Baru naik kelas 12, sudah di nikahkan? Alana dan Barra terpaksa menikah, karena permintaan terakhir sang Ayah, sebelum Ayah Alana pergi untuk selamanya. Namun, kisah cinta mereka tidak semulus jalan tol dan tidak seindah Romeo and Juliet. Kepribadian keduanya bertolak belakang. Akankah pernikahan mereka bertahan Lama? Yuk simak Kisah Alana dan Barra.
*Kalau Ayah gak minta aku nikah sama kamu, mana mungkin aku mau! Itu semua karena keterpaksaan! — Alana Valerie.
*Awas aja ya lo berani macem macemin gue! Gue bakal minta pertanggung jawaban lo Alana! — Barra Ardana Abiputra.
*AKU SAYANG BANGET SAMA KAMUUUUU — *****
Bestie tolong maklum ya jika banyak typo yang betebaran 🥰👌🏻
HAPPY READING & HAPPY KIYOWO BESTIE 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAP 23 : PERTEMUAN 2
Jawaban Alana itu sukses membungkam orang orang yang bersamanya sekarang. Mereka tampak kagum pada Alana, benar kata Damar dan Agatha. Alana adalah gadis yang luar biasa, sungguh luar biasa.
"Dia tahu kalo keluarga Om Damar tajir, makanya minta di nikahi Barra dari pada di kasih pesangon." Cibir Zea.
"ZEA!" Bentak Barra. Suara Barra begitu menggelar di setiap sudut ruangan, ini pertama kalinya Barra meninggikan suaranya di hadapan Oma dan Eyang.
Zea begitu terkejut, sangat terkejut melihat tatapan tajam yang di layangkan Barra pada dirinya. Ini pertama kalinya Zea melihat Barra seperti itu.
"Barra! Kamu gak boleh Bentak Zea seperti itu. Lagian yang di bicarakan Zea itu tidak sepenuhnya salah, bisa jadi itu benar." Ujar Athena yang berada di samping Zea.
"Bisa jadi gadis ini memanfaatkan keadaan untuk jadi menantu orang tajir." Ujar Athena dengan santai.
"TANTE! ZEA! KALIAN MEMANG IBU DAN ANAK YANG TIDAK BERATTITUDE. BAHKAN SEHARUSNYA YANG TIDAK ADA DISINI ADALAH KALIAN BERDUA, HATI DAN PIKIRAN KALIAN TERLALU KOTOR. TIDAK PANTAS BERADA DALAM KELUARGA ADIPUTRA YANG TERHORMAT INI, SANGAT TIDAK PANTAS!" Ujar Barra dengan penekanan di setiap katanya. Barra sudah sangat naik pitam, ia tidak tidak terima Alana di hina seperti itu.
Bahkan Damar, Agatha dan Kyra, tidak terima dengan hinaan yang di layangkan pada Alana. Sekarang Alana begitu berharga bagi keluarga Damar. Alana bagaikan harta kartun yang amat berharga, maka dari itu Alana sangat di sayang dan di jaga oleh keluarga Damar.
Barra tidak memedulikan perkataan, intonasi, dan sopan santun di hadapan seluruh sanak saudaranya. Dengan nafas yang terengah engah, Barra meraih tangan Alana. Kemudian di tariknya dan di bawa keluar dari ruang makan itu.
"Ma, Pah, Kyra. Barra sama Alana tunggu di mobil aja, selera makan Barra hilang. Oma, Eyang, Om Glen, Zio, Om Frans, Barra pamit, maaf jika mengacaukan pertemuan penting ini." Tanpa menyebutkan nama si pembuat Onar, Barra kemudian menuntun Alana untuk keluar dari sana, menyelamatkan Alana dari hinaan selanjutnya.
Kini suasana ruangan begitu mencekam dan sunyi, tidak ada obrolan di antara mereka. Semuanya terdiam, melihat ekspresi Eyang yang begitu tajam. Tidak ada yang berani mengawali pembicaraan, bahkan semuanya tertunduk.
Eyang pikir pertemuan kali ini akan berjalan sukses dan sesuai harapannya. Karena ada anggota keluarga baru yang masuk dalam keluarga Adiputra ini. Tapi nyatanya tidak, pertemuan ini hancur hanya dengan 1 kalimat dari gadis yang baru saja beranjak remaja. Entah sifatnya seperti itu? Atau didikannya memang tidak benar? Zea dan Athena memang harus sedikit di beri pelajaran.
"Zea, Athena, kalian sudah merusak pertemuan ini. Ini pertama kalinya Alana datang kesini dan kalian menghinanya. Jika sekali lagi Eyang mendengar kalian membuat onar lagi, tidak segan segan Eyang akan menghukum kalian!" Ujar Eyang dengan tegas.
Tanpa pamit dan salam Eyang berdiri, melengos pergi meninggalkan anak, menantu, dan cucunya di ruang makan. Selama Eyang belum menghilang dari pandangan, belum ada yang berani mengangkat wajahnya.
