NovelToon NovelToon
RANJANG BALAS DENDAM

RANJANG BALAS DENDAM

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / patahhati / Duda / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst / Penyesalan Suami / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:2.2M
Nilai: 5
Nama Author: Min Ziy. Minfiatin FauZiyah

Dinikahi karena ingin membalaskan dendam kematian sang kakak yang meninggal karena bunuh diri.

Mahendra Addison Wijaya, duda anak satu yang tampan, kaya dan berkuasa. Menyimpan dendam pada seorang gadis muda cantik bernama Alisia.

Kakaknya, Brahmana. Ditemukan meninggal di apartemennya gantung diri. Dan semua bukti yang ada mengarah pada Alisia sebagai penyebabnya.

Akankah cinta bersemi di hati Mahendra yang sudah terlampau benci pada Alisia, dan apakah cinta Alisia tetap singgah dalam hati setelah menerima kekejaman demi kekejaman dari Mahendra?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Min Ziy. Minfiatin FauZiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KETAHUAN

Jam istirahat kantor.

Mahend yang memimpin rapat membuyarkan pertemuan. Ia lantas kembali masuk ke ruang kerjanya bersama Lim yang mengekor.

"Bawakan makan siangku ke ruanganku, Lim?" Mahend memberi perintah pada Lim.

"Baik, Tuan?" jawab Lim sambil membungkukkan badan, Lim berlalu dan Mahend memasuki ruangannya seorang diri.

Mahend membaringkan tubuh di sofa panjang ruangannya, ia merasa lelah. Memejamkan mata sesaat, lalu merogoh saku celana mengambil benda pipih kesayangan sejuta umat itu.

Mahend memainkan jari jemarinya pada ponsel. Ada laporan dari Bodyguard yang mengabarkan jika Al sang putra Mahkota akan pulang dari kegiatan outboundnya nanti sore.

"Aku merindukan bocah itu." lirih Mahend.

'Apa yang sekarang di lakukan oleh Siya?' tiba-tiba Mahend kepikiran. Ia pun memeriksa keadaan rumah lewat video sambungan CCTV di rumah yang langsung terhubung pada ponselnya.

Ia memeriksa keadaan rumah pada layar ponselnya mencari sosok yang kini ingin dilihatnya. Iya, hanya ingin dilihatnya, Mahend tak mau mengartikan jika rasa itu adalah rindu.

Mahend tak menyadari bahkan kini senyumnya telah terukir di bibir dengan indah kala melihat Siya yang tengah sibuk menata tanaman-tanaman hasil karyanya pada pot-pot yang berjajar di kiri-kanan sepanjang jalan menuju halaman depan rumahnya.

Lalu Mahend berpindah pada satu data di ponselnya, dimana itu adalah rekaman hari kemarin yang tiba-tiba ingin ia periksa.

Untuk bisa sampai pada rekaman hari sebelumnya. Mahend harus melewati rekaman malamnya. Inilah titik lanjutan Siya yang harus kembali menerima hukuman, amukan, kekerasan dan kekejaman Mahend.

Mahend mempercepat rekaman mundur. Hingga ia menekan pause ketika video di layar ponsel menampilkan Siya yang keluar dari kamar secara mengendap di malam yang sudah sangat larut lalu masuk ke ruang kerja.

"Siya?" sontak Mahend bangun dan terduduk. Ia sangat marah. Geram.

Terlihat dalam video itu, Siya yang tak berhasil membuka ruang kerjanya, dan juga tak bisa membuka pintu ruang kerja papah. Tapi, Siya berhasil membuka pintu ruang kerja Bram dan masuk kedalamnya. Setelah itu Siya menghilang dalam ruang kerja Bram. Tak ada lagi yang bisa Mahend lihat, selain ruangan luas depan ruang kerjanya yang sepi, karena di dalam ruang kerja Bram tak ada CCTV. Bram tak mengizinkannya.

"Siya? Bagaimana kau bisa masuk ke dalam ruangan Kak Bram?" tak ada seorang pun yang mengetahui sandi ruang itu. Bisa saja pintu itu di buka dengan menghancurkannya. Tapi papa mereka semasa hidup tak memperbolehkan. Ia tak ingin semakin bersedih dengan mengorek tempat pribadi Bram.

Mahend pun mempercepat rekaman maju hingga Siya kembali keluar dari kamar Bram. Mahend menekan pause. Zoom in. Melihat cermat Siya dari ujung kaki hingga kepala. Tak ada yang aneh. Hanya raut mukanya yang sangat jelas terlihat gugup. Malam itu, Siya memang langsung memasukkan jam milik Bram yang ia bawa ke dalam bajunya. Mengantisipasi kemungkinan seseorang ada di luar.

"Apa yang kau lakukan disana, Siya? Apa kau ingin memanipulasi? Dan bagaimana kau bisa membuka pintu yang tak bisa dibuka oleh siapapun selama ini?" Aaaahh?" Mahend meninju punggung sofa.

