Tiga tahun yang penuh perjuangan, Cathrine Haryono, seorang gadis desa yang memiliki ambisi besar untuk menjadi seorang Manager Penjualan Perusahaan Top Global dan memimpin puluhan orang dalam timnya menuju kesuksesan, harus menerima kenyataan pahit yang enggan dia terima, bahkan sampai saat ini.
Ketika kesempatan menuju mimpinya di depan mata, tak sabar menanti kehidupan kampus. Hari itu, seorang pria berusia 29 tahun, melakukan sesuatu yang menghancurkan segalanya.
Indra Abraham Nugraha, seorang dokter spesialis penyakit dalam, memaksa gadis berusia 18 tahun itu, menjalani takdir yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.
Pria yang berstatus suaminya sekarang, membuatnya kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri. Catherine tidak menyerah, dia terus berjuang walaupun berkali-kali tumbang.
Indra, seseorang yang juga mengenyam pendidikan psikolog, justru menjadi penyebab, Cathrine menderita gangguan jiwa, PTSD dengan Skizofrenia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ada Rasaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 | Mau Main Keluar
Alih-alih berlarut-larut dalam pikirannya yang sudah seperti benang jahit kusut terurai berantakan, tanpa ujung, Cathrine beranjak ke lemari pakaian, memilih outfit yang akan wanita itu kenakan hari ini.
Enggan berlama-lama kompromi dengan otak yang telah memanas. Bibir manyunnya bergerak dari sudut kanan ke kiri, kedua pipinya pun ikut bergerak, saat tengah memutar otak di depan kumpulan baju, celana dan outer dalam lemarinya.
"Mo pake baju apa, ya ..."
Saat tangannya hendak mengambil sebuah atasan, dia menarik kembali. Tidak sesuai dengan tempat yang akan dia tuju, Cathrine berpikir lagi ... Memilih matang-matang, karena nantinya dia juga akan mengambil foto kemudian memostingnya di beranda IG miliknya, @cathrn.hryn13.
Setelah lima menit menimbang pilihan, akhirnya kini di depan cermin toilet, Cathrine mengenakan kaos lengan panjang berwarna putih dipadukan dengan rok hitam yang terdapat model resleting dari depan perut memanjang sampai ke paha belakang. Pada pergelangan tangan kiri melingkar jam tangan kotak kecil, dia membawa kacamata hitam dalam tas selempang Gino Mariani Benicia berwarna senada dengan roknya.
"Nah, oke nih, sesuai sama tempat dan suasana nanti, penampilan gue hari ini ..."
"Rasanya bebas dan enerjik! Kayak kembali muda!"
Tubuhnya memutar di depan cermin, setelah puas dengan outfit yang akan dia kenakan, untuk menghabiskan waktu sepanjang hari di luar rumah. Catherine kemudian keluar dari ruangan Walk-in-closet miliknya, kemudian berjalan menuju meja rias.
Kini, duduk di depan cermin, Cathrine melakukan step demi step perawatan wajah supaya ganasnya panas mentari tidak menyiksa kulitnya, dia juga mempertegas fitur wajahnya dengan sentuhan riasan agar lebih fresh dan meningkatkan kepercayaan diri, di usianya yang tak lagi belia.
Bibirnya tersenyum, dia lalu berujar, "Ok! Mantap! On Point, seperti gaya gue biasanya!"
Sepasang matanya memicing, keningnya pun ikut berkerut. Di sana, pantulan dirinya, rasanya ada yang kurang ... Ada yang ketinggalan ... Tangannya lalu membuka lemari kaca samping, dia mengambil Kerastase Glos Absolu dan mengaplikasikan ke rambut hitam sepinggangnya, supaya anti kusut dan lebih bervolume.
Selesai. Ting! Pesan balasan dari Sela, ojol perempuan yang dikenalkan kepadanya oleh Mas Dedi, muncul di layar kunci smartphone-nya. Senyum merekah di wajah ayunya, dia pun beranjak keluar rumah untuk menunggu Sela, yang telah janjian di depan rumah nomor A15, dalam komplek perumahan hunian elit kawasan ini.
Mas Dedi yang tengah bersandar pada pagar tembok luar gerbang, tadinya sedang memperhatikan bocah-bocah komplek bersepeda, melirik sambil tersenyum ceria, "Eh, Bu Cathrine ... Pagi menjelang siang, Bu~"
"Rapi amat! Mana semerbak banget wanginya lagi, vibesnya tuh, ya, Bu, berasa kayak saya jadi penonton duduk di kursi lagi ngelihatin model-model catwalk di red carpet! Persis! Bu Cathrine supermodelnya ..."
"Parfum sultan emang beda, ya ... dari yang biasa saya pake, orang saya aja belinya di toko isi ulang parfum pinggir jalan, hahaha ...Ngawur banget saya ngebandinginnya!"
Ting! Ting! Ting! Ting! Ting!
