NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerdik dan Mengerikan

Salsa Liani tersentak dari lamunannya saat sepasang mata almond menatapnya geli. Petra Winata memiringkan kepala, senyum jahil terukir di bibirnya.

"Nona, ngapain liatin saya terus? Muka saya ada yang aneh?"

Salsa gelagapan. "Eh? Enggak. Maaf, saya melamun."

Petra terkekeh, jari lentiknya memainkan kancing manset. "Baru kali ini ada cewek ngobrol sama saya tapi pikirannya melayang."

Tania, yang berdiri tak jauh dari situ bersama Lina, berbisik nyinyir, "Dasar kampungan. Liat cowok bening dikit langsung error..."

Telinga Petra menangkap itu. Ia menyipitkan mata, lalu sengaja mencondongkan tubuh ke arah Salsa. Jarak mereka menipis. Dengan gaya gentleman, ia membetulkan letak kalung mutiara Salsa.

"Jadi... Kamu naksir muka saya?" bisiknya rendah. "Nanti di dalem boleh dipandang sepuasnya kok."

Ia menegakkan tubuh, mengedip genit. "Duluan ya, Putri Duyung Kecil."

Pria itu berbalik, meninggalkan aroma citrus maskulin yang membuai. Salsa menatap punggung tegap itu dengan wajah datar.

Dasar buaya, batinnya. Udah mau mati diracun, masih aja tebar pesona.

Sebuah buggy car VIP berhenti di depan Salsa. Anna, sang asisten, turun dengan hormat. "Nona Salsa, silakan naik. Kita ganti sepatu di mobil saja."

Mata Lina dan Tania nyaris keluar melihat perlakuan istimewa itu. "Salsa?! Gaun desainer itu dapet dari mana?!" teriak Lina tak santai.

Salsa tak menggubris. Ia sibuk mengetik pesan di ponselnya saat mobil melaju.

"Komandan Rakha, saya di Balairung Segara Kencana, acara ultah Ibu Berlina. Saya dapat penglihatan: Petra Winata, pewaris Grup Winata, bakal mati keracunan sianida saat bersulang."

Balasan Rakha masuk kilat.

"Diterima. Pasukan meluncur. Waspadai bau almond pahit. Sianida bereaksi dengan asam sampanye, bisa fatal."

Balairung Segara Kencana benar-benar seperti akuarium raksasa. Hiu dan pari berenang di balik dinding kaca, menjadi latar pesta super mewah kaum elit Jakarta.

"Ya ampun, Malaikat Penolongku dateng!" Ibu Berlina langsung heboh, menarik tangan Salsa ke tengah geng sosialitanya. "Jeng, ini lho Salsa yang nyelamatin cucuku. Bawa hoki banget anaknya!"

Geng nenek-nenek sultan itu langsung memuji Salsa habis-habisan, membuat Salsa cuma bisa senyum kaku.

"Oma, katanya ada tamu penting?" Petra muncul dengan langkah santai, tapi langkahnya terhenti saat melihat Salsa dikerubungi para lansia.

Ia menyeringai. "Wah, pesona saya emang bahaya. Kita ketemu lagi."

"Oalah, kalian udah kenal?" Oma Prita, neneknya Petra, girang bukan main. "Yaudah, Petra, kamu ajak Salsa keliling. Pepet terus biar ketularan hokinya!"

"Siap, Oma."

Petra dan Salsa berjalan bersisian di depan dinding kaca.

"Jujur aja, kamu naksir gaun rancangan saya atau orangnya?" tanya Petra narsis.

"Naksir situ, Mas," jawab Salsa asal sambil memutar bola mata. "Btw, tolong jangan jauh-jauh dari saya. Saya... ngeri liat hiu."

Padahal salsa ngeri karena berasa liat malaikat maut yang lagi ngintai di sebelahnya si Petra.

Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri, membawa nampan berisi sarung tangan satin dan kotak kecil. "Titipan Pak Lingga untuk Nona Salsa."

Petra mengernyit. "Lingga Yudha? Kamu kenal dia?"

"Temen," jawab Salsa singkat sambil memakai sarung tangan itu. Ponselnya bergetar. Pesan Rakha: Isi kotak itu reagen pendeteksi racun. Semprot kalau curiga.

Salsa membuka kotak itu. Isinya botol parfum kristal. Canggih.

