Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa Benih 08
Tak jauh dari kota Arnhem, yakni kota Nijmegen, sebuah kota yang dijuluki kota hutan karena banyak hutan buatan di sana. Nijmegen juga merupakan salah satu kota tertua di Belanda. Lokasinya di dekat sungai De Well yang berbatasan langsung dengan Jerman. Nijmegen juga merupakan bagian dari metropolitan Arnhem.
Saat ini ibu dan anak tengah menikmati waktu mereka. Sang ibu sedang mendapat jatah libur sehingga dia sepenuhnya berada di rumah.
"Taraaaaa, sarapan sudah siap. Sereal kesukaan Arlo."
"Timatasih Mommy untu salapannya."
"Sama-sama sayang."
Semenjak terkena hepatitis C lalu kemudian divonis mengalami sirosis hati beberapa bulan yang lalu, Gryas berusaha untuk menjaga asupan makanan Arlo. Ada beberapa pantangan makanan bagi penderita sirosis hati. Maka dari itu Gryas sangat hati-hati dalam memberi makanan kepada Arlo.
"Selesai. Mommy, Allo penen jalan-jalan deh. Apa boleeeh?"
"Boleh, sebentar Mommy ganti baju dulu oke."
Arlo mengangguk senang. Menghabiskan waktu bersama ibunya seperti ini adalah hal yang paling menyenangkan. Dia tahu kalau Gryas sibuk bekerja, jadi dirinya tak pernah merengek meskipun sebenarnya dia ingin sekali bermain bersama dengan sang ibu.
"Sudah siap, mari kita pergi."
Gryas menyiapkan sebuah stroller, dia memang mengizinkan Arlo untuk bermain di luar tapi dia tidak ingin putranya itu kelelahan. Arlo tak boleh lelah karena akan membuat kesehatannya menurun. Gryas sungguh takut jika itu terjadi karena bisa membuat Arlo drop dan berujung dirawat.
Rasanya sangat sakit sekali hatinya jika melihat sakit yang Arlo alami. Dia ingin membedah hatinya sendiri dan memberikannya kepada putranya, tapi sayang itu tidak bisa dilakukannya karena memang berbeda.
"Kenapa harus mirip dengan si brengsek itu yang tidak menginginkan anak."
Terkadang Gryas merasa sangat kesal jika mengingat Aiden. Ia ingat betul bahwa Aiden tidak ingin memiliki anak, tapi anak yang lahir dari rahimnya itu memiliki banyak kemiripan dengan Aiden. Bahkan sampai golongan darah Aiden dimiliki oleh Arlo.
"Aku yang mengandung dan aku pula yang melahirkan, tapi semua-muanya mirip dengannya. Dasar!"
Arlo hanya menatap ke arah Gryas dengan tatapan yang tidak mengerti. Sedari tadi memasuki mobil, Gryas mengomel sendiri dan Arlo tidak ingin mengusiknya.
Sebenarnya yang membuat Gryas kesal adalah golongan darahnya tidak sama dengan Arlo, dan hatinya juga tidak sesuai, sehingga dia tidak bisa menjadi donor bagi putranya sendiri.
"Mommy, tita mau temana?"
"Ke taman saja ya, kita jalan-jalan di taman. Apa Arlo mau?"
"Iya mau, yang pentin Allo belsama Mommy. Mau temana saja asal ada Mommy, Allo pasti mau."
Gryas terkadang merasa bersalah karena dia membuat Arlo sendirian seperti ini. Seharusnya ia membawa kembali Arlo dan mengenalkannya dengan keluarga besarnya. Namun Gryas masih tidak ingin melakukan ini. Dia tidak mau membuat keluarganya khawatir. Gryas akan membawa Arlo ketika putranya itu sudah sembuh. Dia hanya ingin menunjukkan hal yang bahagia kepada kedua orangtuanya yang sudah tidak muda.
"Yasss, kita sampai. Apa Arlo siap menghirup udara segar."
"Yeaaay siap."
Arlo bersorak, dia terlihat sangat senang. Bocah 3 tahun itu sebenarnya ingin sekali bisa berjalan dan berlari, tapi jika dia melakukan itu makan sang ibu akan khawatir. Jadi akhirnya Arlo terima saja ketika dia didudukkan di sebuah stroller.
Sejak dirinya sakit, Arlo tak lagi bisa melakukan banyak hal. Terlebih beberapa bulan ini, dia semakin dibatasi dalam berkegiatan.
