Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 06
"Ruby!!!!" teriak Alika bagitu masuk kelas Ruby, hingga beberapa murid melihat kearahnya.
"Upss ... sorry," ucap Alika sambil tersenyum pada murid lainnya.
"Kenapa?" tanya Ruby. Gadis itu menegakkan tubuhnya dan menatap datar Alika, bukannya langsung bicara, Alika malah senyum-senyum sendiri.
"Dasar aneh," cibir Ruby memasang earphone nya namun di cegah Alika.
"By, dengerin gue," pinta Alika meraih tangan Ruby hendak memasang earphone ditelinga. "Gue tadi dari lapangan basket, dan lo tahu?" Ruby menggeleng. "Kevin terima minuman yang gue kasih!!!!" ucap Alika setengah berteriak. Ruby hanya menggelengkan kepalanya.
"Lo jadi kayak orang gila karena berhasil kasih minuman ke Kevin?" tanya Ruby dengan nada dan ekspresi yang datar. Berbeda dengan Alika yang sangat antusias bercerita.
"By! Ini suatu pencapaian terbesar gue. Ya, mungkin terdengar lebay," Alika menghela nafas berat. "Apa menurut lo, gue berlebihan?" tiba-tiba Alika terlihat lesu mendengar perkataan Ruby.
"Kalau lo beneran suka, lo bisa melakukan hal yang lebih gila lagi." kata Ruby. Alika menatapnya, kata-kata Ruby seolah memberikan harapan.
"Bener juga," Alika tersenyum lebar. Gadis itu menghampiri Ruby dan memeluknya. "Gak salah gue cerita sama lo, lo emang teman terbaik gue." ucayo Alika. Ruby berusaha melepaskan pelukan Alika yang semakin kencang.
"Lepasin gue, atau gue gak mau ngomong sama lo!" kata Ruby tegas. Alika langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum.
"Thanks, By. Gue balik ke kelas," Alika malangkah pergi sambil tersenyum senang.
"Gue bukan orang baik," ucap Ruby pelan. Gadis itu menatap punggung mungil Alika hingga menghilang dibalik pintu.
***
Langit yang sejak pagi cerah berawan, kini tiba-tiba mendung dan turun hujan ketika pada murid dari sekolah Internasional Academy of Excellence (IAE) hendak pulang. Beberapa siswa memilih tetap pulang karena mereka membawa kendaraan pribadi, ada juga yang di jemput supir.
Berbeda dengan Ruby yang memilih memasang earphone dan menelungkupkan wajahnya diatas meja. Sepertinya gadis itu enggan beranjak pulang meskipun sudah tidak ada orang di kelas, entah apa yang dipikirkan Ruby yang malah menutup matanya.
Ditempat lain, Kevin tengah mengantarkan Alika pulang. Entah kebetulan atau bagaimana, tadi Kevin melihat Alika sedang menunggu supirnya dan Kevin menawarkan tumpangan yang sama sekali tidak ditolak Alika.
"Thanks ya, Vin. Lo gak mampir dulu kerumah gue?" ucap Alika penuh harap sebelum keluar dari mobil.
Kevin melihat arlojinya sesaat. "Gue langsung balik, ada janji sama nyokap." tolak Kevin. Meskipun sedikit kecewa, namun Alika tetap senyum. Setidaknya hari ini usahanya mendekati Kevin banyak kemajuan.
"Oke, gue turun dulu. Salam buat nyokap, lo." kata Alika turun dari mobil. Kevin hanya mengangguk dan tersenyum, lalu kembali melajukan mobilnya.
Hari semakin sore ditambah sedang turun hujan membuat suasana semakin gelap. Kevin berjalan di lorong sekolahan, ia tadi sempat bertanya pada satpam apakah sedan hitam milik Ruby masih ada di tempat parkir? Dan ternyata benar, mobil itu masih terparkir seperti tadi pagi.
"Dia tidur?" gumam Kevin melihat Ruby tertidur di mejanya. "Keringat?" Kevin melihat bulir keringat di pelipis dan kening Ruby. Bahkan nafas gadis itu terdengar memburu seperti orang sedang berlari.
"Bee, Ruby...." Kevin mengguncang bahu Ruby.
"Hahhh ...." Ruby membuka matanya lebar. Nafasnya tersengal-sengal, lalu menoleh kearah Kevin.
"Lo mimpi buruk, ya?" tanya Kevin. Ruby terdiam, gadis itu menghela nafas dalam-dalam berusaha menormalkan deru nafasnya.
"Lo ngapain disini?" tanya Ruby. Gadis itu melihat jendela dan terlihat gelap.
