Kiran tiba-tiba mencintai Rangga, setelah wanita itu mendapati tranpalasi jantung dari mendiang Dokter Rani-yang tak lain istri dari Rangga, sendiri. Dan tentu saja, cinta itu ditolak mentah-mentah, oleh Pengusaha berusia tiga puluh tahun itu.
Dipaksa menikah lagi oleh sang Bunda, membuat Rangga mau tidak mau, akhirnya terpaksa memanfaatkan Kiran, yang dia tahu begitu mencintainya.
Pernikahanpun terjadi. Tapi sayangnya-pernikahan itu hanya pernikahan kontrak, dan Rangga akan menceraikan Kiran, disatu tahun pernikahan mereka kemudian.
Kebersaman yang keduanya lalui, perlahan menumbuhkan cinta di hati Rangga, kala ada cinta tulus, yang menawarkan
Dan saat mendapatkan sambutan, justru ada badai menggoncangkan mahligai rumah tangga mereka-saat terkuak satu persatu rahasia tentang seorang Rangga Wijaya, dan juga hadirnya sahabat Rangga, yang sudah lama menaruh perasaan pada pria itu.
Akankah keduanya mampu merengkuh kebahagian, yang sebenarnya? Saat perasaan itu semakin saja dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon popyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYAMPAIKAN
Rasa penasaran masih menyelimuti diri Kiran. Tapi gadis itu! Lebih memilih untuk diam, dan tidak menanyakan ke mana sebenarnya- Rangga akan membawanya.
"Apakah Mas Rangga, akan menemui seseorang di sekitar kompleks rumahku?" Kiran membathin, dengan mata mencuri pandang pada Rangga- yang tengah fokus menyetir mobil.
Laju kendaraan yang semula cepat, perlahan mulai memelan saat sudah tiba di tempat yang mereka tuju. Wajah kaget, dan posisi duduknya- seketika Kiran tegakkan, saat Rangga berbelok arah memasuki huniannya yang sangat tidak asing baginya.
"Ini-kan rumahku?! Jadi tujuan Mas Rangga, kemari? Adalah datang ke rumahku! Dan ada hal penting apa? Hingga dia datang kemari! Dan mobil siapa itu? Apakah sedang ada pertemuan keluarga di sini?" Kiran semakin dilanda rasa penasaran, tapi dia tetap menunjukkan sikap tenangnya.
Tenggelam dalam rasa penasarannya, membuat Kiran tidak menyadari, kalau Rangga sudah berlalu ke luar dari dalam mobil terlebih dahulu. Suara ketukan pintu yang terdengar dari luar, seketika membela lamunan gadis itu.
Kaca mobil menutup sempurna, perlahan Kiran turunkan, yang seketika menampakkan wajah tampan pengusaha kaya itu. Menatapnya dengan dalam, pada Rangga yang menatapnya dengan sedikit aneh, ketika menatapnya dengan tatapan tak berkedip.
"Ada apa Mas?"
Rangga terkekeh. Kerutan sedikit menyelimuti wajah pria itu, saat melepas tawanya- dengan pertanyaan Kiran yang menurutnya yang membuatnya dilanda kebingungan.
"Mau sampai kapan, kamu berada di dalam mobil inj? Kita sudah tiba di tempat tujuan, tapi kamu masih betah berlama di dalam."
"Mas...Apakah kita gak salah tempat? Dan sebenarnya buat apa kau mengajakku kemari?" tanya Kiran yang masih terselimuti akan rasa penasaran, ketika Rangga mengajaknya untuk datang ke rumahnya sendiri.
"Kamu akan mengetahuinya, saat kita sudah berada di dalam. Dan sekarang, turunlah."
"Tapi Mas...Aku..." Kiran menjawabnya dengan ragu. Dua mata itu menatap dengan dalam pada Rangg, ketika tubuh itu masih betah berlama di dalam.
"Kita tidak punya banyak waktu. Dan ayo!" Dengan membuka pintu mobil. Tangannya mengulur, menggapai jemari Kiran, agar dapat segera ke luar dari dalam mobil.
"Tapi Mas...Aku..." Kiran masih terlihat ragu, walau tangan itu suda
"Ayolah..." Tarikan Rangga sedikit kuat, yang membuat tubuh yang masih berlabuh di atas kursi, ikut terserat ke luar oleh pria itu.
"Sebenarnya tujuan apa Mas Rangga membawaku kemari? Apa Mas Rangga ingin melamarku? Tidak! Itu tidak mungkin. Lantas! Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang tengah terjadi di rumahku? Apakah Mas Rangga tidak menyadari?! Kalau dia membawa aku ke rumahku sendiri!" bathin Kiran, yang semakin diliputi tanda tanya.
Ayunan kaki Kiran, ber-ayun dengan pelan, saat genggaman tangan pria itu dia lepaskan. Langkah kaki itu, perlahan dia hentikan membiarkan Rangga melanjutkan langkahnya.
Samar-samar dia mendengar perbincangan, di ruang tengah! Di mana sering dijadikan kelurganya, untuk pertemuan kelurga.
Membiarkan Rangga seorang diri melanjutkan langkah kakinya, menuju ruangan itu.
"Rangga! Kamu sudah datang?" Wajah Mama Dilla seketika nampak berseri-seri, s mendapati keberadaan putranya- yang sudah sedari dia tunggu.
