Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembeli Di Warung Emak
"Mau kemana, Sur?" tanya Emak begitu melihat anaknya keluar dari rumah sambil mengeluarkan motor dari dalam. Bahkan Surya juga terlihat mengenakan jaket, sebagai tanda kalau dia pasti akan pergi.
"Mau ke rumah Mas Rusdi, Mak," jawab Surya sambil menyalakan mesin motor.
"Nggak mandi dulu? Jorok banget," sungut emak sedikit kesal.
"Nanti lah, Mak, cuma sebentar doang, ambil gaji," balas Surya sambil cengengesan. Emak hanya mendengus dan dia kembali fokus pada televisi yang menyala di warung sambil menunggu pembeli.
Ketika Surya baru saja berangkat meninggalkan rumahnya, ada dua sosok yang datang ke warung emak dan duduk di sana. Dengan sigap emak langsung menyambut tamunya yang hendak membeli makanan yang dia jual atau mungkin keperluan lainnya.
Di warung, Emak memang tidak hanya menyediakan makanan saja. Sebagian warungnya, Emak gunakan untuk memajang beberapa kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan sebagainya termasuk rokok juga.
"Bu, beli makananan, tapi makan di sini, bisa kan?" tanya seorang pembeli.
"Bisa banget, Mas," jawab emak dengan wajah berseri. "Masnya mau pesan apa?"
Pembeli yang terdiri dari dua pria itu lantas memperhatikan beberapa hidangan yang tersedia. Tidak terlalu banyak pilihan tapi warung makan milik emak cukup laris diserbu warga sekitar.
"Itu aja deh, bu, sama ini," salah satu pria menunjuk ke arah sop dan balado telor ceplok, sedangkan teman pria yang satunya lagi lebih memilih balado terong, tumis kangkung dan kecambah. Tak lupa, gorengan juga ditambahkan sebagai pelengkap makanan.
Kedua pria itu langsung melahap hidangan yang tersaji, sedangkan emak, sesekali memperhatikan dua pembelinya karena kedua pria itu nampak asing dan baru kali Emak melihat wajahnya.
Tak butuh waktu lama, dua pria itu telah menghabiskan hidangannya. Sekarang mereka duduk sebentar di warung tersebut sambil menikmati rokok sebelum benar-benar pergi.
"Masnya si bukan orang kampung sini apa ya?" Emak yang penasaran dengan uaa orang itu, tanpa basa-basi langsung melempar pertanyaan ketika salah satu dari pria itu membayar makanan yang dimakan.
"Iya, Bu, kami bukan orang sini," jawab pria sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribu.
"Oh, pantas," ucap Emak merasa puas. "Terus datang ke sini, dalam rangka bertemu keluarga apa gimana?"
"Enggak, Bu," jawab pria yang sama. "Kami lagi nyari seseorang."
"Nyari seseorang?" Emak agak kaget." Siapa?"
"Namanya sih nggak tahu, Bu, anak laki-laki," jawabnya. "Kebetulan, barang kita tuh tertuker sama anak itu, jadi kami mencari sampai ke sini."
"Owalah, begitu?" Emak mengangguk paham. "Kalau kalian nggak tahu namanya, bagaimana cara kalian mencarinya?"
"Itu dia masalahnya, Bu," jawab pria yang hari ini mengenakan kaos hitam. "Kami tidak memiliki alamat pastinya. Maka itu kami sangat kesulitan mencari anak itu. Padahal barang milik kami tuh barang yang penting banget."
"Barang penting?" Emak semakin penasaran.
Pria berkaos hitam sontak mengiyakan. "Tapi bukan narkoba loh, Bu. Cuma barang itu pesenan orang dari luar negeri. Jadi kami bela-beain mencari sampai kemari."
"Owalah, ya bagus sih kalau bukan narkoba," Emak pun mempercayainya. "Lah terus, bagaimana cara kalian mencarinya? Apa nggak ada petunjuk sama sekali?"
"Ada foto orangnya kok, Bu, kebetulan, saat barang kita ketuker, kita berada di tempat yang sama dan terekam kamera pengawas," jawab Pria berkaos hitam.
"Oh iya, kali aja ibu kenal dengan orang yang kita cari," seru rekan berkaos hitam tiba-tiba. "Coba tunjukan fotonya."
