Devanya Putri Erlangga adalah putri dari pengusaha kaya yang bernama Danu Erlangga. Saat ini dia masih kuliah semester lima dan dia sangat populer di Kampusnya karena kepintaran dan kecantikannya. Namun dia tidak mengetahui jika dirinya adalah anak dari istri kedua Danu Erlangga.Orangtuanya merahasiakan itu darinya.Hingga ibunya meninggal dan papanya pun kembali tinggal dengan istri pertamanya di Kota lain.Karena merasa papanya sudah tidak sayang lagi, Devanya pun berubah drastis.Dia tidak lagi fokus dengan kuliahnya, hari-hari di laluinya dengan bersenang-senang dengan pacar dan juga sahabatnya.Setiap malam mereka selalu pergi ke Club dan menghabiskan waktu di sana.Sehingga papanya pun tidak tau lagi bagaimana cara mendidik anak gadisnya tersebut, hingga akhirnya diapun di jodohkan dengan anak pembantunya yang seorang polisi. Penasaran?? baca yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Natalia Okan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Pagi ini Anya dan kawan-kawannya masih larut dengan mimpi masing-masing, mereka tidak sadar jika cahaya matahari pagi sudah menyelinap masuk melalui celah-celah jendela kamar. Adel yang merasa silau dengan cahaya matahari itu langsung terbangun. Seketika matanya langsung melirik jam weker yang ada di nakas. "Astaga.. Meysa, Anya, banguunn..." teriak Adel sambil menggoyangkan badan Meysa dan Anya yang masih tidur.
"Apaan sih Del, masih ngantuk tau..." sahut Meysa sambil menepis tangan Adel.
"Lo lupa, pagi ini kita ada kelas dengan pak Wadison.." ucap Adel lagi.
Seketika Meysa langsung bangun setelah mendengar nama pak Wadison. "What?? kenapa lo baru bangunin kita sekarang Del? jam berapa sekarang??" tanya Meysa.
"Jam 07.45. Lo sih, kan udah gua bilangin kita ada kuliah pagi sama pak Wadison, masih juga mo pulang subuh.." kesal Adel.
"Yeee.. Kok lo malah nyalahin gua sih?? orang lo nya juga mau.." balas Meysa.
"Udah.. udah..! Sekarang bukan waktunya untuk saling menyalahkan. Ayo mandi dan siap-siap.." sela Anya.
Mereka pun mandi secara terpencar di kamar mandi yang ada di rumah Anya. Setelah itu tanpa sempat sarapan lagi mereka langsung bergegas menuju ke kampus. Pak Wadison selain tegas dengan nilai, juga terkenal sangat disiplin. Jika datang terlambat, maka tidak ada toleransi baginya.
Anya menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga Anya tak sadar, jika ada polisi yang sedang razia di depannya.
"Nyak, polisi..! " teriak Meysa.
Ciiiitttttt... Anya mengerem secara mendadak dan menepikan mobilnya. "Untung aja gua nggak nabrak polisi.." ucap Anya.
"Sepertinya gua kenal deh sama tu polisi.." ucap Meysa sambil mengingat-ngingat.
Polisi itupun mendekat menghampiri mobil Anya.
"Iyaa gua ingat sekarang, itu kan kak Aditya anaknya bik Sumi. Ya Tuhan, pagi-pagi sudah dapat asupan Vitamin C.." ucap Meysa sambil senyum-senyum.
"Dasar lo.." Adel memukul lengan Meysa dengan buku yang di pegangnya.
"Tok...tok.." Adit mengetok jendela mobil Anya dari luar.
Dengan terpaksa Anya menurunkan kaca mobilnya.
"Selamat pagi mbak, bisa tunjukkan Sim dan Stnknya..??" ucap Adit tegas.
Anya langsung kasak kusuk mencari dompetnya.
"Ma'af pak, dompet saya ketinggalan di rumah.." ucap Anya setelah tidak menemukan dompetnya.
"Kalau begitu mbak kami tilang.." ucap Adit sambil mengeluarkan surat tilang.
"Tunggu kak, apa kak Aditya nggak ingat sama kita?? kemaren sore kan kita ketemu di rumah Anya. Ini Anya lo kak, anaknya majikan ibunya kak Adit, masa nggak tau sih??" ucap Meysa sambil menunjuk Anya yang ada di kursi kemudi.
Adit sepertinya tidak mempedulikan ucapan Meysa, dia sibuk menulis nama Anya di kertas tilang. Sedangkan Anya hanya diam tanpa ingin menjelaskan atau memohon untuk tidak di tilang.
"Pliss kak..., jangan tilang kami ya, kami lagi buru-buru ni kak, mau ke kampus.." ucap Meysa lagi sambil memohon.
"Ini surat tilangnya, silahkan membayar denda atau mengikuti sidang pengadilan.." ucap Adit sambil menyodorkan kertas tilang ke tangan Anya.