Terkadang bocah itu merasa bosan dan juga kesal. Dia ingin bisa bermain dengan leluasa akan tetapi kondisi tubuhnya sama sekali tidak mendukung dan ibunya juga akan khawatir.
"Apa Arlo senang?"
"Ya senan. Mom, apa Allo sangat satit sampai halus cali donol? Dan tenapa Mommy tidak bisa jadi donol buat Allo? Tan Mommy ibunya Allo. Telus, siapa yang sehalusnya jadi donol buat Allo?"
Gryas membulatkan matanya ketika Arlo bicara tentang donor yang diperuntukkan baginya. Dia tahu kalau anaknya ini memiliki kecerdasan diatas anak seusianya. Hanya saja dia tidak menyangka Arlo akan mengerti akan hal itu.
"Arlo tahu dari mana itu semua?"
"Dali Doktel Lals. Allo denel pas Mommy sama Doktel Lals noblol. Waktu itu Allo uda tidul tapi kebanun dan denel soal Mommy yang tida bisa jadi donol buat Allo."
Gryas memijit keningnya yang berdenyut. Agaknya kedepannya dia harus hati-hati dalam bicara jika ada Arlo. Putranya tersebut, ternyata mudah sekali menyerap dan mengerti tentang apa yang didengarnya.
Memang baik, tapi tidak selamanya baik juga. Karena untuk anak-anak, ada beberapa hal yang tidak perlu mereka dengar dan tidak perlu mereka ketahui.
"Sayang, Mommy memang ibu Arlo, itu jelas tidak diragukan lagi. Mommy yang mengandung dan melahirkan Arlo. Hanya saja beberapa bagian tubuh dari Mommy tidak cocok dengan Arlo sehingga tidak bisa jadi donor Arlo. Donor itu harus sesuai dan cocok baru bisa dilakukan. Maka dari itu Mommy masih menunggu. Arlo yang sabar ya nak?"
Arlo mengangguk sambil tersenyum. Gryas tahu kalau Arlo akan mengerti tentang apa yang dia jelaskan.
Rasanya sangat sedih dan sakit melihat Arlo sakit seperti ini. Tapi siapa yang tahu dan siapa yang mau kalau anak yang dia lahirkan akan merasa sakit yang bukannya ringan.
Arlo tidak dirawat intensif di rumah sakit saja, Gryas sudah sangat bersyukur. Arlo masih bisa melakukan banyak kegiatan meski sederhana di rumah.
"Oh iya Mom, apa muntin yang coco denan Allo adalah daddy nya Allo. Kata Lon, seolang anat itu dilahiltan dali ayah dan ibu, atau dali mommy dan daddy. Nah muntin saja Allo coco nya sama daddy. Badaimana itu?"
"Ron, itu siapa?"
"Itu tetanda Oma. Oma suta ajak Lon untu main belsama."
Gryas sungguh harus hati-hati terkait apa yang didengar oleh Arlo. Karena jika demikian, dia sendiri yang repot untuk memberi penjelasan. Apalagi ini terkait dengan ayahnya yang tidak menginginkannya.
Gryas sangat kesulitan sekarang untuk menjelaskan hal tersebut kepada Arlo. Dia tidak mungkin berkata, "Jangan mencari ayah yang sama sekali tidak menginginkan mu", kepada anak berusia 3 tahun. Sungguh itu tidak mungkin dia lakukan.
Sambil mendorong stroller Arlo, Gryas berpikir untuk bisa memberi jawaban yang tepat dan setidaknya dipahami dengan baik oleh Arlo. Dia tidak mau membuat anaknya itu jadi membenci ayahnya meskipun ayahnya tidak menginginkannya.
"Sayang, Mommy pergi ketika tahu kalau Arlo ada di perut Mommy. Itu karena Mommy tidak mau mengganggu dan membebani orang yang mungkin bisa kita sebut dengan ayah. Jadi Mommy memilih untuk bersama berdua dengan Arlo saja. Itu karena Mommy tidak ingin mengganggunya."
"Oh beditu. Allo menelti. Jadi talena Mommy dan Allo itu diandap pendandu. Sehinda tita tida bellsama dengan Daddy, beditu tan?"
Eh?
Gryas terkejut mendengar pernyataan Arlo. Dia berusaha untuk membuat semuanya lebih baik tapi kesimpulan yang ditarik Arlo ternyata tidak sesuai dengan pemikirannya.
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin