NovelToon NovelToon
Aku Mengandung Anak Majikanku

Aku Mengandung Anak Majikanku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yayuk Handayani

Suatu tragedi buruk menyebabkan Adinda mengandung anak majikannya.

Adinda Zilvanya Kanzu, seorang gadis kampung yang demi memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan juga sang ayah, mengharuskan ia harus bekerja di ibu kota. Namun siapa sangka, pekerjaan di kota yang begitu ia dambakan dapat memberikan nasib hidup yang lebih baik, tetapi malah justru mengantarkannya pada suatu malam yang sangat kelam.

Akibat dari malam yang kelam itu, Adinda harus kehilangan kesuciannya akibat dari ketidaksadaran majikannya sendiri, dan menyebabkan ia harus mengandung anak dari majikannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Adinda

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

Semenjak mengetahui dimana Adinda berada, semenjak itu pula Al dan juga Herdi pun langsung ingin menuju ke tempat Adinda.

Dengan menaiki jet pribadi milik Al, tidak butuh waktu lama bagi mereka sampai di tempat yang di tuju.

Dengan kondisi wajah yang masih terlihat membiru akibat serangan dari Herdi, tak membuat Al merasa malu sama sekali meski dirinya di tatap aneh oleh banyak orang.

Sebenarnya Andrew sendiri merasa kasihan dengan kondisi tuannya, tapi ya mau bagaimana lagi, karena apa yang terjadi pada tuannya adalah akibat dari perbuatannya sendiri.

Ketiga pria itupun menuju ke tempat lokasi dimana Adinda tinggal.

" Dimana Andrew, kamu bilang Adinda tinggal di kampung ini, kenapa masih belum sampai juga? ". Tanya Al yang sudah sedikit kesal karena dirinya tak kunjung sampai.

" Saya sebenarnya tidak tahu pasti tuan, dimana lokasi rumah Adinda tuan, tapi yang pasti menurut alamat yang saya dapat dari pedagang wanita di pasar, Adinda tinggal di kampung yang perumahannya hanya ditempati sepuluh kepala keluarga saja tuan ". Sahut Andrew di sela - sela langkahnya.

Ketiga pria itupun terus melangkahkan kakinya. Dan kini mereka telah berada di sebuah area perkampungan mini yang Andrew maksud. Terlihat disana ada sebuah gang kecil untuk masuk ke perkampungan mini itu.

Sepanjang jalan Al memperhatikan apa yang ada di sekelilingnya, hatinya begitu teriris.

Al merasa hatinya begitu teriris dengan apa yang di lihatnya, bagaimana tidak, dirinya tinggal di sebuah kawasan yang sangat elit, tetapi Adinda dalam keadaan yang sedang mengandung anak - anaknya harus tinggal di lingkungan yang terpencil dan jauh dari kehidupan standart lingkungan kehidupan orang - orang pada umumnya.

" Tuan, sepertinya itu rumah Adinda ". Tunjuk Andrew pada sebuah rumah kecil yang ada di ujung barat sendiri.

" Menurut info dari ibu pedagang di pasar, itulah rumah Adinda, rumah kecil yang ada di ujung barat sana dengan catnya yang berwarna putih ". Imbuh Andrew lagi.

Al sama sekali tidak merespon dengan apa yang diucapkan oleh Andrew, dirinya hanya fokus pada kemana arah tangan Andrew menunjuk.

Mereka terus melangkah beberapa meter ke depan, hingga sampailah mereka kini di depan rumah Adinda, sebuah rumah kecil yang bahkan lebih kecil dari sembilan rumah yang lain.

Melihat Adinda yang tinggal di sebuah rumah yang seperti ini, benar - benar membuat hati Al semakin tersayat. Bagaimana tidak, Adinda yang sedang mengandung anak - anaknya harus tinggal di sebuah tempat yang sangat jauh dari kata layak. Bahkan dapur di rumahnya masih jauh lebih besar dari rumah ini.

Begitu juga dengan yang dirasakan oleh Herdi, pria paru baya yang sedari tadi itu hanya diam, juga memiliki rasa sedih yang sama, sangat tidak sanggup harus mengetahui keponakan tercintanya tinggal di rumah seperti ini, tidak bukan rumah lebih tepatnya gubuk.

Tok..... tok..... tok.....

" Assalamu'alaikum ". Seru Herdi, ketika dirinya telah sampai.

Tok..... tok..... tok..... " Assalamu'alaikum Adinda ". Seru Herdi lagi kali ini dengan memanggil nama Adinda.

" Kenapa tidak ada jawaban? ". Gumamnya.

" Mungkin Adinda sedang tidur di dalam tuan ". Sahut Andrew.

Al hanya diam berdiri dengan tetap memandang ke arah pintu. Ada desiran aneh di hatinya saat ini. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana ketika sudah bertemu dengan Adinda.

Tok.....tok.....tok..... " Assalamu'alaikum Adinda? ini paman nak ". Panggil Herdi lagi. Namun panggilannya masih belum juga ada sahutan.

" Tuan Herdi, mungkin Adinda sedang pergi keluar tuan, kita tunggu saja dulu tuan ". Sahut Andrew.

Ketiga pria itupun duduk di lantai rumah itu tanpa beralaskan karpet.

Hingga setelah beberapa menit lamanya, lewat lah seorang ibu - ibu yang sudah berusia enam puluh tahunan di depan rumah yang pernah di tinggali Adinda.

" Maaf, anda semua sedang menunggu siapa ya? ". Tanya ibu itu setelah dirinya memasuki halaman kecil rumah itu.

" Oh maaf ibu, kami orang dari kota, dimana ya orang pemilik rumah ini? ". Sahut Herdi.

Ibu tua itu sedikit mengernyitkan alisnya.

" Saya pemilik rumah ini tuan ". Sahut ibu itu.

Al dan Herdi begitu sangat terkejut mendengar jawaban dari wanita tua itu. Bukankah rumah ini adalah rumah Adinda?.

" Maaf ibu, jadi rumah ini rumah ibu, bukan rumah Adinda? ". Kali ini Al yang bertanya.

Setelah mendengar pertanyaan dari pemuda di hadapannya, ibu itupun baru mengerti, siapa orang yang mereka maksud.

" Oooh, jadi tuan - tuan ini sedang mencari nak Adinda dan ayahnya, sayang sekali, nak Adinda sudah pindah dari rumah ini tuan, dan sekarang rumah ini saya yang menempati, karena nak Adinda sudah memberikan rumah ini untuk saya tuan". Sahut ibu tua itu.

Deg..... Batin Al tertegun.

" Pindah?, pindah kemana? ". Tanya Herdi yang sudah mulai khawatir.

" Kalau soal nak Adinda pindah kemana, saya kurang tahu tuan, karena nak Adinda sendiri tidak bilang ingin pindah kemana ". Sahut ibu tua itu.

Herdi merasa tak berdaya, tubuhnya seolah kehilangan tenaganya. Setelah lima tahun lamanya ia baru menemukan sebuah jalan terang untuk menemukan sang keponakan.

Tetapi kini, jalan itu seolah menjadi buntu, satu - satu petunjuk untuk menemukan sang keponakan kini kembali hilang.

" Ibu, nama ibu siapa? ". Tanya Al pada ibu tua itu.

" Nama ibu, ibu Aminah, tuan muda bisa panggil ibu dengan bu Minah ". Sahut bu Aminah.

" Bu minah, sejak kapan Adinda pergi dari rumah ini? ". Tanya Al.

" Semenjak empat bulan yang lalu tuan muda ". Sahut bu Minah.

" Bu Minah, ini kartu nama saya, saya benar - benar meminta tolong pada ibu, jika ada kemungkinan Adinda menghubungi ibu atau dia kembali lagi kesini tolong ibu hubungi saya ". Mohon Al dengan sangat dan memberikan kartu namanya.

" Tidak perlu, ibu tidak perlu menghubungi dia, jika Adinda menelfon ibu, segera hubungi saya saja karena saya adalah pamannya, sedangkan dia bukan siapa - siapa ". Ucap Herdi sarkas dengan menarik dan menjatuhkan kartu nama milik Al.

Mendapati perlakuan yang tak mengenakkan dari tuan Aditama, sama sekali tak membuat Al marah, ia sangat paham mengapa tuan Aditama bersikap seperti itu padanya.

" Ini kartu nama saya, jadi jika ibu mengetahui suatu informasi apapun dari Adinda hubungi saya saja ". Ucap Herdi dengan memberikan kartu namanya pada bu Minah.

Jika kedua tuan pengusaha itu sedang sibuk memberikan kartu nama untuk bu Aminah. Maka lain halnya dengan Andrew.

Orang kepercayaan Al ini, semenjak mendengar kabar jika Adinda pergi dari rumahnya, membuat Andrew menjadi sibuk dengan pikirannya sendiri.

" Tenanglah tuan Al, saya pastikan Adinda akan segera di temukan ". Batin Andrew berjanji.

*****

Tanpa terasa, waktu kini hampir menjelang malam. Matahari yang sudah cukup lama menyinari setiap bagian - bagian bumi itu pun sudah mulai menuju ke tempat peristirahatannya.

Al, tuan Herdi, dan juga Andrew, sudah memutuskan untuk kembali ke ibu kota meski kemungkinan nanti akan sampai di kediaman mereka hingga larut malam.

" Permisi ya tuan - tuan ". Sapa seorang wanita muda yang tiba - tiba saja menghentikan langkah ketiga pria itu.

" Ada apa nona? ". Tanya Andrew.

" Begini tuan - tuan, saya tadi sempat mendengar anda semua yang sibuk mencari Adinda ". Seru wanita itu dengan ekspresi sedikit judes.

" Sebaiknya tuan - tuan ini jangan ada yang mencari Adinda lagi, apa tuan tahu apa alasannya?, karena Adinda bukan anak baik - baik, buktinya dia hamil tanpa suami, pasti anak yang dikandungnya itu anak haram ". Lanjut wanita itu lagi dengan ekspresi tak sukanya.

Al yang mendengar kalimat hinaan itu pun seolah membuat seluruh aliran darah di tubuhnya menjadi mendidih.

" Apa katamu, dasar wanita sialan ". Pekik Al marah dan lansung mencengkram kuat lengan kiri wanita itu.

" Beraninya kamu mengatakan itu hah, dasar wanita sialan, akan aku buat rumah reotmu itu sekarang juga rata dengan tanah ". Sungut Al dengan amarah yang sudah menutupi mata hatinya.

Wanita muda yang sudah menghina Adinda dan juga anak - anak Al, langsung menjadi ketakutan.

Ia yang awalnya ingin menjelek - jelekkan Adinda karena ingin mendapat keuntungan dari ketiga tuan ini, malah bernasib mengenaskan.

" Maaf tuan, ampuni saya, saya tadi tidak bermaksud bicara se, seperti itu ". Sahut wanita itu yang sudah ketakutan pada Al.

" Tidak bermaksud kamu bilang, kamu pikir aku bodoh hah? ". Bentak Al lagi.

" Tu, tuan tolong maafkan saya, saya tidak sengaja melakukanya tuan ". Seru wanita itu lagi. Sudah tidak bisa dibayangkan bagaimana takutnya wanita itu.

" Tuan Al, tuan sudah tuan, lepaskan dia tuan ". Seru Andrew yang sudah merasa kasihan pada wanita itu.

" Tidak bisa, wanita ini harus diberi pelajaran ". Sahut Al dengan masih diselimuti api amarahnya.

" Tuan Al, saya mohon kendalikan diri tuan, jangan memperdulikan wanita ini tuan, sekarang yang menjadi tujuan utama kita adalah mencari dan menemukan Adinda tuan, saya yakin saat ini Adinda dan anak - anak tuan sangat lah membutuhkan tuan ". Seru Andrew pada akhirnya.

Seketika itu Al langsung tersadar dari api amarahnya. Ia melepas cengkraman kuat tadi dari wanita itu.

Yang dikatakan oleh asistennya memanglah benar. Seharusnya ia lebih bisa mengontrol emosinya, dan harus sesegera mungkin menemukan Adinda dan juga anak - anaknya.

" Mari tuan ". Seru Andrew.

Melihat respon Al yang begitu membela Adinda dan cucu - cucunya, membuat hati Herdi sedikit melunak, ternyata memang benar, Al adalah pemuda yang sangat bertanggung jawab, hanya saja mungkin pada saat itu nasib baik sedang tidak berpihak padanya.

" Tuan Al, sepertinya aku akan mempertimbangkan keinginanmu ". Batin Herdi.

*****

Hari sudah larut malam, dan diwaktu - waktu seperti ini, adalah waktu dimana setiap insan sudah terlelap jauh menyelami mimpi indahnya.

Namun sepertinya, malam yang sudah larut ini tak membuat keluarga Georgino untuk bisa terlelap dan meraih mimpi indah mereka.

Ya, malam ini waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Namun semua orang dari keluarga Georgino satupun tidak ada yang tidur. Mereka semua menantikan kedatangan Al.

Sedangkan Devina jangan ditanya lagi, ia sudah merasa sangat geram dengan sikap seenak jidat putranya.

" Sebenarnya Al itu pergi kemana sih pa, kenapa semakin bertambahnya usia anak itu malah semakin membuat kesal semua orang seperti ini? ". Seru Devina kesal yang merasa tidak habis pikir dengan sikap putranya.

" Tenanglah ma, pasti Al sedang ada persoalan penting di luar sana yang harus dia selesaikan ". Sahut Enriko, entah sudah yang keberapa kali ia mengatakan hal yang sama.

Sedangkan bu Nadia dan Sintia hanya diam, tak ikut menimpali omongan suami dan istri itu.

Bu Nadia sedang sibuk mengelus - ngelus punggung putrinya yang sedari tadi menangis.

Apa lagi yang dilakukan Sintia, jika bukan berpura - pura sedih di depan semua orang untuk menarik perhatian mereka.

" Nak, sebaiknya kamu istirahat dulu ya di kamar, ibu khawatir kamu bisa sakit ". Seru bu Nadia lembut pada putrinya.

" Tidak bu, Sintia mau tetap disini menunggu mas Al ". Sahut Sintia dengan air mata sandiwaranya.

" Benar sayang, kamu lebih baik istirahat dulu ya di kamarmu, biar nanti kalau Al sudah pulang, akan mama beri pelajaran dia karena sudah membuat menantu mama menangis seperti ini ". Sahut Devina.

" Tidak ma, Sintia mau tetap disini, Sintia mau menunggu suami Sintia sampai dia pulang ". Sahut Sintia.

Dalam hatinya Devina merasa bangga pada menantunya ini. Menurutnya menantu seperti Sintia sangatlah sulit untuk di dapat.

" Al, kamu sebenarnya sangat beruntung memiliki istri sebaik Sintia nak, tetapi kenapa sikap kamu malah seperti ini? ". Batin Devina.

..........

Waktu kini semakin bertambah, tanpa terasa waktu kini sudah menunjukkan pukul 01:30 dini hari.

Suara langkah sepasang kaki nampak terdengar samar - samar, semakin dekat langkah itu, semakin terdengar jelas di telinga.

Akhirnya sosok yang ditunggu pun telah tiba. Al melangkah dengan tatapan tak biasa. Tatapan yang memancarkan api amarah.

Al terus melangkah ingin menuju kamarnya, namun di tengah - tengah perjalanannya terlihat semua anggota keluarganya sudah siap siaga seperti se komplotan polisi yang sedang menunggu waktu yang tepat untuk menangkap sang penjahat.

" Akhirnya kamu pulang ju..... ". Kalimat Devina terputus.

Semua orang yang ada di ruangan itu sangat terkejut melihat kondisi Al. Bagaimana tidak, sosok yang sudah ditunggu sedari tadi kedatangannya kini telah kembali pulang dalam keadaan wajah yang terlihat begitu memperihatinkan.

Devina yang awalnya ingin memarahi sang putra dan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan, kini berubah menjadi kecemasan.

" Al apa yang terjadi padamu nak? ". Tanya Devina khawatir pada sang putra dan langsung berhambur mendekatinya.

" Al apa yang terjadi padamu, kenapa kamu pulang - pulang sudah seperti ini nak? ". Tanya Enriko yang juga khawatir.

Namun Al sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari kedua orang tuanya. Tatapannya sedari dirinya datang hanya terfokuskan pada sosok yang membuatnya begitu tidak mampu menahan api amarah.

" Al, duduk lah dulu nak, sebenarnya apa yang terjadi padamu nak? ". Tanya Devina yang kini sudah ingin menangis.

Dengan tidak memperdulikan lagi dengan keberadaan dan pertanyaan orang - orang di sekitarnya Al langsung.....

" Dasar wanita ular ". Teriak Al dan langsung mendekat ke arah Sintia.

Al begitu diselimuti api amarah yang begitu membuncah yang sudah menghilangkan akal sehatnya.

" Dasar wanita ular, selama ini kamu menipuku hah? ". Marah Al dan ia pun langsung mencengkram leh*r Sintia dengan begitu kuatnya.

" Selama ini kamu menipuku dengan berpura - pura mengaku jika kamulah wanita yang sudah aku perk*sa, dasar wanita licik, kamu apakan Adinda hah? ". Marah Al dengan terus mencengkram kuat leh*r Sintia.

" Uhuk... uhuk... uhuk... ". Sintia terbatuk karena hampir kehabisan nafasnya.

Semua orang yang menyaksikan sikap brutal Al pada Sintia itu, benar - benar merasakan keterkejutan yang luar biasa.

" Al, apa yang kamu lakukan Al, lepaskan Sintia ". Teriak Enriko dan langsung mendekat ke arah Al.

Bu Nadia yang menyaksikan putrinya di cek*k oleh suaminya sendiri sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

" Al, apa yang kamu lakukan pada putriku Al, lepaskan dia ". Teriak bu Nadia histeris.

" Uhuk... uhuk... uhuk... ". Sintia terus terbatuk - batuk, bahkan sekarang sudah sedikit pasokan oksigen yang bisa ia hirup.

" Al, lepaskan Al, apa yang kamu lakukan, istrimu bisa mati Al ". Teriak Enriko dengan berusaha melepaskan cengkraman tangan Al.

" Al, apa yang kamu lakukan nak, lepaskan putriku, dia bisa mati kalau kamu mencek*knya seperti itu hiks ". Seru tangis bu Nadia dengan berusaha menarik tangan Al.

" Tuan Alexander yang terhormat, lepaskan putriku, jika kamu masih tetap melakukannya, maka kamu bukan lagi anakku ". Teriak Devina dengan lantang.

Bersambung..........

Jangan lupa like, komen, dan beri hadiahnya ya, Terima kasih 🙏❤❤❤❤❤

🌹🌹🌹🌹🌹

1
Sella Anggrainy
Luar biasa
Nafisa Aprilia
Lumayan
Nafisa Aprilia
Biasa
Shuhairi Nafsir
Goblok banget Al. kenapa nga bikini medical check out. Sama sintia
Normila Aspul Anwar
ayo Al, mata2 ai kegiatan sintia
Normila Aspul Anwar
thor buat adinda jdi kuat,,jgn lemah begitu...
Normila Aspul Anwar
peran adinda terlalu lemah min,,,jdi kasian
Normila Aspul Anwar
cari tau lagi Al,,jgn jadi bodoh
Hariaini Har
Lumayan
Wardani Lestari
Luar biasa
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
lah masa dengan mengancam baru bisa mengalahkan David.😏 David aja hanya menyuruh AL ke rumah sakit karena Diandra langsung mau 😌


yg bener" CEO disini adalah David ..dya bisa bermain dengan mengalahkan siapun dengan caranya gak pake ancaman segala. lah yg dikatakan CEO hebat malah sebaliknya ..L E M B E K.

apalagi Al..mending ganti aja pemeran utamanya kalau perlu karakternya. gak cocok.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
gak bisa diganti lah, kalaupun iya rasanya gak akan sama karena yg kedua itu acara rasa bersalah.


setelah kejadian ketololannya gw gak ada rasa suka dan simpati lagi sama AL..bukan lagi idola gw.