Sela Aprilia:
| Bu Cathrine ... Saya minta maaf bangett Buu, kayaknya Sela bakal telattt ke tempat Ibu, ga sesuai jam yang disepakati
| Soalnya ban motor Sela di tengah jalan tadi ke tusuk paku, Bu, sekarang lagi dorong motor sambil cari bengkel terdekat
| Alhamdulillah, sekarang udahh nemuu bengkelnya Bu, rame banget, kayaknya bakal lama, 15 menitan, tunggu ya Bu
| Semisal Ibu lagi mendesak, bisa di cancel aja punya saya.. Pesen rekan ojol Sela yang lain
| Sekali lagi Sela minta maaf ya buu, terima kasih atas pengertiannya Bu Cathrine ...
Catherine diam sejenak setelah membaca semua notifikasi pesan itu.
Dia lalu menatap Mas Dedi dengan heran dan sedikit tatapan sinis, "Biasa ajalah, Mas Dedi. Berlebihan gitu, deh. Aroma parfum 'kan yang penting, bikin orang yang pake wangi. Mau parfum merk ABCD atau parfum isi ulang pinggir jalan, ya, terus? Apa urusannya coba."
Mas Dedi membenarkan postur tubuhnya sambil cengengesan, tidak menyangka terhadap respon dan reaksi dari istri Pak Bosnya itu. Memiringkan kepala dan menggaruknya walaupun tidak ada ketombenya, suasana menjadi canggung.
"Iya, Bu Cathrine."
"Maafin saya, ya. Terlalu muji berlebihan kayak tadi, bikin Ibu enggak nyaman, yah? Oke deh! Bakal saya kurang-kurangin ... Kedepannya. Setelan pabrik, soalnya Bu, gegara love language saya Words of Affirmation, sih, hehehe ..." ujar Mas Dedi, bibirnya melengkung, terkekeh, sementara sepasang mata seperti bulan sabit.
Pria dengan cukuran cepak itu, menutupi mulut dengan telapak tangan, sekarang mimik wajahnya konyol seperti pembanyol. Melirik ke arahnya.
Agak kikuk, Cathrine membalas, "Em ... Iya, Mas."
Cathrine lalu mengangguk, wajah betenya tidak terlalu menekuk seperti tadi. Entah, mengapa dirinya begitu sensian seperti itu ke Mas Dedi, ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksukaan pun ketara, dia memang bukan ahlinya bermuka dua.
Padahal dulu pekerjaan Cathrine, ialah berkecimpung di bidang penjualan, hari-hari berhadapan dan berinteraksi langsung dengan klien penting perusahaan, atau menjangkau prospek serta memperoleh 'deal' jangka panjang dengan perusahaan buyer potensial. Namun, dia tidak sudi memasang wajah penuh kepura-puraan dan mengatakan kalimat-kalimat manis yang sampah, tipuan.
Kalau produk yang dijualnya, sekiranya kurang memenuhi 'kriteria' maupun 'standarisasi' perusahaan buyer, dia akan mengatakan sejujurnya di hadapan mereka, ketika tengah melakukan penawaran dan negosiasi face-to-face, biasa bertempat di restoran mewah yang tenang atau lounge hotel, sebelum berjabat tangan 'deal' atas kerjasama berkelanjutan.
Bukan tanpa alasan atau membiarkan perusahaan kehilangan prospek. Catherine lebih memikirkan jangka panjang bertahun-tahun kedepannya dan bagaimana reputasi perusahaan tempat ia bekerja nantinya. Bila ternyata nantinya perusahaan 'buyer' kecewa karena jauh dari ekspektasinya semula dan sampai mengubah persepsi mereka terhadap produk yang telah perusahaan HA tawarkan.
Makanya, sebagai Manajer Penjualan perusahaan HA, daripada memburu nafsu sesaat, yang semuanya dilibas tanpa pertimbangan matang, dia selalu memutuskan segala sesuatu dengan penuh perhitungan mantap.
Bayangkan ...
Sudah menggali lobang untuk dirinya sendiri, permasalahan itu pun bakal berbuntut panjang. Ada kemungkin perusahaan 'buyer' tersebut membagikan kekecewaannya ke jaringan bisnis mitra kerja dan relasi perusahaan mereka, tanpa sadar, mouth-to-mouth, dan kemudian berimbas ke penjualan produk dan reputasi perusahaan internasional HA.
Catherine Haryono, si Manager Penjualan yang sampai dijuluki 'Lampir Galak' di perusahaan, tentu lebih memilih kehilangan satu prospek kerjasama, daripada memaksakan kehendak yang bakal membawa buntut kerugian.
Macam-macam jenis manusia telah dia temui dan hadapi selama menjabat, dari seorang owner perusahaan narsistik, buyer asing super kapitalis dan manager penjualan, sama sepertinya, yang tidak masuk akal bahkan culas dan punya seribu wajah. Barangkali, dari pengalaman bertahun-tahun, Cathrine telah menguasai ilmu membaca wajah atau Fisiognomi, yang kemudian membantu dan menolongnya berkali-kali dalam seluk-beluk dunia 'bisnis' ini.
***
Penampilan Cathrine setelah memilih outfit dan merias diri (nantinya dipost pada halaman IG-nya, @cathrn.hryn13)
> Fisiognomi adalah studi tentang karakteristik dan emosi manusia melalui analisis karakteristik fisik seseorang.( Pseudosains, tapi menarik buat didalami)