang duduk di ruang tamu.

"Lano... Kamu ngapain di sini? Gak kerja?", Tanya Athena heran dan langsung duduk di sebelah Delano.

"Enggak, kakakmu memintaku untuk menemanimu hari ini", Jawab Delano.

"Terus kerjaanmu gimana?"

"Aku kan bosnya jangan khawatir"

"Iya deh iya..."

"Kak Ardan ngasih tau kamu gak dia mau kemana?"

"Dia pergi menemui Rosa...", Jawab Delano membuat Athena melotot tajam.

"Dia masih berhubungan dengan gadis itu", Athena merasa kesal ketika mendengar nama Rosa.

"Tenang saja, aku sudah memberitahu semuanya tentang Rosa kepada kakakmu, kamu gak usah khawatir..."

"Dia ngomong apa pas kamu kasih tau?", Tanya Athena penasaran.

"Dia akan mengakhiri hubungannya dengan Rosa"

"Ah... Aku lega... Kakakku terlalu baik untuk gadis itu. Aku merasa senang karena kakakku mempercayai mu..."

"Kamu jam segini baru bangun?", Tanya Delano mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Iya... Ehh No..."

"Apa?"

"Jadi gini..."

"Ya gimana?"

"Hmmm... Aku..."

"Kamu?"

"Aku boleh minta tolong?", Ucap Athena yang langsung di angguki oleh Delano.

"Apapun akan aku tolong jika aku bisa...", Jawab Delano.

"Gini loh...", Athena terlihat ragu.

"Ya gimana?"

"Yakin nih kamu mau nolong?", Tanya Athena memastikan kembali.

"Iya sayang, apapun buatmu...", Ucap Delano sedikit gemas melihat tingkah kekasihnya.

"Gimana ya..."

"Gimana apanya sayang? Duh pengen cubit pipinya lama-lama..."

"Ihh sakit tau kalau di cubit..."

"Iya habis kamu sih bikin gemes aja. Kamu mau minta tolong apa, tinggal bilang aja samaku...", Ucap Delano.

"Tapi kamu janji akan membantu aku?"

"Iya loh sayang... Aku janji... Sekarang cukup kamu kasih tau apa yang kamu inginkan...

"Bantu carikan ibuku...", Ucap Athena akhirnya.

"Kamu ada fotonya?", Tanya Delano.

"Enggak ada", Jawab Athena, ia sendiri juga tidak tahu bagaimana rupa ibunya.

"Kalau begitu apapun yang kamu ketahui tentang ibumu..."

"Nama lengkap ibuku Lucy Ananta, lahir di Jakarta tanggal 1 Maret 1986, terakhir kali ia bekerja di Rumah Sakit Medical Center"

"Baiklah, nanti akan aku coba cari ya..."

"Terima kasih sayang...", Ucap Athena dan langsung memeluk Delano.