Banyak orang menyatakan cinta itu indah. Apakah cinta LDR-an itu juga indah? Lalu bagaimana jadi nya, jika cinta LDR-an itu tumbuh subur.
Namun akan semakin menyakitkan. Karena realita nya cinta LDR-an tak selama nya indah dan berjalan mulus. Akan banyak batu sandungan dengan kerikil tajam yang menghampiri tuk menguji seberapa besar dan kuat cinta itu bersemayam di hati dua insan yang kini terpisah jarak yang terbentang.
"Tak ada alasan mengapa aku begitu mencintai nya. Tapi yang pasti aku hanya ingin selalu berada di dekat nya dan menjadi bagian dari cerita hidup nya"
Ini lah kisah dan cerita cinta hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenalkan Menantu
Terimakasih kakak yang sudah membaca karya pertamaku, jika suka tinggalkan jejakmu berupa like, komen, rate bintang lima, juga jadikan favorit ya, biar tidak ketinggalan kalau sudah up kelanjutan cerita nya. Author sangat berterimakasih telah di beri hadiah setangkai mawar, apalagi secangkir kopi dan vote. Karena itu sangat berarti untuk author receh dan bengek ini. Semoga kakak semua sehat, bahagia selalu dan lancar rezeki nya. Aamiin.
Selamat membaca...
🍃🍃🍃
Suara adzan shubuh telah berkumandang dari masjid, Aliyah terbangun dari tidurnya.
Dingin nya angin yang berhembus menusuk hingga ke dalam tulang, membuat sebagian penduduk bumi memilih bersembunyi di balik tebal nya selimut.
Aliyah yang mendengar adzan shubuh, berusaha membuka mata. Meskipun berat rasa kantuk yang belum hilang dan mata terasa ada lem yang merekatkan jadi lengket susah di buka, tapi dia tetap segera bangkit dari ranjang empuk nya.
Di lihat jam dinding di atas meja belajar. Menunjukkan pukul 04.15 wib, aliyah berjalan ke kamar mandi dengan rasa kantuk yang masih melekat. Aliyah segera mengganti baju tidur nya, lalu menunaikan kewajiban nya sebagai seorang muslim.
Setelah aliyah mengakhiri do'a nya, ia melepas mukena dan mengantung mukena juga sajadah nya di hanger. Kemudian membereskan tempat tidur. Selesai mengerjakan semua nya. Aliyah bergegas ke dapur.
Masih pagi sekali aliyah sudah terbangun dan mempersiapkan sarapan untuk anggota keluarga nya, menu yang sederhana tapi sehat.
Selesai berkutat dengan pekerjaan di dapur, ia menghidangkan di atas meja makan. Selanjutnya aliyah merapikan dan membersihkan rumah, menyiram tanaman. setelah menyelesaikan semua nya. Aliyah berjalan menuju kamar orang tua nya.
"Tumben bunda belum membangun kan aku, tadi? Biasa nya bunda bangun lebih awal? Ada apa gerangan?." guman aliyah menebak-nebak dalam hati.
Ia mengetuk perlahan pintu kamar orang tua nya. Namun, tidak ada jawaban dari dalam. Terpaksa aliyah membuka knop pintu dan masuk ke dalam. Ruang kamar terbuka dengan cat coklat muda dinding nya, terkesan nuasa yang adem. Terdapat satu set tempat tidur terbuat dari kayu jati yang berukiran dengan ukuran sedang, lemari pakaian tiga pintu, meja kerja dan kamar mandi di pojok kamar.
Aliyah melihat bunda masih terlelap dengan tidur nya, sendirian di ranjang. Ia tidak melihat ayah, pasti masih sholat berjama'ah di masjid.
Aliyah mendekat ke arah jendela kamar dan membuka nya, sehingga udara segar di pagi hari dapat masuk bebas di kamar. Lalu, ia berpindah mendekati tempat tidur orang tua nya dan duduk di pinggiran ranjang. Di sentuh nya badan bunda yang masih berbaring dengan perlahan, takut membangun kan bunda nya. Namun, bunda segera membuka mata setelah merasakan ada seseorang yang menyentuh bunda.