"Iya Nak, Rangga! Sedari tadi kami menunggu kedatanganmu. Dan buat apa kau masih berdiri. Ayo duduklah. Kita akan segera membicarakan, pertunangan kau dan anak Tante."
Rangga menghembuskan napas panjangnya. Pandangannya mengedar ke segalah arah, menatap satu persatu pada mereka yang menatapnya dengan heran.
"Rangga! Kenapa kau diam saja? Ayo duduklah. Kita akan segera membicarakan pertunanganmu dengan Adisty. Dan pertunangan kalian, akan dilaksanakan tiga hari lagi," tanya Papa Ifan, dengan menatap penuh pada putrinya.
Dengan berat hati, akhirnya akhirnya Rangga bersuara. Mengatakan kedatangannya, yang tidak sendirian.
"Aku datang bersama, seseorang."
Wajah kaget seketika menyelimuti mereka semua, yang terbalut dengan rasa penasaran- akan apa yang baru saja dikatakan Rangga. Mama Dilla semakin menajamkan bola matanya, mendengar ucapan putranya- yang terselip misteri.
"Kau datang bersama siapa Rangga?"
Tidak menjawab apa yang ditanyakan sang Bunda. Dua kakinya kembali mengayun ke luar, meninggalkan mereka yang menatapnya dengan bingung. Tangannya mengulur panjang, menggapai jemari Kiran, yang hanya diam membisu.
"Ayo!"
"Mas! Sebenarnya ada apa ini?" Dua mata Kiran menatap penuh pada wajah tampan Rangga, yang tetap menampilkan sikap tenangnya, dan masih enggan menjawab apa yang ditanyakan wanita itum
Walaupun pertanyaannya tidak dijawab oleh pria itu! Tapi Kiran, tetap membiarkan dirinya terseret oleh Rangga, yang membawanya - pada ruangan yang di mana sedang adanya pertemuan kelurga.
Mereka yang berada di ruangan itu, seketika menampilkan wajah kagetnya- mendapati Rangga membawa seorang gadis, bersamanya. Dan tentu saja- rasa kaget- lebih menyelimuti diri anggota kelurganya, sebab membawa sosok yang sangat tidak asing untuk mereka.
"Kiran...." gumam mereka, dengan menatap penuh pada gadis itu.
"Ini Kiran. Calon istriku, dan dia adalah wanita yang akan kunikahi."
Kaget. Seketika menyelimuti wajah mereka semua. Terutama Kiran. Sepasang mata gadis itu lebih membelalak, mendengar perkataan Rangga menurutnya sangat tidak mungkin.
"Menikah..." gumamnya pelan. Kiran menengadahkan kepala, dengan tatapan penuh tanda tanya. Sorot matanya nampak lebih tegas, pada Rangga yang bersikap tenang.
"Rangga! Apa yang kau katakan?! Kau akan menikahi, Adisty!" Mama Dilla sedikit berteriak, kala emosi wanita tua itu- sudah terpancing dengan ucapan putranya.
Penasaran, yang sedari tadi menyelimuti diri Kiran- kini terjawab sudah. Bagaimana dia mendengar ucapan dari Ibunda Rangga, yang membuatnya begitu kaget. Kalau ternyata, pria yang begitu dia cintai, akan menikahi saudara tirinya Adisty.
"Apa?! Menikah? Jadi Mas Rangga ini, calon suaminya Kak Adisty! Dan bagaimana aku bisa, tidak mengetahui akan hal ini?" Kiran bergumam dalam hati.
"Kiran...!!" Seketika Mama Rati bersura tinggi, akan emosi pada anak tirinya itu.
"Kamu memang, manusia yang gak punya hati. Apakah kamu tidak menyadari?! Kalau Rangga ini adalah calon suami Kakakmu Rati."
Dua alis Rangga bertaut. Pria dengan tinggi satu 182cm itu- seketika memicingkan matanya, menatap Kiran dengan tatapan heran
"Mereka adalah keluargaku, Mas! Dan maaf, aku tidak memberitahumu dari tadi," jawab Kiran menunduk, pada Rangga yang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Apakah itu dia putrimu yang satu lagi- Andi!" tanya Papa Ifan, dengan menatap intens pada sahabatnya.
"Iya. Dia putriku, Kiran."
Seringai rendah menyelimuti wajah Rangga. Manik matanya kembali tertuju pada mereka semua, yang intens menatap pada Rangga, dan juga Kiran Larasati.
"Dan aku rasa sama saja. Bukankah Kiran, ini! Putri kalian juga?! Jadi aku rasa, anggap saja perjodohan ini tetap berjalan." Dan arah pandang itu beralih pada Papa Andi. "Maaf Om, Andi! Tapi aku lebih memilih, untuk menikahi putrimu, Kiran! Dan kau, Adisty! Maafkan aku."
"Tidak Nak, Rangga! Kau hanya menikahi putriku Adisty! Bukankah kau awalnya, kau dijodohkan dengannya? Kenapa harus Kiran?!" Mama Rati nampak tidak terima. Wanita paruh baya itu, nampak begitu murka mendengar ucapan Rangga, yang akan menikahi anak tirinya.
hanya sekedar memberi saran 🙏
aku padamu diannnnnn😆😅
icikiwir😂