Saat makan malam dimulai, Salsa duduk tepat di sebelah Petra. Ia mengawasi setiap gerak-gerik pelayan seperti elang mengincar mangsa.

Seorang pelayan menyajikan steak untuk Petra. Tiba-tiba, dua anak kecil berlarian dan menabrak si pelayan.

PRANG!

Garpu Petra jatuh.

"Maaf Tuan! Saya ganti yang baru!" Pelayan itu panik, lalu dengan cekatan mengambil garpu baru dari saku apronnya dan meletakkannya di meja Petra.

Jantung Salsa berdegup kencang. Adegan ini... persis di penglihatan gue!

Saat Petra hendak memotong daging, Salsa menyambar tangannya.

"Eits! Tunggu!"

Petra kaget. "Kenapa lagi sih? Laper nih."

Salsa mengeluarkan botol 'parfum' itu, lalu menyemprotkannya ke steak, piring, dan pisau Petra.

"Kamu ngapain nyemprot parfum ke makanan?!" Petra mulai emosi. "Gila ya?"

Salsa menatapnya tajam, mode seriusnya langsung aktif. Ia mencengkeram lengan Petra kuat-kuat. "Dengerin gue. Ada yang mau ngeracun lo pake sianida."

Wajah Petra pucat seketika. "Hah...?"

"Diem. Jangan sentuh apa-apa," bisik Salsa.

Ia mengamati makanan. Tidak ada perubahan warna. Bukan di makanan?

Mata Salsa beralih ke garpu "baru" itu. Matanya menyipit. Di sela-sela gigi garpu, ada kilatan aneh yang tersamar bayangan logam.

Ia menyemprotkan reagen ke garpu itu.

Detik berikutnya, bercak oranye kemerahan muncul di sela gigi garpu.

Ketemu.

Rasa dingin merambat di punggung Salsa.

Cara meracuninya sungguh cerdik dan mengerikan! Racun sianida padat yang berbentuk seperti bubuk gula dioleskan di sela-sela gigi garpu.

Jika dioleskan di permukaan, akan terlihat seperti noda kotor. Tapi di sela-sela gigi garpu, noda itu tersamar oleh bayangan dan pantulan logam.

Kecuali seseorang memeriksa setiap celah dengan obsesif seperti Salsa, orang biasa takkan sadar.

Saat garpu menusuk daging steak yang panas dan juicy, cairan daging akan melarutkan sianida itu diam-diam.

Korban yang memakannya hanya akan merasakan lezatnya daging, rasa juicy-nya akan menutupi bau almond pahit sianida. Tanpa sadar, maut sudah masuk ke tenggorokan...

Benar-benar teknik tingkat tinggi!

Melihat Salsa menatap garpu itu dengan intens, Petra sepertinya paham bahwa masalahnya ada di benda itu.

Ia berbisik dengan suara gemetar, "Sekarang kita lapor polisi?" Petra tak habis pikir, dosa apa yang ia perbuat sampai ada orang yang berniat membunuhnya sekeji ini.

"Barang buktinya sudah ketemu, jangan bikin panik dulu."

Salsa melayangkan pandangan santai ke sekeliling aula. Rakha baru saja mengirim pesan bahwa polisi sudah mengepung dan mengamankan seluruh area kelab secara rahasia. Tamu di dalam belum ada yang tahu.

"Itu... racun?" suara Petra gemetar. Nyalinya ciut seketika.

Salsa mengangguk kaku. Ia mengirim pesan ke Rakha. Tak lama, seorang pelayan bermasker datang mengambil piring dan garpu itu.

Salsa mendongak, bertatapan dengan mata tajam di balik masker itu. Rakha.

"Maaf Tuan, saya ganti piringnya." Rakha membawa barang bukti itu pergi dengan cepat.

Salsa menghela napas lega, tapi belum tuntas. Sesi bersulang dimulai.

Pelayan-pelayan berkeliling membawa nampan penuh gelas sampanye. Salah satunya berjalan menuju meja mereka.

Salsa ingat peringatan Rakha: Sianida + Sampanye \= Gas Maut.

Tanpa babibu, Salsa berdiri, pura-pura hendak mengambil gelas, lalu... BRUK!

Ia sengaja menabrakkan tubuhnya ke nampan pelayan itu.

PRANG!!!

Puluhan gelas kristal pecah berantakan. Cairan emas tumpah ke lantai. Aula hening mencekam.

Petra melongo. Totalitas banget cewek ini!