"Mbak aliyah, sudah bangun?." bunda membuka mata dan tersenyum ke arah aliyah.
"Iya, bunda. Apakah bunda lagi tak enak badan, tumben masih tiduran jam segini?." tanya aliyah lembut menyentuh kening bunda.
"Tidak sayang, bunda hanya kecapekan saja." bunda bangkit dari baring nya dan menyandarkan punggungnya.
"Jangan terlalu di paksa bunda. Aliyah dan adik juga bisa membantu bunda buat persiapan toko kue nya."
Bunda mengusap lembut kepala putri sulung nya.
"Untuk sementara, biar bunda yang mempersiapkan nya. Mbak aliyah fokus saja sama skripsi nya dan adik juga fokus dengan ujian kelulusan."
"Iya bunda. Tapi, mbak aliyah kan masih bisa membagi waktu. Apakah bunda mau mandi sekarang? Mbak aliyah sudah menyiapkan air panas buat bunda mandi." tanya aliyah memeluk bunda, lalu merebahkan kepala nya di atas pangkuan bunda, bermanja-manja di sana.
"Sayang, kapan kamu akan mengajak menantu bunda datang ke rumah ini?." tanya bunda tiba-tiba pada aliyah yang sangat mengagetkan nya dan seketika mengangkat kepala dari pangkuan bunda.
Aliyah terkesiap dengan ucapan bunda nya barusan.
"Bunda, bicara apa?." aliyah balik bertanya.
"Jangan pura-pura tidak mendengar." bunda menjewer telinga aliyah yang membuat dia meringis.
"Apakah bunda sudah menginginkan cucu?." pertanyaan absurd aliyah.
"Tentu saja sayang, mbak aliyah keberatan." goda bunda mencubit pelan pipi aliyah.
"Bunda.. Mbak aliyah kan belum wisuda?." sahut aliyah sambil cemberut.
"Mbak aliyah tidak mau mengenalkan bee nya ke bunda dan ayah?." tanya bunda sambil mengecup kening aliyah.
"Baik lah, bunda. Mbak aliyah segera membawa menantu bunda dan ayah datang ke rumah ini. Sekarang lebih baik bunda beristirahat dulu, nanti sarapan bunda di bawa ke kamar saja."
"Anak bunda sudah pintar mengalihkan pembicaraan ya." goda bunda lagi.
"Ihhhh, bunda."
Sebelum aliyah meninggalkan kamar bunda nya. Tiba-tiba terdengar tepukan tangan dari arah pintu kamar tidur bunda. Zudith dengan tubuh atletis nya berjalan mendekati aliyah kakak nya dan mulai membully.
"Cie.. Cie.. yang mau kawin." ledek zudith.
"Haisss, anak kecil tau apa tentang kawin dan kamu jangan kepo." jawab aliyah melotot.
"Itu tadi, kata bunda pada mbak aliyah. Disuruh bawa menantu ke rumah ini. Asik bisa halan-halan sama akak Denis dung." ejek zudith lagi.
Wajah aliyah langsung berubah menjadi merah bak kepiting rebus.
"Apaan, jangan ikut-ikut urusan orang, kepo aja!."
"Apa, kebo?." ledek zudith.
"Kepo bukan nya kebo, tau. Jangan suka menguping pembicaraan orang, tak baik lho!." omel aliyah.
"Sudah-sudah jangan mulai perang saudara nya. Bunda tambah pusing dengar nya." sahut bunda yang langsung menutup kedua telinga nya.
"Adik tuh, yang mulai duluan." protes aliyah.
"Mbak aliyah, bunda. Yang bengek, mewek, ngambekan." balas zudith.
"S-u-d-a-h! enggak mau dengerin kata bunda! Seneng kalau bunda nya kena serangan jantung!." ucap bunda sambil mengatupkan kedua tangan pada dada nya.
"Tak mau bunda." ucap kompak kakak beradik itu sambil kedua nya memeluk tubuh bunda yang lagi bersandar.
🍃🍃🍃
bersambung..
terus semangat ya u berkarya
God bless always🙏🤗❤️