"Tapi Kek, aku tak mengenalnya. Dan dia pria kota, mana cocok denganku yang hanya seorang gadis desa."
"Kamu hanya belum mengenalnya, dia anak yang baik. Jika Kakek tiada, kamu tak sendiri di dunia ini. Jadi Kakek mohon, kamu harus mau di jodohkan dengannya."
Aruna hanya diam, dia tak bisa membantah permintaan sang Kakek. Sedari kecil dia dirawat oleh Kakek Neneknya, karena orang tuanya mengalami kecelakaan dan tewas ketika dia berusia 5 tahun. Sejak saat itu hidup didesa, dan membantu Kakek Neneknya bertani diladang adalah kehidupan bagi Aruna.
Tapi ksetelah kepergian Nenek satu bulan lalu, jujur membuatnya kesepian walaupun ada Kakek juga asisten rumah tangga yang sedari dulu sudah bekerja di tempat sang Kakek.
Waktu pernikahan tiba, dua orang asing menikah tanpa ada rasanya cinta dihati mereka. Pria itu anehnya juga tak menolak perintah dari Kakeknya, setuju dan menjalani perjodohan yang sangat mendadak.
"Kita sudah menikah, tapi ada batasan antara aku dan kamu. Dan akan aku je
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SecretThv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan Yang Tak Disengaja
Kedua insan saling tatap, sedangkan tangan Aruna yang satunya mencengkram erat kemeja Sagara bagian kerah. Posisinya kini Aruna di pangkuan Sagara, posisi yang benar-benar tidak pernah dia bayangkan juga dia tafsir selama ini.
Sagara sendiri tangannya dengan sigap ada dipinggul Aruna, entah sadar atau tidak dia terus menatap dalam Aruna.
"Paman, posisinya sangat tidak nyaman untukku." Senyum Aruna dengan polosnya.
"Ulangi lagi! Jika kamu ulangi, akan aku jatuhkan." Mengancam Aruna.
"Silahkan, lecet sedikit Kakek akan marah padamu Paman."
'Sial! Dia selalu saja mengancam.' batin Sagara, lagi-lagi kalah talak.
Sepertinya baru kali ini Sagara selalu kalah talak, apalagi dengan gadis usia 18 tahun, ini sangat memalukan jika orang-orang tau. Aruna adalah gadis yang sulit ditebak, dia dingin, kadang ceria, masih banyak hal yang tak Sagara ketahui tentangnya.
Padahal dia sudah banyak mencari tau, tapi semua seperti disembunyikan tentangnya. Bahkan dia sendiri tak berani bertanya pada sang Kakek, Haru asistennya juga tidak dapat informasi yang sangat penting tentang Aruna.
'Siapa dia sebenarnya? Kenapa gadis ini memberikan diriku sebuah misteri,' batin Sagara, banyak pertanyaan yang ada didalam hatinya.
Sagara memberanikan diri melepas Aruna, tangannya perlahan melepaskan pegangan pada tubuh Aruna dan membiarkan gadis itu jatuh. Tapi seribu sayang, lagi-lagi dia dibuat gagal oleh rencananya sendiri.
Posisi Aruna di bawah tubuh Sagara, mata mereka saling bertemu, dan bibir mereka saling sentuh. Mata Aruna melebar, tangannya tetap erat memegang kerah kemeja Sagara, seolah menunjukkan rasa kesalnya pada situasi yang terjadi saat ini.
Tamparan mendarat di wajah Sagara, dan Aruna mendorong wajah pria itu agar lekas sadar. Hal tersebut membuat Sagara langsung bangun, dan membantu Aruna bangkit. Telinga Sagara memerah, dia sangat malu namun tak bisa di pungkiri kecupan tak sengaja itu membuat darahnya berdesir.
"Menyebalkan! Paman mengambil kesucian bibirku!" Marah menatap ke arah Sagara.
"I-itu tidak sengaja, itu kecelakaan. Kamu menarik ku, lalu menamparku." Membela tak terima dengan apa yang Aruna tuduhkan.
Aruna tak menjawab, dia pergi dengan perasaan kecewa juga amarah. Baginya kecupan pertama adalah untuk pasangannya nanti, tapi yang dia jaga sudah Sagara ambil.
"He-hey, tu-tunggu. Jangan marah dulu, kita bisa bicara baik-baik." Menahan Aruna, tapi percuma gadis itu tak bergeming.
Aruna segera masuk kamar, dia menuju ke toilet dan mencuci bibirnya. Lalu mulai menangis, mungkin bagi gadis lain ini hal sepele atau lumrah tapi tidak dengan Aruna. Apa yang ditubuhnya adalah berharga, dan akan dia berikan pada suaminya kelak.
"Dia merenggut bibir ini, bagaimana aku tak marah karena aku sudah menjaganya untuk pasanganku kelak."
"Ta-tapi dia ...."
.....***......
Dikamar Sagara masih memegang bibirnya, dia tak percaya kejadian yang terjadi barusan bersama dengan Aruna. Kejadian itu seperti sebuah kecelakaan yang tiba-tiba, jadi mana bisa dia menghindarinya.
"Apa aku melanggar hukum? Apa aku berbuat mesum dengan gadis cilik itu?"