"Bentar," ujar pria berkaos hitam. "Mungkin saja ibu mengenalinya," pria itu langsung merogoh sku celananya dan mengeluarkan ponsel untuk menunjukan foto sebuah foto orang yang mereka cari.
####
Sementara itu di tempat lain, Surya melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Setelah menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit, kini motor yang dia kendarai telah sampai di depan gerbang rumah seseorang.
Surya pun memasukan motor miliknya ke dalam gerbang lalu dia segera melangkah menuju pintu utama rumah tersebut.
"Mbak Fiza!" teriak Surya.
Ya, Surya mendatangani rumah Fiza, bukan rumah bosnya seperti yang dia katakan ketika tadi pamit kepada emaknya.
Surya terpaksa berbohong karena jika dia jujur hendak pergi ke rumah wanita, sudah dipastikan Surya akan mendapat banyak pertanyaan. Maka itu Surya memilih berbohong dami bisa menghindari serangan pertanyaan dari orang tuanya.
Dengan jelas, Surya mendengar si pemilik rumah menyuruhnya untuk masuk karena pintu rumah tidak dikunci. Surya pun mengiyakan dan dia segera meraih gagang pintu dan membukanya.
Setelah masuk ke dalam, Surya kembali memanggil pemilik rumah. Namun lagi-lagi si pemilik rumah hanya bisa menjawab dengan teriak dan meminta Surya yang datang menghampirinya.
"Loh, Mbak," ujar Surya ketika matanya menangkap sosok si pemilik rumah sedang terbaring di dalam kamar.. Surya pun segera mendekat, menghampiri wanita bernama Fiza. "Mbak Fiza nggak apa-apa?"
Fiza yang dalam posisi berbaring lantas tersenyum. tipis. "Pusing banget, Sur, tiba-tiba kepala sakit banget tadi."
"Ya ampun," ucap Surya nampak khawatir. "Terus kerjanya gimana? Mbak bolos setengah hari?"
Fiza mengiyakan. "Ya gimana lagi, kalau nggak sakit, aku pasti masih di kantor," ucap Fiza. "Duduk sini, Sur, ngapain berdiri sih?"
Surya pun langsung tersenyum dan sebenarnya dia cukup canggung berada dalam satu kamar dengan wanita itu. Mau tidak Mau Surya pun duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan keadaan kamar yang nampak nyaman dan wangi.
"Mbak Fiza sudah minum obat?" tanya Surya basa-bsai.
"Sudah," jawabnya. "aku sengaja telfon kamu karena takutnya nanti aku butuh bantuan. Kamu nggak keberatan kan kalau aku minta tolong?"
"Tentu saja nggak dong, Mbak," jawab Surya enteng. "Selama aku nasih bisa bantu dan ada waktu ya, aku bakalan bantu."
Fiza tersenyum. "Aku pikir, kamu nggak bakalan mau datang lagi ke rumah ini," ucap wanita itu. "Apa lagi setelah kamu tahu aku tertarik sama ketiak kamu, jangankan datang, kirim chat pun enggak."
Seketika Surya tersenyum lebar. "Ya maaf, Mbak, kebetulan dua hari kemarin aku sibuk kerja," jawabnya sedikit berbohong.
"Terus hari ini gimana? Kamu nggak kerja?"
"Kebetulan lagi nggak ada, kerjaan" jawab Surya. "Ini aja tadi aku baru bangun tidur waktu Mbak Fiza telfon."
"Owalah," seru Fiza. "Emang semalam tidur jam berapa? Kok bangunnya siang banget?"
"Tidur sekitar jam tiga pagi," jawab Surya sambil cengengesan.
"Hm..." balas Fiza sambil mencebikan bibirnya. "Tapi, kalau kamu baru bangun tidur, pasti bau ketiak kamu enak banget tuh baunya. Boleh dong, Sur, aku cium baunya."
"Astaga! Mbak kan lagi sakit? ntar malah mual gimana?"
"Nggak bakalan," jawab Fiza tanpa ragu. "Coba aja, sini."
Surya menghembuskan nafasnya secara kasar. Dia pun memilih mengabulkan permintaan wanita itu. Surya berbaring di sisi Fiza dan begitu dia memamerkan ketiaknya, Fiza dengan ganas langsung menyerangnya.