"Ini udah malam, kenapa lo gak pulang?" Kevin kembali bertanya pada Ruby. Ruby menatapnya, lalu melepaskan earphone dan memasukkannya dalam tas.
"Lo ngapain?" ulang Ruby. Kevin berdecak kesal, ia yang duluan bertanya malah ditanya balik. Begitu saja terus sampai besok pagi, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya.
"Karena lo masih disini. Jadi gue disini," jawab Kevin. Ruby mengerutkan keningnya.
"Ayo pulang, ini udah malem." kata Kevin. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.35.
"Apa masih hujan?" tanya Ruby.
"Udah reda, tinggal gerimis aja." sahut Kevin. Ruby menggigit bibirnya dan meremas-remas jadi tangan, seolah memikirkan sesuatu.
"Lo pulang aja, gue masih mau disini," kata Ruby.
"Kenapa? Ini udah malem, ayo gue antar pulang." kata Kevin. Ruby menatap pria itu.
"Lo gak lupa sama perjanjian kita 'kan?"
"Gak akan ada yang tahu, lagi pula ini udah malem." Kevin meyakinkan Ruby. Namun gadis itu tak bergeming, entah apa yang dipikirkan.
Krukkk ... Krukkkkk ...
Bunyi cacing dalam perut Ruby yang sudah meronta-ronta, membuat wajah Ruby bersemu merah karena malu.
"Lo laper, ya? Gue juga belum makan, ayo kita cari makan dulu," Kevin menarik tangan Ruby. "Ayooo ...." ucap Kevin karena Ruby tak bergerak. "Bee," kata Kevin memohon. Ruby melihat tangannya yang digenggam Kevin, lalu berdiri membuat Kevin tersenyum.
***
Sepanjang perjalanan Ruby hanya duduk diam sambil meremas rok dan menundukkan kepalanya. Kevin yang baru pertama pergi dengan Ruby juga hanya diam hingga sampai di salah satu restoran pilihan Kevin.
"Kita makan disini aja, ya?" tanya Kevin. Ruby mengangkat wajahnya dan melihat restoran itu, sedangkan Kevin sudah turun dari mobil.
"Ayo," ajak Kevin membuka pintu mobil untuk Ruby. Tanpa menjawab, Ruby turun meskipun terlihat ragu dan tegang, tetesan air hujan masih bisa Ruby rasakan menetes di kulit mulusnya meskipun tidak deras.
Alunan musik tradisional menyapa telinga mereka, memberikan rasa tenang dan nyaman. Apalagi suasana dingin setelah hujan seperti ini, menciptakan suasana hangat.
"Disini menunya lumayan enak, lo mau makan apa?" tanya Kevin membuka buku menu. Mereka duduk disalah satu sudut restoran tepat disebelah dinding kaca.
Bukannya menjawab, Ruby malah terlihat melamun dan memandang keluar. Rintik-rintik hujan seolah menjadi pemandangan menarik bagi Ruby, hingga mengabaikan pria dengan visual sempurna didepannya.
"Bee, lo mau makan apa?" ulang Kevin yang sudah menyebutkan pesanannya pada waiters.
"Pasta," kata Ruby tanpa mengalihkan pandanganya. Kevin melongo mendengar pesanan Ruby, lalu pria itu tersenyum canggung pada waiters disebelahnya.
"Bee, kita di restoran khas Sunda. Disini gak ada menu pasta." kata Kevin sedikit mencondongkan tubuhnya karena Ruby berada di sebrang meja. Ruby langsung menoleh dan melihat sekitar, padahal sudah jelas sejak masuk telinganya disambut dengan alunan musik angklung.
"Emmm ... Samain aja kayak punya, lo." kata Ruby menahan malu. Sepertinya hari ini pikiran Ruby benar-benar kacau, hingga membuatnya tidak fokus.
"Lo lagi ada masalah, ya? Mikirin apa sih?" tanya Kevin sok perhatian setelah waiters itu pergi.
"Gak usah sok perhatian, dan gue gak mikirin apapun!" sahut Ruby ketus.
"Gue bukannya sok perhatian. Gue emang perhatiin lo, walaupun gak ada yang tahu, tapi lo tetap pacar gue." kata Kevin. Memang beberapa hari ini Kevin selalu memperhatikan Ruby, meskipun diam-diam.
"Status pacaran kita gak punya harapan apapun, jadi lebih baik lo tetap bersikap seperti orang asing!" ujar Ruby.
*
*
*
*
*
TBC
Happy reading 🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 😉
Jangan jadi readers ghoib 🥺