"Pantas saja kau kembali tertidur pulas tadi, itu bukan karena kau lelah melayaniku, tapi kau yang hampir tidak tidur semalaman karena menyelinap diam-diam di ruangan Kak Bram."

Mahend lekas bangkit berdiri dan melangkah tergesa.

'Kau harus dihukum. Berani sekali, Kau?'

Mahend yang keluar dari ruang kerjanya hampir saja menabrak Lim yang baru datang.

"Tuan?"

Mahend yang sudah sangat marah tak menghiraukan Lim yang menyerukan namanya. Dan tanpa dikomando. Lim pun lekas mengikuti langkah Bram.

Lim membukakan pintu mobil setelah mereka sampai di parkiran.

"Kemana kita akan pergi, Tuan?"

"Pulang."

'BERRREMM' Lim melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sesuai dengan raut muka Bosnya saat ini yang berada pada puncak amarahnya.

...****************...

"Selamat siang, Nyonya Mahendra?" suara seorang pria yang datang menyapa Siya yang tengah sibuk menata pot-pot bunga.

"Dokter Tom?" Siya pun melempar senyum setelah melihat orang yang menyapanya.

Siya mencuci tangan, lalu mendekat.

"Kau datang? Apa ada sesuatu? Maksudku? Mamah sakit lagi?" Siya bertanya sedikit merasa cemas. Takut jika mamah mertuanya kembali sakit. Karena sejak ia bangun tadi Siya tak bertemu sama sekali dengan Sabrina.

Tom tersenyum manis sebelum menjawab Siya yang bertanya.

"Tidak, Tante tidak sakit. Aku hanya datang membawakan beberapa vitamin untuk nya. Dan akan menemaninya bicara sebentar. Ngobrol biasa." tutur Tom sambil mengangkat paper bag kecil yang ia tenteng. Siya mengangguk.

"Baiklah. Aku masuk dulu. Selamat beraktifitas?" ucap Tom meninggalkan Siya. Dan Siya hanya mengangguk sambil tersenyum.

Sejak semua yang ada di rumah ini hancur. Bram yang bunuh diri, Mahend yang bercerai, dan Tuan Wijaya suami Sabrina yang juga meninggal karena jantung, Sabrina tak pernah bisa melewati malam tidur dengan tenang. Hingga ia terpaksa meminta pada Tom sang keponakan untuk memberikannya obat-obatan yang bisa membantunya tidur. Mahend tak tahu soal ini, ini adalah rahasia antara Sabrina dan Tom.

"Aaahh? Akhirnya selesai juga. Huuhh!." Siya telah menyelesaikan aktifitasnya.

Mobil Mahend yang dikendarai Lim memasuki halaman rumah. Tanpa basa-basi. Mahend keluar dari mobil dengan amarahnya yang siap meledak.

"Aaahh?." Siya berteriak kaget.

"Mas?" Mahend menarik tangannya lebih kuat seperti sebuah seretan, membawa Siya masuk kedalam rumah.

"Mas Mahend? Sakkiittt?"

Mahend tak menghiraukan Siya yang terus berteriak kesakitan pada pergelangan tangannya yang dicengkeram oleh Mahend.

'*Plaaakk?'

"Aaahh*?"

Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi Siya. Mereka berada di ruang tengah. Semua pelayan yang berada disana lekas berhambur pergi. Tidak ada yang berani, Siya sudah menangis, tentu saja.

Lagi, pipi halusnya harus merasakan sakit yang teramat, perih dan lebam.

"Apa yang kau lakukan semalam Siya?" Mahend berteriak sangat keras. Lim baru datang dan dia berhenti, berdiri mematung melihat Bos nya yang meluapkan amarahnya pada istri kecilnya.

"Apa mas?"

"Kau masih berani pura-pura?"

'*PLAAAKKK'

"Aaahh*?"

Satu tamparan yang lebih kuat dari sebelumnya hingga tubuh Siya kini sudah terjatuh di lantai. Darah segar keluar dari ujung bibirnya. Ini adalah pukulan paling keras Mahendra terhadap Siya selama ini.

"Aaahh? Mas?" Mahend berjongkok di depan Siya. Menjambak rambut Siya hingga Siya yang terduduk setengah berbaring di lantai mendongak karena tarikan rambutnya. Kedua tangan Siya menyentuh tangan Mahend yang menjambak berharap suaminya itu melepaskan rambutnya. Sangat sakit. Perih? Rasanya rambut yang di jambak itu mau lepas dari kepala Siya.

"Mas? Saakkkkiiittt? Hiks hiks hiks"

Lim memalingkan muka. Air matanya menetes. Ia tak tega melihat Siya yang diperlakukan seperti itu oleh Mahend. Lim lekas menyeka air matanya. Jangan sampai Bosnya yang kejam melihat jika dia mengasihani Siya.

