Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.
Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.
Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Ruangan kantor Damien terasa sunyi, hanya terdengar suara detak jam di dinding yang menambah suasana tegang. Damien duduk bersandar di kursi besarnya, matanya menatap Barbie tajam dengan ekspresi dingin dan dalam.
Barbie berdiri di depan meja kerjanya dengan tangan mengepal, menahan degup jantungnya yang berdebar tidak karuan. Ia menatap Damien dengan sorot mata penuh keteguhan meski hatinya diliputi kecemasan.
“Direktur… silakan pecat kalau aku memang melakukan kesalahan…” ucap Barbie pelan. Suaranya terdengar tegar.
Damien menatap gadis itu lama, sebelum sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis penuh arti. “Tentu saja… aku akan menghukummu…” ucapnya pelan, nadanya rendah dan berat hingga menimbulkan getaran di dada Barbie. “…kemari!”
Barbie menatapnya dengan bingung. “Ha? Kenapa?” tanyanya pelan, ada nada penasaran dalam suaranya, namun sorot matanya tetap waspada.
Damien tidak menjawab langsung. Ia perlahan menarik dasi hitam yang melingkar di lehernya, melepaskannya dengan gerakan santai namun penuh aura berbahaya. Setelah itu, ia meletakkan dasi itu di atas meja dengan tatapan tajam menatap Barbie.
“Aku tidak akan memecatmu…” ucap Damien, suaranya dalam dan lembut, “…tapi aku akan menghukummu dengan cara lain.”
Barbie menatap dasi di atas meja dengan kening berkerut. “Kenapa… harus ke sana…?” tanyanya pelan, dadanya berdebar kencang, firasat aneh menyelimuti hatinya.
Damien menatapnya dengan tatapan intens yang menusuk. “Aku akan memberitahumu… apa yang harus kau lakukan… agar aku memberimu kesempatan…” jawabnya pelan dengan senyum tipis yang membuat Barbie semakin gugup.
Perlahan, dengan langkah hati-hati, Barbie melangkah mendekati Damien. Ia menatap pria itu dengan sorot mata tegang, menahan napasnya saat jaraknya hanya tinggal beberapa langkah. Saat ia sampai di samping Damien, tiba-tiba tangan besar pria itu menangkap pergelangan tangannya dan menariknya dengan cepat.
“A-apa—”
Barbie belum sempat menolak saat tubuhnya terdorong untuk duduk di pangkuan Damien. Kedua tangannya bertumpu pada dadanya yang bidang, dan ia menatap pria itu dengan mata membesar menahan syok.
“Lepaskan aku!” gumam Barbie pelan, tubuhnya mulai berontak ingin bangkit. Namun sebelum sempat berdiri, Damien mengambil dasi hitamnya dan dengan cepat mengikat kedua tangan gadis itu dengan kuat.
“Hei! Apa yang kau lakukan?!” tanya Barbie dengan nada panik.
Damien hanya tersenyum kecil, matanya menatap wajah Barbie dengan tatapan tajam dan lembut sekaligus, menimbulkan rasa bergetar di dada gadis itu.
“Menghukummu…” jawab Damien dengan suara pelan namun tegas. Satu tangannya memeluk pinggang Barbie dengan erat, menahannya agar tidak bisa bergerak, sementara tangannya yang lain merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan akibat perjuangannya.
Ia menatap Barbie dengan mata gelapnya yang memancarkan kehangatan dan dominasi. Bibirnya mendekat ke telinga gadis itu, membisikkan kalimat yang membuat tubuh Barbie gemetar hebat.
“…karena kau adalah milikku…”
Barbie menahan napasnya, wajahnya memerah hingga ke telinga. Namun hatinya menolak menerima perasaan aneh yang bergejolak di dadanya saat mendengar ucapan pria itu.
“Di sini… adalah kantor… cepat lepaskan tanganku…!” pinta Barbie dengan suara bergetar.
Namun Damien hanya menatapnya dengan senyum tipis penuh arti. Mata tajamnya menatap langsung ke mata Barbie, seolah menegaskan bahwa gadis itu sama sekali tidak punya pilihan.
“Hukuman untukmu… adalah spesial…” ucap Damien pelan dengan suara rendah dan berat, nadanya mengandung kehangatan sekaligus tekanan yang menusuk hati Barbie.
Sebelum Barbie sempat membalas atau menolak, bibir Damien sudah menempel pada bibirnya. Barbie membulatkan matanya, tubuhnya menegang seketika. Ia berusaha menggerakkan kepalanya untuk menghindar, namun kedua tangan besarnya menahan wajah gadis itu dengan lembut namun kuat, memastikan ciumannya semakin dalam dan tidak bisa dihindari.