"Ya ampun! Maaf, maaf banget saya kesandung!" seru Salsa dengan wajah memelas.

Tiba-tiba, Lina muncul entah dari mana, memasang wajah prihatin yang palsu banget. "Aduh, maaf ya semuanya. Teman saya Salsa ini emang agak kikuk kalau di tempat mewah, maklum baru pertama kali."

Lina menoleh ke Ibu Berlina. "Bu, jangan dimarahin ya, dia nggak sengaja kok."

Dalam hati Lina bersorak: Rasain lo, bikin malu di depan Nyonya Besar!

Ibu Berlina justru tertawa renyah. "Halah, gelas pecah doang. Kalau Salsa yang ngelakuin jadi tanda keberuntungan itu!"

Senyum Lina membeku.

"Lagian, Salsa ini mecahin guci antik saya pun saya ikhlas," lanjut Ibu Berlina santai. Ia membetulkan kacamatanya, menatap Lina. "Kamu siapa ya?"

JLEB.

Muka Lina merah padam. Malunya sampai ke tulang sumsum.

Kakek Lina, Pak Lukman, buru-buru maju menyelamatkan muka. "Saya Lukman, Bu. Pelukis yang waktu itu."

"Oh iya. Nih, liat lukisan Koi bikinan Salsa. Bagus kan?" Ibu Berlina memamerkan kado dari Salsa.

Pak Lukman, demi menjilat, langsung memuji setinggi langit. "Luar biasa! Goresannya hidup! Ini bakat alami! Pelukis tua kayak saya kalah telak!"

Salsa menahan tawa melihat muka Lina yang sudah seperti kepiting rebus mendengar kakeknya sendiri memuji musuh bebuyutannya.

Namun, drama belum selesai.

Pintu aula didobrak terbuka.

"POLISI! SEMUA TETAP DI TEMPAT!"

Suara bariton yang berat menggema. Komandan Rakha Wisesa melangkah masuk dengan seragam lengkap, auranya dingin dan mengintimidasi. Di belakangnya, puluhan personel menyebar menutup akses keluar.

Tamu-tamu panik.

"Ada laporan percobaan pembunuhan dengan racun di ruangan ini," umum Rakha datar. Matanya menyapu ruangan, lalu memberi kode pada Salsa.

Salsa mendekat. "Pelayan yang nuker garpu tadi nggak ada di sini," bisiknya sambil menyerahkan sketsa wajah yang baru ia buat di atas kertas tisu. "Tapi dia punya tahi lalat di leher belakang, persis di sini."

Rakha mengangguk. "Tutup semua akses keluar gedung!"

Berkat sketsa Salsa dan ciri fisik yang spesifik, tim Rakha bergerak cepat. Lima belas menit kemudian, HT Rakha berbunyi.

"Dapat. Di Hall Karang."

Dua polisi menyeret seorang pria berjas rapi masuk ke aula. Ayah Lina, Pak Luhut, langsung syok berat.

"Loh? Pak Zul?!" teriak Pak Luhut. "Pak Polisi, ini klien VIP saya! Jangan salah tangkap!"

Rakha menatap Pak Luhut dingin, lalu menunjukkan video rekaman CCTV yang di-zoom di ponselnya.

"Klien VIP Anda tertangkap basah menyamar jadi pelayan, menukar garpu Tuan Petra dengan yang beracun."

Rakha beralih ke "Pak Zul" yang wajahnya sudah pucat pasi. "Kenapa, Tuan? Ada dendam apa sampai mau membunuh pewaris tunggal Grup Winata di pesta ulang tahun?"

Pernyataan itu membuat gempar seluruh ruangan.

Targetnya adalah Petra Winata, pewaris tunggal Grup Winata!

Pak Wira Winata serasa disambar petir. Ia mencengkeram lengan anaknya. "Ada yang mau bunuh kamu, Petra?!"

Oma Prita nyaris pingsan mendengarnya.

Lina dan keluarganya lemas, karir dan reputasi mereka hancur seketika karena membawa pembunuh masuk ke pesta elit itu.

Di tengah kekacauan, Petra menatap Salsa yang berdiri tenang di samping polisi. Gadis aneh yang menyelamatkan nyawanya.

"Gila..." gumam Petra, jantungnya masih berpacu. "Cewek mungil ini beneran bawa 'Hoki' buat gue."

1
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
Melody Aurelia
keren loh 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!