apapun yg dya lakukan baginya dya adalah pria plin plan yg digambarkan. cinta tulus gak ada hanya ucapan saja dan itu terselip kesalahan masa lalunya. dan gw udah gak mood untuk bacanya jadi gw skip aja😪

yg cwnya juga lembek..gak ada tegas"nya . yg satu labil yg satu lembek.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
idiiiii anak udah mau tiga tahun baru berasa kenyataan?

trus mimpinya dan setelah tau adinda lah yg memperkosanya. bukan kenyataan?

masa hanya vidio dya baru bilang mengetahui kenyataanya. dan lagi apa hubungannya vidio dengan bisa mbuat Al sadar tdk menyakiti istrinya lagi..emng rasa bersalah dan segala maafnya yg mungkin ribuan itu tdk bisa membuatnya gak menyakiti istrinya lagi?

helelehhhh bisa tapi dipaksa gak bisa

kalau cinta ,maka dya akan sadar bahwa dya punya istri. kalau rasa bersalah maka dya sadar bahwa istrinya gak lebih penting dari wanita masa lalu yg dicintainya.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
elleeeeh gak guna...hanya Karan vidio malah mau pulang. emng gak ada cinta di hati Al buat adinda dari vido dan sadarnya dia adalah bukti kalau dya hanya merasa bersalah pada pada adinda dengan sebagai penebusnya dengan menikahinya.


masa gergara vidio baru mau tegas...astagaaa..
knp CEOnya disini yg katanya di gini ,tegas ,berpendirian sama sekali gak ada pd diri Al.😪
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
apapun alasannya..tetap gak dibenarkan. karena Lo lebih peduli wanita lain ketimbang istri Lo.

bener" dah salah karma. adinda yg gakelakukan apa" malah dikasih karma seperti balasan dari Sintia saat itu dimana Al meninggalkannya.

emng othornya ini gak ada logikanya...masa adinda yang harusembayar perbuatan Al
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
bisa GK Thor..cari alasan yg masuk akal dikit aja. jangan berbelit kalau ujung"nya gak nyambung.


Lo kan sendiri menciptakan karakter Al sebagai orang sangat penting. Lo sendiri yg ceritain gmn Al memanjakan istri dan anak"nya...dengan diajak jalan" keluar rumah. gak mungkin seorang Al kalau sdh diluar rumah gak lepas darinpasang mata bawa anak lagi. mereka punya.mata yg.melihat kecuali orang "buta".

ya kalliiii gak ada yg ngeh itu anaknya apa kagak, secara mereka mirip ..kan Lo sendiri yg nulis.
masa gergara pernikahan belum sah ..ultah anaknya gak dirayain...

ya kaliiiii undang keluarga aja dirumah buat pesta gak bisa....haduewwww🤦
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
emng perlu lah pernikahan dirayakan setiap tahun namanya juga anniversary...bodoh
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
kalau hati baik ,otak pintar bagus...lah ini hati baik tapi otak bodoh. pikirannya hanya tau maafkan tdk tau pake logika buat menjadi wanita kuat dan tegas.

kalau misalnya Al selingkuh..dimaafkan

Al hamilin wanita lain...dimaafkan


sekalian Al bunuh keluargamu...dimaafkan😪
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
kek tdk ada saja pendonor..segtunya mikirin wanita lain drpd istri..astagaaa sdh bagus jalan ceritanya sebelumnya malah dibuat tolol pemainnya .hadeuwwww...gak ada yg bener" menikah dengan lancar. Sintia juga pernah gitukan malah terulang lagi pd adinda. berasa itu karma adinda dari Sintia

aduhhh yg salah siapa yg dikasih karena siapa🤦
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
he? alasan macam apa tuh.😵

TDK MINTA IZIN KARENA TDK MAU KELUARGANYA PANIK? HAHHAHAHHAHAHA BODOH BIN TOLOL

JUSTRU KARENA GAK MINTA IZIN APALAGI DIHATI PENTINGNYA DODOLLLL..MALAH BIKIN PANIK ORANG..ASTAGAAA🤦


bisa gak cari alasan yg masuk akal🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!