Barbie mencoba menendang kakinya, namun Damien menahan tubuhnya erat dengan satu tangan yang melingkari pinggang rampingnya, menahannya agar tidak bergerak sedikit pun. Sementara tangan satunya menahan sisi wajah gadis itu dengan lembut, ibu jarinya mengusap pelipis Barbie, seolah menenangkannya di tengah paksaan itu.
Desahan kecil lolos dari bibir Barbie saat Damien mulai memperdalam ciumannya, menuntut dan menguasai seolah bibir gadis itu adalah miliknya sepenuhnya. Aroma maskulin Damien yang begitu dekat membuat kepala Barbie terasa ringan.
Damien menarik bibirnya perlahan, namun wajahnya tetap dekat, napas hangatnya menghembus di bibir Barbie yang masih bergetar.
“Kau tahu…,” bisiknya pelan dengan suara rendah yang menenangkan sekaligus menekan, “…hukuman ini… hanya bisa kau dapatkan dariku. Karena mulai sekarang… kau adalah milikku… sepenuhnya…” Damien melanjutkan ciumannya sehingga Barbie hanya bisa pasrah.
Sore hari.
Barbie melangkah keluar dari perusahaan dengan langkah cepat. Tangannya menyentuh bibirnya yang bengkak.
“Dasar mesum… bibirku jadi bengkak gara-gara dia menciumku dan menggigit bibirku…,” gerutunya pelan dengan nada kesal dan malu yang bercampur menjadi satu.
Namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba terdengar suara memanggilnya keras.
“Barbie!” seru Jimmy yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di hadapannya dengan wajah khawatir.
Barbie menatap pria itu dengan datar. “Ada apa?” tanyanya dingin.
Jimmy menatap wajah Barbie lama, matanya menatap bibir gadis itu yang memerah dan sedikit bengkak. Sorot matanya langsung berubah cemas. “Apa kamu baik-baik saja? Tuan Ximen… apakah dia melukaimu…?” tanyanya dengan suara pelan menahan amarah.
Barbie menatap Jimmy dengan tatapan tajam penuh sindiran. “Seharusnya kau mencemaskan tunanganmu… bukan aku,” balasnya datar sambil berusaha berjalan melewatinya. Namun tiba-tiba Jimmy menahan tangannya dengan kuat.
“Hei… kau mau kemana?” tanya Barbie dengan nada kesal sambil berusaha melepaskan tangannya.
Jimmy menatap Barbie dalam-dalam sebelum menarik tangannya lebih erat. “Ke mobilku… aku akan mengantarmu pulang,” ucapnya dengan nada tegas tanpa memberi kesempatan Barbie untuk menolak.
Barbie mendengus kesal dan menatap pria itu tajam. Namun sebelum ia sempat menolak lagi, Jimmy sudah menariknya menuju mobilnya dengan paksa.
Di saat yang sama, pintu lobby utama perusahaan terbuka lebar. Damien melangkah keluar dengan langkah tegas diikuti Calvin dan Steven di belakangnya. Tatapan tajam matanya langsung tertuju pada pemandangan di depannya – saat Jimmy menarik Barbie menuju mobilnya.
Mata Damien menyipit tajam, rahangnya mengeras, sorot matanya berubah menjadi begitu gelap dan dingin. Aura tekanan menguar dari tubuhnya, membuat Calvin dan Steven langsung menegakkan tubuh mereka dalam kewaspadaan.
“Mereka sudah lama kenal, bukan?” tanya Damien pelan namun nadanya begitu menekan, matanya tidak lepas menatap tangan Jimmy yang menggenggam lengan Barbie.
“Iya, Tuan. Jimmy Liu pernah mengatakan mereka saling kenal sejak lama,” jawab Calvin pelan dengan hati-hati.
Damien diam sejenak. Matanya menatap tajam, raut wajahnya serius dan dingin. Rahangnya mengeras menahan emosi yang mulai meluap di dadanya.
“Sepertinya… mereka cukup dekat…” gumam Damien pelan, matanya menatap pemandangan di depannya tanpa berkedip. “…cari tahu apa hubungan mereka sebenarnya… dari awal hingga sekarang.”
“Iya, Tuan,” jawab Steven tegas sambil mencatat perintah itu dalam pikirannya.
Damien mendengus pelan, matanya menatap tajam ke arah Jimmy yang masih memaksa Barbie masuk ke dalam mobilnya. Perlahan, tanpa menunggu waktu lagi, Damien melangkah cepat dengan aura mengintimidasi yang begitu kuat, menuju ke arah mobil itu dengan tatapan membunuh.
damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....