Sequel dari Sang Pemilik Cinta
Sebelumnya, mohon maaf karena cerita ini banyak mengandung bawang, karena memang saya membuat karya ini seperti nano nano, ada sedih, bahagia, komedi, dan kebucinan seorang suami pasa istrinya.
Novel ini bukan mengedepankan tentang poligami atau pelakor, tetapi ini tentang psikologi Mario yang di hantui rasa bersalah pada adik kembarnya semasa remaja, juga tentang seorang gadis bernama Inka yang broken home, psikologi seorang anak korban perceraian di usia yang sama.
Kemudian, mereka menikah karena kesepakatan yang saling menguntungkan.
Mario yang tak percaya dengan ikatan pernikahan dan memilih live together bersama pacar-pacarnya, di jodohkan oleh sang ayah dengan anak sahabat ayahnya. Mario menolak dan lebih memilih menikahi Inka, teman dari istri sahabatnya yang baru sekali bertemu.
Di tengah pernikahan yang mulai adanya benih-benih cinta, mereka di uji dengan ujian yang membangkitkan psikologi masa lalu keduanya muncul.
Jadi, siapkan mental kalian dan hanya yang berhati baja, yang bisa membacanya sampai end.
Terima Kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nanti keduluan supir online
Tak terasa, kini Inka sudah menjalani status nyonya Mario selama tiga bulan. Banyak hal-hal yang sudah Inka tahu tentang Mario. Mario pun sudah sangat terbiasa dengan kehadiran Inka dalam hidupnya.
Inka perempuan yang mandiri, tak pernah mengeluh dan selalu bisa melakukan apapun. Tak heran jika, Laras dan Andreas sangat menyayanginya. Mario pun mungkin merasakan hal yang sama, terlebih lagi ia sangat menyukai tubuh sang istri. Tubuh Inka mampu melerai ke-stres-annya, kepenatannya, bahkan bisa menjadi mood boaster untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Namun, tak pernah sekalipun Mario mengatakan 'cinta' pada Inka. Hingga ketika aktifitas di ranjang pun, Mario tidak mengatakannya, kata 'sayang' juga hanya beberapa kali saja di ucapkan. Entah, mengapa berat sekali Mario mengucapkan itu? Padahal di saat-saat romantis seperti itu, saat yang tepat untuk mengutarakan cinta dan sayangnya sepasang suami istri.
Inka pun demikian, ia sudah menerima pernikahan ini. Ia bertekad akan menjadi istri yang baik untuk Mario. Hanya saja, untuk menjadi ibu, ia masih takut. Takut tidak bisa menjadi ibu yang baik, seperti yang di lakukan Indah padanya.
Mobil Mario berhenti persis di depan butik Inka.
"Nanti sore aku jemput, tunggu aku dan jangan pulang lebih dulu sebelum aku datang! Jangan naik taksi atau ojol lagi! Ucap Mario penuh dengan penekanan.
Mario pria yang sangat possesive dengan pasangannya. Apalagi, setelah pagi tadi. Saat Inka tengah di kamar mandi, seorang pengemudi taksi online menelepon istrinya untuk menawarkan jemputan, tepat di saat Mario yang mengangkatnya. Membuat suasana menjadi panas. Inka sendiri tidak mengerti mengapa si pengemudi taksi online itu menyimpan nomornya. Memang beberapakali Inka mendapati pria itu yang menjadi supir, ketika memesan taksi online, dan di tengah perjalanan, Inka dengan si supir online itu saling berbincang hangat karena hobby mereka yang sama.
"Baiklah." Tubuh Inka sedikit di bungkukkan, sebelum ia membuka pintu mobil.
Mario langsung menarik tangan Inka, sebelum keluar. Ia langusng mel*mat bibir manis istrinya. Inka hanya mengimbangi apa yang Mario lakukan.
"Morning kiss, tadi pagi aku belum melakukannya karena sangat emosi." ucap Mario setelah pangutan itu selesai.
Inka tersenyum tipis dan menjawab, "Iya, kamu hati-hati di jalan." Sebelum keluar Inka mengambil punggung tangan Mario dan menciumnya. Mario selalu menyukai sikap Inka yang penurut dan tak pernah marah. Berbeda sebelum menjadi istrinya, Inka di kenal galak dan mudah marah oleh semua orang.
****
"Miss, di Paris berapa lama? Tanya Sari, ketika mereka berada dalam satu ruangan.
"Dua bulan Sar, kamu tangani dulu semua klien ya! kontak klien udah aku kasih semua di whatsapp. Ameera dan Bianca juga sudah aku kasih kontak para klien." Jawab Inka. Ameera dan Bianca adalah designer baru yang bergabung di butik Inka.
"Mereka masih baru Miss." ucap Sari.
"Saya juga masih baru Sar, di sini kita sama-sama masih belajar. Yang penting kalian kompak satu sama lain. Oke!" Sari hanya mengangguk. Inka memang designer baru, tetapi ia sudah banyak magang di tempat-tempat terkenal, membuat pengalamannya lebih baik di bandingkan Ameera dan Bianca.
"Miss.. Miss.." suara panik Sari saat menunjukkan CCTV di layar pc komputer miliknya yang terhubung pada pintu depan butik Inka.
"Ini bukannya pria itu Miss? yang dulu pernah bawa pizza pas kita masih bekerja di butik Miss Fang." Kata Sari lagi meyakinkan Inka.
Sejenak Inka berpikir, "pria itu? ngapain dia di sini?" gumam Inka agak sedikit keras, membuat telinga Sari mampu mendengarnya.
"Miss kenal?"
"Engga, cuma aku pernah salah faham dengan Mario gara-gara dia."
"Sejak kapan dia berdiri di situ Sar?" Inka bersuara lagi.
"Udah satu jam 20 menit Miss. Kira-kira dia mau apa ya? Pandangannya tepat ke arah jendela ruangan Miss loh." ucap Sari sambil memutar balik Video CCTV itu satu jam sebelumnya.
"Dia mau apa ya? ya sudah Sar, selagi dia ga ngapa-ngapain biarin aja." Inka tidak mau ambil pusing.
"Minta suami Miss aja, buat lebih amanin tempat ini."
"Ga perlu Sar, lagian belum tentu dia mau berbuat jahat kan?"
"Mencegah lebih baik Miss, dari pada mengobati."
"Apa sih kamu Sar, ga jelas." Inka tertawa menanggapi celotehan Sari.
Inka sudah banyak membuat note kepada Ameera dan Bianca, tentang beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan selama ia tak di negeri ini.
Inka menunduk sambil memijat tengkuk lehernya. Rambutnya di gelung keatas. Gaya rambut yang di sukai Mario, ketika Inka sedang memasak.
"Capek?" Tanya Mario seraya memijit bagian kepala Inka.
Inka menengadahkan kepalanya dan berkata, "kamu udah sampe? cepet? lagi ga banyak kerjaan?"
"Dari pada nanti keduluan supir taksi online." Jawab Mario santai, mendudukkan dirinya di bibir meja kerja Inka. Membuat keduanya begitu dekat.
Inka hanya tertawa kecil. Ia tidak menyangka dengan sikap possesive Mario. Inka masih belum mau berpikir, jika Mario cemburu. Ia takut berlebihan. Karena jika Mario cemburu, itu berarti Mario menyukainya? Hah, Inka mengelengkan kepalanya.
"Kenapa? Masih pusing?" Tanya Mario yang meilhat aksi aneh istrinya.
"Sedikit." Jawab inka berbohong.