Anya pun menerima surat tilang itu sambil menatap Adit dengan tatapan penuh kebencian.
'Dia sangat sombong, ternyata gua benar-benar di tilang'
Anya sangat kesal dia langsung menginjak pedal gasnya dengan kasar dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tak lama kemudian mereka pun sampai di kampus. Anya langsung memarkirkan mobilnya di tempat parkiran, setelah itu mereka berlari menuju ke kelas.
Benar saja, pak Wadison sudah menutup pintu kelas sehingga mereka sudah tidak bisa lagi masuk.
"Gimana ni Nyak?? pintunya di tutup.." ucap Adel sambil mondar mandir di depan pintu.
"Huuuhh... Ini semua gara-gara polisi itu. Dia yang udah bikin kita terlambat datang ke kampus.." ucap Anya kesal.
"Heran deh, kenapa dia nggak ingat kita ya?? nggak habis pikir gua.." sela Meysa.
"Namanya juga lagi menjalankan tugas, dia bekerja secara profesional.." sahut Adel.
"Yah walaupun lagi menjalankan tugas setidaknya jangan terlalu serius gitu lah, apalagi kan yang di tilang adalah majikan ibunya sendiri.." kesal Meysa.
"Sudah.. sudah.. Kalian kok suka banget debat sih. Sekarang yang kita pikirkan bagaimana caranya supaya kita bisa masuk ke kelas.." tegas Anya.
"Kita jujur aja Nyak, kalau kita kena razia polisi.."
"Ya udah, gua coba ketuk pintu dulu.." ucap Anya sambil menuju ke arah pintu.
Tok...tok..tok.. "Permisi pak.." ucap Anya sambil mendorong pintu itu.
"Sudah jam berapa ini?? " tanya pak Wadison sambil melirik jam di tangannya. "Kalian sudah terlambat hampir satu jam.."
"Ma'af pak, tadi kami kena razia polisi pak makanya terlambat.." ucap Anya.
"Saya tidak menerima alasan apapun ya. Kalian tidak usah masuk, karena saya tidak suka orang yang tidak disiplin. Silahkan keluar.." perintah pak Wadison.
Anya, Meysa dan Adel tidak punya pilihan lain selain keluar.
"Tuh kan gua bilang juga apa, nggak ada ampunan buat yang terlambat.." kesal Adel.
"Ya udah kita ke kantin aja yuk, laper ni.." ucap Meysa sambil mengelus perutnya.
Mereka pun menuju ke kantin yang ada di belakang kampus, lalu memesan makanan dan juga minuman.
"Oh ya, lo pada liat Niko nggak di kelas tadi?" tanya Anya.
"Nggak..! Palingan juga tu orang belum bangun.." jawab Meysa.
"Telpon dulu ah.." ucap Anya bersemangat lalu menekan nama My Love di kontak hpnya.
Tut.. tut... tut..
Sudah berulang kali Anya menelpon Niko, namun tidak juga di angkat.
"Tuh kan Nyak, gua bilang juga apa. Pasti tu anak masih molor.." ucap Meysa.
"Gua coba sekali lagi.."
Tut.. tut...
"Hallo.." terdengar suara wanita separuh baya di ujung sana.
'Aduuh gimana ni, ini pasti mamanya Niko'
"Hallo.." panggil wanita itu lagi.
"Ma'af tante ini Anya, Nikonya ada tante??" tanya Anya gugup.
"Oohh jadi kamu yang bernama Anya? kebetulan saya bisa bicara langsung dengan mu. Saya cuma mau bilang, mulai sekarang jangan pernah hubungi Niko lagi. Karena Niko akan bertunangan malam ini.." ucap mamanya Niko ketus.
Duuuggg... Seketika jantung Anya serasa berhenti berdetak. Badannya terasa lemes dan bulir bening itu perlahan jatuh membasahi pipinya.
"Hallo... Hallo.." panggil mamanya Niko.
Namun Anya tidak menggubrisnya lagi, dia langsung memutuskan sambungan telpon.
"Anya kenapa?? kok lo nangis.." tanya Adel dan Meysa serentak.
"Niko.. Niko..."
"Iya kenapa dengan Niko??"
"Niko akan bertunangan malam ini.." huuuaa.. Anya menangis tersedu-sedu.
Meysa dan Adel langsung memeluk Anya.
"Kok bisa Nyak?? tadi malam Niko masih bersama lo, dan kalian baik-baik aja.." ucap Meysa sambil mengelus punggung Anya.
Suara tangis Anya pun makin kencang, sehingga orang yang ada di kantin itu langsung tertuju pandangannya pada Anya.
"Kamu yang sabar ya Nyak.. Kita akan selalu ada buat lo.." ucap Adel yang juga sudah tidak kuasa menahan tangisnya.
********
SI AUDREY NYA KMANA...???