Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 22
"Apa yang sudah kau lakukan, kau melukainya" ucap Galang saat Kia sudah ada di depannya.
"Terkadang rasa sakit di luar nalar, membuat seseorang justru tersadar" sahut Kia, dan membuat semua diam.
Langkah kaki berlanjut, menuju ruang kerja seperti yang di perintahkan oleh atasannya, Kia masuk dan duduk, kembali melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Seolah tak terjadi apa-apa, begitulah Galang melihatnya, Kia dengan ekspresi wajah yang biasa saja membuat Galang terheran setelah tragedi yang sudah terjadi.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Galang yang kini berada di ruangan Asistennya.
"Saya baik-baik saja pak"
Galang terdiam, hendak berbalik dan kembali ke Ruangannya, namun sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Nona Meta Kumala membutuhkan rumah sakit dari pada Kantor Polisi" ucap Kia dan membuat Galang menoleh kembali.
"Apa kamu bisa menjamin dia tidak melakukan tindakan yang berbahaya lagi?"
"Apa dia mengenal pak Galang sebelumnya?"
"Hem, dia teman masa kecilku dulu"
"Saya melihat dia sudah kembali" ucap Kia.
Kembali?, batin Galang namun tak mau menanyakan, sosok Kia saat ini penuh dengan misteri dan teka teki, entah kenapa saya berbicara dengannya seolah Asisten Pribadinya itu tau segalanya.
"Akan aku pertimbangkan" ucap Galang, lalu pergi meninggalkan Kia yang masih duduk di kursi kerjanya.
Ada desahan nafas dalam, Kia menahan sebuah harapan, semoga apa yang disarankan dilakukan oleh atasannya, berharap sebuah obsesi tidak melahirkan dendam.
*
*
Lea dan Sukma sudah berlari menyusul Indra dan Bram yang masuk ke dalam ruangan Galang.
"Aku lihat ada petugas medis kemari, ada apa?" Tanya Lea yang sudah duduk di dekat Zaki sat ini.
"Iya, apa ada yang terluka?" Sahut Sukma cemas.
"Wanita Gila itu, tangganya terluka, ada Balpoin yang menancap di telapak tangan kirinya" jawab Indra
"APA?!!" sontak Lea dan Sukma kaget.
"Aku melihat Ambar yang melakukannya, dari layar monitor saja begitu mengerikan, bagaimana kalian yang melihatnya?" Zaki bertanya.
"What?, Ambar?, benarkah?" Sukma di buat tak percaya.
"Kalian tidak bercanda kan?" Sambung Lea.
"Kami menyaksikannya sendiri, begitu cepat dan teriakan yang menggema tiba-tiba, itu karena Ambar membela dirinya, Meta menyerangnya"
"Gerakan cepat yang tak mudah dilakukan, dan tepat sasaran, saat kulihat tadi, tak melukai tulang tangannya sama sekali, terarah dan terukur dengan pasti, apa mungkin hal seperti ini hanya kebetulan?" Kini Bramana mengungkapkan isi kepalanya.
"Sudahlah, seharian ini kita terlalu lelah, aku ingin wanita itu mendapatkan perawatan medis yang baik, dan jangan ikut campurkan polisi disini"
Tentu saja Indra, Zaki dan Bram sangat terkejut akan keputusan Galang yang berubah, dan dua wanita disana langsung menggelengkan kepala.
"Tidak bisa, Meta sangat berbahaya" Tolak Lea.
"Dia bisa mengulangi perbuatannya kembali jika di bebaskan begitu saja, itu berbahaya!" Sambung Sukma.
"Apa maksud mu Galang?" Kini Zaki bersuara.
Galang menarik nafas dalam, berbalik dan melihat keramaian kota dari balik dinding kaca raksasa di ruangannya.
"Dia terobsesi padaku sejak kecil, dan seseorang telah membuatnya tersadar, aku percaya hal itu, jangan bilang kau tidak tau perubahan apa yang terjadi dengan wanita itu Bram, dan kau yang paling tau Indra"
Indra dan Bram terdiam, tidak menyalahkan perkataan Galang, karena memang setelah kejadian dengan Ambar, Meta terdiam, hanya menangis dan begitu nampak dimatanya sebuah penyesalan.
