Dendam dua jiwa.
Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.
Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.
Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. Menghajar Lima Siswa Pembully
Annabella melangkah ringan namun sedikit cepat menuju kelasnya. Dia sudah berada di lantai dua kini. Butuh melintasi koridor panjang dan melewati beberapa kelas untuk sampai di kelasnya, Kelas IPA 12 B.
Entah berada di mana Rangga maupun Reinald dan geng mereka saat ini, dia tidak perduli. Lagi pula dia beda ruangan dengan mereka, meski sama-sama kelas 12.
Entah berada di mana Nikita saat ini, Annabella lebih tidak perduli lagi. Dia sudah muak memikirkan ular betina bermuka dua itu.
Nikita beserta dua sahabatnya, Vanka dan Stella masih kelas 11, tepatnya Kelas IPS 11 A. Dan kelas mereka berada di lantai dasar.
Annabella sudah memperkirakan jika Nikita akan melapor ke rumah tentang perbuatan dia yang menyiram wajah gadis itu dengan air jus. Tentu saja disertai dengan bumbu-bumbu yang membuat laporannya itu semakin gurih.
Tentu saja seluruh keluarga Winata akan membela Nikita, sang nona tersayang, dan menumpahkan kemurkaan kepada Annabella demi membela anak kesayangan mereka.
Tapi dia --baik jiwa Annabella maupun jiwa Fiorella-- tidak perduli dan tidak mau memikirkan lebih serius. Dia dapat mengatasi dengan mudah jika hal itu terjadi.
Sementara beberapa belasan meter di depan sana, di tentangan koridor samping kelasnya, terjadi pembullyan terhadap seorang siswi yang diitari oleh lima siswa brengsek yang tertawa-tawa penuh kegirangan.
Lima siswa pembully itu menggilirkan sebuah dompet merah jambu bermotif bunga-bunga yang diangkat di atas kepala mereka sambil teeus tertawa-tawa kegirangan. Sedangkan cewek lemah itu berusaha merebut dompetnya itu dengan bermodalkan ketidak berdayaannya.
"Kembalikan dompetku!" pinta cewek itu dengan suara lemah yang begitu memelas. Suaranya yang ketakutan hampir tenggelam di dalam tawa kelima siswa brengsek itu.
Sepasang matanya sudah berkaca-kaca karena hampir menangis. Ketakutan dan kengerian sudah membungkus tubuhnya yang lemah dan tidak berdaya di tangan ke lima siswa brengsek yang memang sudah terkenal suka membully.
Siswa putri yang lugu itu, menurut bisikan jiwa Annabella, bernama Friska, teman satu kelas Annabella yang sama-sama bernasib malang, cewek lugu yang suka dibully para pembully.
Sedangkan lima siswa pembully itu, Annabella masih ingat, merekalah yang disuruh sekaligus disewa oleh Nikita untuk melecehkannya, bahkan sekalian memperkaosnya sewaktu peristiwa di bangunan kosong di belakang sekolah satu setengah yang lalu.
Annabella tidak akan pernah lupa peristiwa itu dan tidak akan pernah lupa pada kelima siswa brengsek itu. Dia sudah menyusun rencana akan melenyapkan mereka semua dari muka bumi. Manusia-manusia laknut seperti mereka tidak pantas hidup lama di dunia.
"Kembalikan dompetnya, brengsek!" bentak Annabella yang sudah ada di dekat kejadian dengan tiba-tiba.
Suara bentakannya tidak terlalu keras, tapi cukup mengejutkan. Sontak suasana di sekitar situ mendadak sunyi.
Kelima siswa pembully itu langsung terdiam, baik gerakan maupun tawa mereka yang menyebalkan. Begitupun juga suara Friska yang meminta belas kasihan seketika berhenti.
Sementara beberapa siswa yang sudah ada di kelas, begitu mendengar bentakan Annabella, mereka juga langsung menghentikan aktifitas. Lalu saling melempar pandang sambil pikiran sambil bertanya-tanya:
Siapa yang berani membentak? Siapa yang berani menghentikan para pembully itu?
Namun tidak lama kemudian, baik Friska maupun kelima siswa brengsek itu segera menoleh ke arah orang yang menghentikan adegan pembullyan.
Begitu juga para siswa yang ada di dalam kelas, segera keluar, ingin melihat siapa yang punya nyali berani menghentikan adegan yang mengasyikkan tadi.
Awalnya, ketika mereka semua melihat siapa yang telah berani melakukan perbuatan nekad itu, semua masih terpaku diam, belum mengenali Annabella dengan penampilan barunya.
★☆★☆
Namun begitu beberapa detik menatap Annabella, seketika semuanya langsung tersentak kaget, tak terkecuali Friska.
Bahkan Friska yang paling kaget. Sepasang mata indahnya langsung membelalak kaget.
Sungguh dia tidak percaya jika orang yang telah menolongnya menghentikan pembullyan ternyata adalah Annabella, cewek yang senasib dengannya, cewek yang selalu menjadi korban pembullyan.
Sementara lima siswa brengsek itu, wajah mereka langsung pucat saat tahu kalau yang berbuat ulah itu adalah Annabella, cewek yang satu setengah bulan yang lalu mereka nyaris memperkaos.
Tapi detik berikutnya mereka --yang masih berpikir jika Annabella adalah cewek cupu-- langsung menampakkan kemurkaan yang sangat. Tapi belum juga mereka bertindak, Annabella kembali berkata bernada perintah yang ditujukan pada Friska.
"Iska, cepat ke mari!"
Tentu saja Friska kembali terkejut mendengar Annabella memanggilnya, bahkan menyuruh ke tempatnya. Bukannya menuruti, malah dia masih terpaku diam dalam keadaan bengong bercampur ketakutan.
Salah seorang pembully yang berada di belakang sebelah kanan Friska langsung mencengkram rambut gadis malang itu dengan kuat hingga Friska meringis kesakitan.
Lalu siswa brengsek itu berkata bernada geram sambil menatap tajam penuh penghinaan pada Annabella.
"Kau mau menolong cewek malang ini? Kau ingin jadi pahlawan ya?"
"Percaya nggak, jika kau nggak menghentikan perbuatanmu, aku akan mematahkan tanganmu?" kata Annabella bernada dingin, sikapnya begitu tenang.
Sama sekali tidak ada rasa takut pada dirinya. Sehingga membuat orang-orang yang melihatnya terkejut heran.
Tapi apa sambutan dari kelima siswa pembully itu terhadap ancaman Annabella? Tentu saja mereka semua langsung....
"Hahaha....!"
Gelak tawa penuh penghinaan serta peremehan langsung keluar dari congor busuk mereka. Disertai dengan lontaran hinaan yang begitu meremehkan ancaman Annabella dan merendahkannya sebagai seorang wanita.
"Dasar cewek cupu kau, Bella! Hahaha...!"
"Apakah ini Bella yang baru bangun dari kubur, lalu hendak membuat lelucon. Sungguh lucu, sungguh lucu.... Hahaha....!"
Di tengah suara tawa dan hinaan kelima siswa pembully, Friska yang rambutnya masih dalam cengkraman salah seorang siswa pembully, masih sempat menyuruh Annabella pergi.
"Bella, pergilah, tinggalkan aku! Nggak libatkan dirimu dalam masalahku! Nanti... nanti kamu juga bakal celaka!"
Salah seorang siswa yang berdiri nyaris tepat di depan Annabella, dengan masih bersikap meremehkan di sela seringai mengejeknya, dia langsung berkata.
"Kau sudah mengganggu kesenangan kami, Bella. Kau nggak bisa pergi lagi dari kami."
"Pergi, Bella, cepat!" Friska masih memaksakan diri untuk mengingatkan.
"Diam, brengsek!" bentak siswa yang masih menjambak rambutnya, membuat Friska langsung gemetar ketakutan.
Siswa yang berada di depan Annabella tadi kembali berkata penuh peremehan sambil menyeringai dingin.
"Kau akan kubuat...."
Annabella seketika bergerak cepat, tidak memeberi kesempatan siswa itu menyelesaikan hinaan busuknya.
Dengan amat cepat gadis itu melangkah sambil mengangkat kaki kanan ke atas, ke arah wajah siswa pembully itu. Demikian cepat gerakan Annabella, nyaris tak dapat disadari oleh siswa tersebut.
Tahu-tahu....
Dughk!
Tapak kaki, tepatnya tapak sepatu Annabella segera mendarat di wajah siswa itu dengan telak dan keras. Membuatnya terhuyung limbung beberapa langkah ke belakang sambil mengaduh kesakitan.
Aksi mengejutkan Annabella tidak berhenti. Tidak!
Kaki kanannya yang belum turun ke bawah kembali bergerak. Bergerak ke samping melakukan tendangan menyamping dengan cepat, keras, dan presisi. Dan langsung menghantam samping kepala siswa yang berdiri di dekat siswa yang kena hajar duluan tadi.
Desss!
"Aukh!"
Siswa yang tidak menyadari akan adanya serangan seperti itu langsung terlontar ke samping hingga tubuh berikut kepalanya tertumbuk ke tembok kelas.
Annabella belum berhenti, terus bergerak cepat menghajar ketiga siswa yang tersisa. Melakukan tendangan dan pukulan secara cepat, secara beruntun.
Membuat ketiga siswa itu tak ada kesempatan untuk menangkis serangan-serangan Annabella, apalagi menghindar. Seakan membiarkan tubuh mereka menjadi sasaran empuk pukulan dan tendangan Annabella.
Dua orang yang dihajar pertama yang belum tumbang, dihajar lagi oleh Annabella hingga babak-belur.
Sehingga kurang dari satu menit Annabella sudah membuat kelima siswa pembully itu semuanya terbaring di lantai marmer sambil meringis kesakitan.
Sementara, semua orang yang menyaksikan adegan yang lebih menarik namun mengerikan langsung terbelalak kaget. Sorot mata mereka jelas sekali mengekspresikan rasa tidak percaya yang sangat.
Apakah yang mereka lihat itu adalah Annabella?
★☆★☆★