NovelToon NovelToon
HUNTER OF HALLA

HUNTER OF HALLA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Romantis / Fantasi / Chicklit / Mata Batin
Popularitas:287
Nilai: 5
Nama Author: Linda Sari W.

Kim Sena, gadis manis berambut pendek yang kini duduk di tahun kedua SMA, tampak seperti remaja biasa. Namun di balik senyum lembutnya, ia menyembunyikan rahasia besar — dirinya adalah seorang Hunter, pemburu makhluk halus dengan peringkat atas kelima.

Mengikuti jejak sang ibu yang legendaris dan menduduki peringkat kedua, Sena bertekad melampauinya. Ia ingin menjadi Hunter terkuat, mencapai peringkat pertama yang selama ini hanya jadi impian.

Tapi jalan menuju puncak kekuatan bukanlah perjalanan mudah. Di balik setiap langkahnya, bahaya, rintangan, dan rahasia gelap dunia bawah menantinya.

Dalam perjalanan itu, Sena bertemu seekor kucing hitam di tengah hutan. tapi siapa yang akan mengira bahwa kucing itu adalah seorang dewa rubah penjaga Gunung Halla yang terkenal

Bersama dengan kucing hitamnya, perjalanan Sena menuju takdirnya pun dimulai!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Sari W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 ISTIRAHAT TOTAL

Waktu berlalu dengan cepat, hari pun telah berganti menjadi pagi.

Hari ini mentari yang hangat tak menyapa seperti biasanya, hujan deras sedang mengguyur desa Seongeup dimana Sena tinggal saat ini.

TAK...TAK..TAK..

Terdengar suara langkah dan cipratan air seperti diinjak seseorang.

TOK...TOK...TOK..

Pintu diketuk dan terdengar suara seseorang, memanggil dari luar pintu rumah Sena.

"Sensen! Cepat buka pintunya!" Teriak Yerin yang mengetuk sambil membawa barang dan sebuah payung yang ia pegang.

"Waah, ternyata rumah Sena terlihat sangat tradisional dari luar! Kenapa aku baru menyadarinya?" Gumam Yerin didepan rumah Sena.

Hampir keseluruhan rumah Sena terbuat dari kayu dan memiliki dua lantai.

Sensen samar samar mendengar suara yang memanggil namanya, ia lalu mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut Sena dan berjalan turun menuju pintu masuk.

Sensen mengedipkan matanya beberapa kali karena masih mengantuk.

KRIEEET.

Pintu dibuka dan udara yang sangat dingin langsung menyapa tubuh sensen.

Bulu lembut sensen bergidik karena hawa dingin itu.

"Sensen! Kenapa lama sekali membukanya?! Aku hampir mati kedinginan diluar!" Oceh Yerin yang langsung masuk dan menabrak sensen didepannya hingga terguling.

"Awww! Hey! Apa kau tidak melihat tubuhku yang sangat besar ini?!" Jerit sensen dengan kesal karena ditabrak.

"Salah sensen sendiri! Kenapa masih ada didepan pintu itu? Seharusnya saat membuka pintunya, sensen langsung minggir saja dari jalanku." Balas Yerin yang meletakan makanan yang sudah matang didapur.

"Itu......! Benar juga." Gumam sensen seraya mengusap dagunya dan berfikir.

Yerin mengeluarkan bubur bayam dan sebungkus dendeng, lalu memanaskannya disebuah mesin pemanas makanan.

"Kau sedang membuat apa?" Tanya sensen seraya naik ke meja disamping Yerin.

"Aku memanaskan bubur dan dendeng yang kubeli di minimarket sekitar sini, kau suka dendeng kan? Aku dengar semua kucing suka dengan dendeng." Jawab Yerin seraya mengatur waktu di pemanas makanan itu.

"Jangan samakan aku dengan kucing kucing kampung yang ada disekitar sini, ingat aku adalah dewa! Aku tidak biasa dengan makanan seperti itu." Balas dengan sombong sensen.

"Kalau begitu kau pasti akan suka, karena kau mengambil wujud kucing kampung yang banyak aku temukan disekitar sini."

"Sensen, bisa tolong menjaga ini sebentar? Aku ingin mengeringkan bajuku dulu." Tunjuk Yerin ke pemanas makanan tersebut.

"Tentu saja! Kau pikir aku siapa? Pergilah biar aku yang menjaganya." Usir sensen pada Yerin.

"Baiklah, aku akan segera kembali."

Yerin pun masuk ke kamar mandi dan melepas seragam sekolahnya, lalu memasukkannya kedalam pengering dimesin cuci.

Sambil menunggu bajunya kering, Yerin melihat lihat luar jendela yang ada dikamar mandi tersebut.

"Wah....hujannya benar benar deras, apa aku bisa sampai ke sekolah nanti ya?" Gumamnya seraya melihat awan mendung.

Bulu kuduk Yerin pun tiba tiba berdiri karena udara yang dingin.

"Dingin sekali! Ini aneh kenapa rumah ini tidak ada rasa hangatnya sama sekali? Apa Sena tidak kedinginan?" Ucap Yerin seraya duduk meringkuk menahan dingin yang terasa.

Ia memakai piyama mandi milik Sena dan keluar dari kamar mandi untuk mengecek kondisi Sena karena dia merasa khawatir.

Ia kemudian naik ke lantai atas dan membuka pintu kamar Sena, lalu lagi lagi hawa dingin menerpa tubuh Yerin. Ini lebih dingin daripada saat dikamar mandi.

"Oh ya ampun! Bagaimana bisa dia tidur dalam dingin seperti ini? Dia jadi mirip seekor beruang yang sedang berhibernasi dimusim dingin." Gumam Yerin memeluk tubuhnya yang kedinginan.

Kemudian ia pun mencari selimut tambahan untuk Sena agar tetap hangat, Yerin membuka setiap lemari Sena dan menemukan beberapa selimut.

Yerin lalu menyelimuti Sena dengan dua selimut tambahan, ia menyentuh dahi dan tubuhnya.

"Tubuhnya dingin tapi, nafasnya hangat sekali." Bisik Yerin dengan menempelkan jarinya didekat hidung Sena untuk merasa nafasnya.

Yerin melihat lihat isi kamar Sena yang tak terlalu besar dan menemukan, sebuah mesin penghangat ruangan tepat disudut kamarnya.

"Kenapa ini tidak dipakai? Apa ini rusak? Jika ini dinyalakan pasti ruangan ini akan hangat dan tidak dingin lagi." Yerin memeriksa mesin penghangat ruangan itu.

KLEK

yerin menyalakan penghangat ruangan itu, ternyata mesin itu tidak rusak.

"Nah dengan begini kan dia tidak akan kedinginan." Yerin kembali ke kamar mandi untuk berganti baju, setelah selesai dia pergi ke dapur.

Sesampainya didapur Yerin melihat, sensen sudah mengeluarkan makanan makanan itu dari dalam pemanas.

"Waah~ ternyata sensen memang bisa melakukan apa saja ya?" Puji yerin pada sensen.

"Hmm! Tentu saja! Jangan remehkan seorang dewa sepertiku!" Balas sensen dengan sombong.

"Buburnya akan aku tambahkan sedikit air jadi, akan lebih muda untuk sena menelannya nanti." Yerin meletakan bubur itu ke dalam sebuah mangkuk, dan menambahkan sedikit air agar tekstur lebih encer dan memudahkan sena untuk menelannya.

Dendengnya pun Yerin letakan disebuah piring dan membawanya, ke kamar Sena.

Yerin menyuapi bubur itu ke mulut sena dan Sena bisa menelannya dengan mudah seperti menelan air.

"Untunglah dia mau menelannya, aku khawatir kalau dia tidak suka karena aku membelinya di minimarket jadi aku tidak tau rasanya seperti apa"

"Kalau dendengnya enak tidak?" Yerin menoleh ke sensen dan terkejut melihat piring yang berisi sepuluh ekor ikan yang didendeng itu telah habis tak bersisa.

"Waah, sensen kau benar benar menghabiskan semuanya ya?" Yerin tercengang melihat perut sensen yang dapat menampung ikan ikan itu.

"Itcu tydak terlalu enyak, tapi syang jika tydak dihabiskan.." ucap sensen dengan mengunyah ikan itu dimulutnya.

"Itu sebenarnya enak, tapi sensen tidak mengakuinya! Aku jadi kasihan pada semua ikan yang sensen makan itu." Hela Yerin sambil menyuapi bubur pada Sena.

"GROOOO! Ah, aku kenyang sekali." Sensen bersendawa dengan keras.

"Aah!, sensen! Kau jorok sekali!" Bentak Yerin seraya menutup hidungnya.

"Mau bagaiman lagi? Aku sangat kenyang saat ini." Sensen lalu menjatuhkan dirinya dilantai setelah menghabiskan sepuluh ekor ikan, perutnya terlihat membesar.

Setelah selesai menyuapi Sena dengan bubur dan memberinya minum, Yerin masih harus memberinya obat.

"Sensen kau harus ganti perbannya, jangan bermalas malasan seperti itu!" Ucap Yerin seraya mengambil obat dilemari yang telah sensen siapkan sebelumnya.

"Hoam.....kau saja yang menggantinya, aku sangat kenyang hingga tak bisa bergerak Nyaa~" balas sensen dengan nada bicara manja seraya menguap.

"Jika kau tidak membantu maka jangan menghalangi jalanku!" Yerin menggeser tubuh sensen dengan kakinya hingga meluncur.

Karena lantai yang licin sensen terus meluncur hingga menuruni tangga

"OI! OI! OI!" teriak sensen yang berusaha untuk bangun tapi karena perutnya besar dan mengganjal, sensen jadi tidak bisa bangun dan terus meluncur.

BRAK!

Sensen berakhir didepan televisi, kepalanya menabrak bawah televisi dengan keras.

"Meong! Awww! Kau beruntung saat ini aku sedang tak bisa bergerak,dasar bocah!" Teriak sensen dari ruang tamu, sambil memegang kepalanya yang benjol karena menabrak.

Sementara itu Yerin meminumkan obat dan mengganti perban Sena dengan hati hati.

"Bengkaknya belum hilang juga." Gumam Yerin melihat luka Sena.

Ia mengoles obat yang ditumbuk sensen dan menempelkannya lalu membalutnya dengan perban.

Setelah semua selesai, Yerin bersiap untuk pergi ke sekolah meskipun hujan masih turun dengan deras.

"Kalau begitu aku pergi dulu, sore ini aku tidak bisa mampir jadi aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian dan tinggal dihangatkan saja. Sensen tau kan caranya." Ucap Yerin seraya memasang kedua sepatunya.

"Tentu saja, aku sudah terbiasa dengan mesin itu." Balas sensen dengan posisi tubuh terlentang menatap Yerin.

"Oi bocah camilan, ini ambilah." Sensen memberikan selembar daun yang dia ambil dari dalam bulunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!