"Aku setuju dengan Pak Galang" ucap Bramana.
"Aku juga " ucap Indra.
"Apa kalian sudah gila?!" Tentu saja Zaki tak bisa percaya begitu saja, keselamatan Galang adalah urusan utama, kejadian-kejadian masa lalu yang hampir saja melenyapkan nyawanya sudah cukup untuk membuat Zaki trauma.
"Aku percaya Ambar, dan tolong kalian keluarlah, aku ingin beristirahat" Galang memberikan perintahnya, Zaki tak bisa lagi menyangkal, nampak sekali wajah serius dari sahabatnya itu, dan mereka pun akhirnya bubar.
Di dalam perjalanan menuju lantai satu, Zaki kembali berseteru dengan Indra dan Bram, sementara Lea dan Sukma hanya mendengarkannya saja.
"Kalian yakin?" Tanya Zaki sekali lagi diakhir sebelum mereka berpisah.
"Aku Yakin" jawab Indra.
"Dan kau?" Kini Zaki menatap Bram menantikan sebuah jawaban.
"Hem" Bram mengangguk.
Jika orang sekelas Bramana saja yang awalnya sangat mencurigai Kia kini yakin akan keputusan Galang, Zaki pun tidak bisa berbuat apa-apa, pasti ada alasan kuat di balik ini semua.
Kia keluar dari ruangan, sudah jam empat sore, semua pekerjaan telah diselesaikan, dan waktunya untuk pulang.
Memasuki lift karyawan, Kia bertemu dengan para pekerja yang lainnya, dan tersenyum saat beberapa orang menyapa, saat ini dirinya mungkin sudah menjadi bahan perbincangan dan Kia tak menjadikan masalah akan itu semua.
Salah satu security menghampiri.
"Non Ambar gak apa-apa kan, wah keren Lo apa yang dilakukan tadi siang di perusahaan"
"Saya tak melakukan apa-apa pak, hanya membela diri saja"
"Tapi Non Kia bisa membalikkan keadaan dengan mudah, itu luar biasa"
"Masak sih pak, saya kira semua orang bisa"
"Lah Yo gak mungkin, saya saja palingan lari dari pada harus merebut pistolnya"
Kia hanya tersenyum, lalu pamit untuk segera kembali ke hotelnya sebelum banyak pertanyaan yang akan susah untuk di jawab.
Sementara, Galang hanya tersenyum tipis saat melihat interaksi Asistennya dengan para security yang ada di bawah sana.
"Siapa kamu sebenarnya?" Gumam lirih Galang untuk dirinya.
Begitupun Indra dan Bram yang kini tengah berada di di sebuah ruangan, sengaja pulang terlambat untuk menghabiskan secangkir kopi.
"Aku akan terus mencari informasi tentang Ambar" ucap Indra.
"Hem, semoga menemukan apa yang kau cari, karena aku tak yakin"
"Setidaknya setitik saja, sesuatu yang membuatku tak penasaran lagi akan dirinya"
"Dan ku harap hal itu tidak membuang-buang waktu saja"
"Sepertinya kau mulai berubah haluan?" Tanya Indra dengan wajah menelisik.
"Entahlah, aku hanya merasakan sesuatu yang tak bisa kukatakan, kuat tapi menenangkan, saat bicara dengannya tak ada kebohongan yang ditutupi, semua yang dikatakan terkadang membuatku terasa nyaman" jawab Bramana.
"Aneh bukan?" Ucap Indra lagi
"Hem, dan semua orang sepertinya merasakan hal itu?"
"Iya, aku akui itu"
Kedatangan Sukma dan Lea mengejutkan mereka, dan berakhir dengan pulang bersama walaupun tempat yang berbeda, sementara Galang sudah melangkahkan kakinya memasuki hotel sederhana yang tak jauh dari perusahaannya.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya resepsionis.
"Ambar _"
"Oh, nona Ambar berpesan tidak ingin di ganggu hari ini, sedang beristirahat Pak"
Galang tersenyum tipis, lalu mengucapkan terimakasih, setidaknya hari ini tempat yang di tuju benar yang diinginkan, dan Galang pun pergi.
Yuk komennya mana?, like Vote dan tonton iklannya.
Bersambung.
ciye...