"Jawab Siya? Apa yang sudah kau lakukan semalam?" suara Mahend sangat pelan. Namun terdengar mengerikan. Mata Mahend merah dan berkaca-kaca. Gigi-giginya beradu, rahangnya mengeras. Otot-otot di leher dan tangannya keluar semua. Mahend mengeluarkan seluruh tenaganya menjambak Siya.

"Ampun Mas? Ampun? Hiks hiks hiks. Siya hanya ingin mencari petunjuk yang mungkin bisa membuktikan jika Siya tidak bersalah, Mas?" jawab Siya jujur dengan diiringi tangisan dan senggukan.

'*Plaaakk?'

"Aaahhh*?"

Mahend menampar pipi Siya yang sudah membiru, lalu Mahend kembali menjambaknya.

"Semua bukti itu ada padaku, Siya. Lantas apa yang ingin kau cari dan kau buktikan? Apa kau ingin bermain manipulasi? Haaahh?"

Keributan itu sampai terdengar di kamar Sabrina. Hingga kini Sabrina yang tengah bersama Tom sudah berdiri disana menyaksikan Siya yang berada di tangan Mahend dengan kondisi mengenaskan. Sangat memilukan.

"Kau harus kuhukum, Siya?" Mahend sudah mengangkat tinggi tangannya, dan Siya pun sudah memejamkan mata dengan kuat. Hingga_

Tom bergerak cepat menahan tangan Mahend yang hendak menampar Siya kembali.

"Apa kau sudah gila, Mahendra?" teriak Tom sambil mendorong kuat tubuh Mahend hingga tersungkur kebelakang.

"Tom?"

Thomas fokus melihat Siya yang penuh luka memar di wajahnya. Ia lantas bergerak menyentuh pipi Siya dan Siya meringis perih.

"Bang.sat?" teriak Mahend emosi, lalu ia menendang tubuh Tom dengan kakinya hingga kini Tom yang jatuh tersungkur ke lantai.

Mereka sama-sama bangun dan hendak berduel.

"HENTIKAN? HAH? Aaahh?" teriakan Sabrina yang begitu keras sempurna menghentikan aksi tanding kedua cucu Addison itu.

"Mamah?"

"Tante?"

Sabrina memegangi dadanya sendiri yang terasa sangat sakit menusuk.

"Haaaahhh, Haaahhh!" nafas Sabrina sesak dan berat.

"Bawa aku ke kamar, Tom?" ucap Sabrina pada Lim yang sudah memeluknya. Memapah.

"Bawa juga Siya ke kamarnya, Lim? Haah haahh?" perintah Sabrina terbata karena menahan sakit di dadanya yang tiba-tiba datang.

"Baik Nyonya?" Lim pun mendekat pada Siya. Ia tak berani menyentuh wanita bosnya itu, Lim hanya meminta Siya agar lekas bangun dan masuk ke kamar.

"Mah?" Mahend hendak mengikuti langkah Sabrina namun Sabrina mencegahnya.

"Masuk ke kamarmu, Mahend. Jangan menemuiku sampai kau merasa tenang."

Mahend hanya terdiam melihat nanar pada kedua wanita itu yang pergi ke kamar masing-masing meninggalkannya.

"Aaaaaah?"

...****************...

1
Rimayanti Ismaya
meteor garden
Rasmiati Nur
seru..aku suka ceritax
Rasmiati Nur
seru aku suka ceritax
Erni Zalukhu
bisa jd Al bukan anak kandung mahen,kan Anita wanita jalang
Ririn Nursisminingsih
mama sabrinalah yg ikut andil.mnghancurkan semuanya
Ririn Nursisminingsih
iyaa thor mkin penasaran
Ririn Nursisminingsih
jg2 al anaknya anita sama ayahnya
Ririn Nursisminingsih
ayoo tom bantu sya
Ririn Nursisminingsih
ayoo sya temukan buktinya kmu tak bersalah
Ririn Nursisminingsih
kabur aja sya jg bodoh
Ririn Nursisminingsih
ayoo sya jg lemah kmu
Rastika Ima
waduuuh,pasti Anita
Diankeren
👍🏻👏🏻👏🏻
Diankeren
lano sirik aja deh, tggl peluk tuh yg dsmping lu klo pngen
tng ca w bla'in
Diankeren
klo dsitu ada Rangga bisa d lmpar pulpen lu lano 😝 aduuh knpe w trbyg² trus ama ayang Nico wktu muda ye 🙈 uh gmez
anjirr... anjirr... w bnci otak w sndri 🤦🏻‍♀️
🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻🏃🏻💨
Diankeren
bubur woii... eh slah bubar bkn buyar malih.... 🤣
Diankeren
maen kcok²an Mak
Diankeren
Dufan ni psti 🤣 psti
Diankeren
sedot al... 🤣🙈
Diankeren
tuh kan w kata juga apa... sok²an ngtain Bpk lu gnaz 🤦🏻‍♀️ 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!