Di sisi lain Barra dan Alana sudah memasuki mobil dengan genggaman yang tidak di lepas sedari tadi oleh Barra. Terlihat raut wajah Barra begitu kesal sekaligus khawatir akan kejadian tadi. Alana menelisik wajah Barra, ia menoleh dengan ekspresi yang tidak bisa di baca.
"Bar... Tenang gue gak papa" Ujar Alana.
Barra menoleh kemudian tersenyum paksa. "Mana bisa lo baik baik aja, lo gak denger apa yang di omongin Zea sama Tante Athena? Bisa bisanya lo santai gini."
Barra menyenderkan punggung nya jok mobil dan bersedekap dada, begitu pun Alana. Keduanya menatap langit yang indah di penuhi bintang bintang cantik.
" Tapi, menurut aku apa yang di katakan Zea sama Tante Athena itu ide bagus tahu, kenapa ya aku gak kepiran kesitu buat morotin kamu. Kan aku bisa jadi sultan mendadak." Ujar Alana dengan sedikit tertawa kecil.
Barra spontan menoleh pada Alana, bisa bisanya di saat seperti ini gadis itu malah berbicara seperti itu.
Tak
Barra menjintak gemas kepala Alana." Bisa bisanya lo bilang kek gitu, ngeselin banget sih. Tau gitu tadi gue gak usah usah cape cape Teriak belain lu." Barra memalingkan wajahnya.
Alana terkekeh melihat Barra cemberut, ia begitu menggemaskan. "Sorry Sorry aku gak bermaksud. Ehh tapi ada benarnya juga... Pasti orang lain pikiranya begitu, aku jadi istri kamu lewat jalur kecelakaan. Bukan karena saling cinta."
"Ngga gitu lah, Tapir. Tapi gue yakin sih lo sekarang udah cinta mati sama gue"
Mendengar perkataan yang di layangkan Barra membuat Alana terkejut. Kenapa Barra bisa se percaya diri itu, bahwa Alana mencintainya. Alana spontan memasang ekspresi seperti mau muntah.
Huweekkkk
"Kalo Ayah gak minta aku nikah sama kamu, mana mungkin aku mau! Semua yang terjadi sekarang itu karena keterpaksaan! Camkan itu Tuan Muda!"
"Idih gaya banget lo, so so an nolak cowok yang nyaris sempurna ini."
Alana menautkan kedua alisnya, kemudian mendekatkan wajahnya pada Barra. Dengan tersenyum licik, Alana terus mendekat pada Barra dengan perlahan. Barra mengernyit dan ia pun memundurkan wajahnya agar tidak terlalu dekat Alana.
" Apa apaan lo? Berhenti gak?!" Tanpa mendengarkan perkataan Barra, Alana terus mendekat maju pada Barra.
Barra sudah kelabakan, bagaimana tidak sekarang jarak antar keduanya hanya 1 jengkal.
"Al, awas aja lo macem macemin gue. Gue bakal minta pertanggung jawabannnn!" Teriak Barra.
Spontan saja Alana tertawa terbahak bahak, melihat ekspresi Barra yang ketakutan seperti itu. Apa lagi wajahnya memerah seperti kepiting rebus, menambah kegemasan Alana. Alana belum henti hentinya tertawa, sedangkan Barra ia bingung apa sebenarnya yang terjadi pada Alana.
"Ngapain lo ketawa gitu?! Emang ada yang lucu ha?!" Ujar Barra dengan Ketus.
Alana mengangguk dalam tawanya. "Kamu lucu hahahaha"
Saking asyik nya Alana dan Barra— Ehh saking asyik Alana menjahili Barra, mereka sampai tidak menyadari kalau sedari tadi ada yang memperhatikannya dari luar mobil. Mereka sudah cukup lama berada di situ.
"Mah, Pah, Kak Al, kuat ya. Baru tadi di hina, tapi dia udah ketawa ketawa aja. Kyra penasaran hatinya terbuat dari apa? Kyra jadi tambah sayang sama Kak, Al."
Barra baru konek sama apa yang di lakukan Alana tadi, Barra mengerutkan kedua alisnya dan kembali bersedekap dada." Lo bener bener, Al. Kalo gue yang ngelakuin itu, pasti di sangka gue cabulers. Emang tidak berakhlak cewek satu ini."
Barra kemudian menoleh ke luar kaca mobil dan di sana terdapat Damar, Agatha dan Kyra yang berdiri memperhatikan mereka. Mata Barra membelalak, mengingat apa yang di lakukan Alana pada dirinya. Semoga keluarga nya tidak melihat.
" Mampus, Al, liat tuh, keknya mereka dari tadi ngeliatin kita"
Alana langsung mengedarkan pandangannya dan benar saja, Alana pun melihatnya. "Barra... Gimana ini? Aku malu kalo mereka liat kejadian yang tadi, aku kan cuma becanda gak mungkin ngelakuin yang ngga ngga." Alana seketika menciut.
"Lo sih, ada ada aja kelakuannya. Sekarang kan gue jadi malu!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
HAPPY KIYOWO BESTIE