"Dia bilang aku menodainya, astaga! Aku bukan pria seperti itu yang nafsu dengan gadis cilik, tapi kenapa perasaan hangat dan bergelora hadir saat tadi. Bahkan perasaan itu tak pernah aku rasakan saat bersama Elen, ada apa aku ini." Menatap wajahnya di cermin dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
Suasana rumah menjadi hening, masing-masing sibuk dengan pikiran juga perasaanya sendiri. Sagara tidak merasa bersalah, karena itu adalah sebuah kecelakaan. Padahal dirinya hanya ingin menguji Aruna, tapi dirinyalah yang di uji oleh gadis cilik itu.
Pikiran Sagara melayang, membayangkan jika dia benar-benar jatuh cinta pada gadis itu. Sungguh sangat lucu, apa tidak heboh nantinya terutama sahabatnya. Salah satu sahabatnya sudah jatuh hati dulu dengan Aruna, dan jika tau hubungan mereka pasti bisa merusak semua hubungan yang ada.
"Jangan sampai aku yang melanggar perjanjiannya, sial! Aku harus mengendalikannya sebelum terlanjur, ini masih samar. Jadi aku harus bisa mengontrol diriku, Elen akan membenciku jika aku jadi pria tidak setia."
"Aku juga sedang berjuang mendapatkan restu dari keluarga untuknya, tapi aku juga tidak bisa memberikan kepastian pada Elen. Maafkan aku, aku sungguh pria yang tidak bisa memperjuangkan haknya."
Sagara terduduk, dia bingung dengan pikiran juga hatinya. Menikah karena terpaksa dan di paksa, tentu berat karena dia sendiri memiliki pujaan hati. Dia sudah merangkai jauh seperti apa hubungan masa depannya, tapi sayangnya semua itu hanya harapan yang masih samar hingga kini.
Sagara tak bisa memejamkan matanya, dia pergi keruang kerjanya untuk mencari sesuatu. Dia terus mencari tentang keluarga Aruna, terutama orang tuanya yang meninggal mengalami kecelakaan.
Semuanya seperti misteri, dia tak bisa menemukan apapun tentang orang tua Aruna.
"Kenapa sulit sekali menggali informasi tentang mereka, siapa sebenarnya mereka."
......****.......
Di desa Tuan Abimana sedang ada diruang kerjanya, walaupun beliau sudah tidak lagi bekerja di perusahaannya tetapi tetap memantau bagaimana perkembangan perusahaan miliknya.
"Bagaimana perkembangannya?"
"Sepertinya mereka masih belum bisa menerima satu sama lain Tuan, mereka pisah kamar walaupun tinggal satu atap." Jelas Juno.
"Sudah aku duga, ini hanya siasat Sagara saja. Mau menikahi gadis itu demi harta, bagaimana jika kita memakai rencana lainnya. Menurutmu bagaimana Juno?" Menatap ke arah asistennya.
"Rencana yang itu Tuan? Apa tidak keterlaluan?" Juno merasa ragu, karena rencana ini akan melibatkan banyak orang.
"Mau bagaimana lagi, tapi kita tahan dulu. Aku ingin melihat secara langsung saat disana, aku akan menginap satu minggu dan melihat situasinya."
"Baik Tuan. Tapi saat ini Tuan muda sedang mencari informasi tentang orang tua Aruna, dia sangat ingin mengetahui mereka."
"Bukankah kamu sudah mengunci semua informasi tentang mereka? Tapi jika dia pun tau tak apa, bukankah dia harusnya bersyukur masih diberikan kesempatan hidup dari orang tua Aruna. Bahkan aku sendiri masih terbayang-bayang situasi saat itu." Menyilangkan tangannya, dan tatapan beliau ke arah foto seseorang.
Situasi saat itu benar-benar diluar kendali, remaja berusia 17 tahun mengalami kecelakaan tabrak lari. Sedangkan dirumah sakit yang sama orang tua Aruna juga mengalami insiden yang sama, yang membedakan adalah tempat kejadian juga peristiwa kecelakaannya.
Remaja itu membutuhkan donor beberapa organ, dan bertepatan dengan kritisnya orang tua Aruna. Ayah Aruna melihat remaja itu memiliki harapan hidup tinggi, walaupun setengah sadar dia meminta Tuan Abimana dimana beliau adalah bos beliau. Karena orang tua Aruna bekerja di perusahaan milik Tuan Abimana, dan menjadi orang kepercayaan beliau.
Ayah Aruna meminta ijin jika dia akan mendonorkan organ miliknya pada remaja itu, karena dia tak memiliki harapan hidup lagi. Istrinya telah meninggal lebih dulu beberapa menit yang lalu, sedangkan dia kritis namun masih bisa bicara.
Akhirnya berakhir remaja itu bisa mendapatkan donor organ dari Ayah Aruna yang terbilang sehat secara keseluruhan, beliau meninggal lebih dulu sebelum organnya di donorkan. Bukan hanya Ayah Aruna, tapi Ibu Aruna juga sudah menandatangani surat pendonoran organ saat masih hidup. Dan inilah pengorbanan yang masih di ingat oleh Tuan Abimana, dia berhutang nyawa pada orang tua Aruna.