Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Helen Kembali
Di villa di tengah pulau itu, pagi menjelang dengan begitu tenang. Hanya ada suara desiran ombak yang rasanya begitu damai. Dan cahaya matahari yang g
begitu hangat masuk ke celah-celah jendela yang membuat sepasang mata indah yang tadinya terpejam, terbuka perlahan.
Helen bangun dengan mendesah kasar. Dia merasa seluruh tubuhnya remuk. Pria yang tak ada habis-habisnya tenaganya itu membuatnya kewalahan sekali.
"Rasanya pasti bengkak di bawah sana" gumamnya sambil mengusap wajah dengan perlahan.
Bahkan untuk bangkit dan duduk saja, Helen merasa pinggangnya tidak mau di ajak kerjasama. Terasa begitu kaku, dan berat.
Helen menghela nafas panjang. Dia melihat ke sekeliling, seperti biasanya, sudah ada aroma daging panggang yang tercium oleh indera penciumannya. Dan bau makanan itu sangat menggugah selera.
Perlahan, Helen turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.
Sementara itu di balkon dekat ruang tengah. Dre sedang melakukan sesuatu. Helen yang sudah mandi dan berganti pakaian, menghampiri pria itu sambil mengeringkan rambutnya.
"Kamu sedang apa?" tanya Helen dari arah belakang.
Dre yang duduk di kursi santai segera berdiri dan berbalik. Melihat Helen, pria itu tersenyum begitu bahagia.
"Selamat pagi sayang"
Cup
Mata Helen melebar, pria itu langsung mengecup bibirnya begitu saja.
"Lihat ini!" kata Dre sambil memperlihatkan sebuah gelang yang dia buat sendiri dari sesuatu yang bentuknya seperti mutiara.
Helen memang tahu beberapa barang bagus. Tapi dia belum pernah membeli mutiara. Dia tidak tahu itu asli atau tidak.
"Itu..." Helen nyaris bertanya dengan tatapan curiga.
Dre tersenyum.
"Ini aku ikut sendiri, hanya baru bersinar yang aku temukan di pantai. Tapi hargailah usahaku mengukir dan membuatnya!" kata Dre yang langsung memakaikan gelang itu di tangan Helen.
"Dre, ini..."
"Jangan pernah di lepas ya! supaya kamu selalu ingat padaku!" ujar pria itu lagi.
Karena sudah terpasang di tangannya, Helen hanya bisa mengangguk setuju untuk permintaan Dre itu.
"Sarapan sudah siap nyonya Dre, aku akan melayanimu!" kata Dre yang mengajak Helen untuk masuk ke dalam villa.
Tapi saat tangannya di genggam oleh Dre. Helen menahan tangannya itu.
"Dre! sudah lebih dari 3 hari. Aku harus kembali!"
Langkah Dre terhenti. Ada perasaan tidak senang dalam hatinya mendengar apa yang Helen katakan itu. Dan bukan hanya tidak senang, tapi sangat tidak senang. Wajahnya terlihat kelam dan masam.
"Dre..."
"Kamu tenggelam Helen, bagaimana kalau kamu pergi saja denganku. Jangan khawatir, aku bisa menjagamu..."
Helen melepaskan tangannya dari Dre. Membuat pria itu menjeda ucapannya karena sudah tahu apa jawaban Helen untuk ajakannya itu.
"Aku sudah menikah. Dre! aku harus kembali!"
Helen menatap mata Dre yang terkunci pada pandangannya. Keduanya tampak bergelut dengan perasaan dan kata hati mereka masing-masing.
Hingga Helen berpaling dan masuk ke dalam villa. Dia harus kembali, dia masih punya tanggung jawab yang harus dia selesaikan. Bagaimana nasib anak-anak panti kalau dia pergi. Dre memang baik, Helen yakin pria itu bisa menjaganya, tapi dia tidak akan bisa membuatnya melepaskan tanggung jawab pada panti asuhan.
Helen duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan. Wanita itu makan dengan sangat cepat.
Sementara Dre, pria itu menyusul Helen ketika emosinya telah merasa.
Perlahan Dre memeluk dan mencium tengkuk Helen dari arah belakang.
"Dre, hentikan!"
"Aku akan mengantarmu!" ucapnya dengan berat hati.
Helen menghela nafas lega. Pria itu mengerti, dia cukup lega dengan hal itu.
'Dia cukup pengertian!' batin Helen senang.
"Tapi aku akan memuaskanmu dulu!" bisik Dre sambil menggigit daun telinga Helen.
Mata Helen melebar.
'Aku menyesal bilang dia cukup pengertian!' gerutunya dalam hati.
Dan belum juga makanan di piring Helen berkurang setengahnya. Dre sudah mengangkat tubuh Helen, dan menciumnya dengan begitu agresif. Begitu bersemangat, seolah itu adalah kesempatan terakhir yang tidak akan pernah dia sia-siakan.
Helen memberikan sedikit dorongan di dada Dre karena dia sama sekali tidak bisa bernafas.
"Dre..." keluhnya dengan nafas tersengal.
Dre seolah tak mendengar itu dan memberikan hisapan yang begitu kuat di dada Helen.
"Jangan Dre, jangan seperti itu. Itu akan meninggalkan bekas" protes Helen lagi.
'Aku justru ingin meninggalkan bekas di setiap inci tubuhmu!' batin Dre yang matanya sudah berkabut dengan gairahh yang begitu besar.
Dre membuat Helen menggeliat kesana kemari. Mencengkeram sprei di bawahnya dengan sangat kuat. Sesekali kepala wanita itu terangkat dan melihat ke arah bawah sana, dimana Dre tangah asik dengan apa yang dia lakukan.
"Warnanya semakin cantik saat bengkak" ucap Dre seraya tersenyum mencurigakan.
Blush
Wajah Helen memerah, bagaimana bisa pria itu bicara sefrontal itu.
**
Saat matahari mulai meninggi pada akhirnya Dre harus mengantarkan kembali Helen ke hotel tempatnya menginap.
"Aku sudah siapkan semuanya untukmu. Saat kita di dermaga, akan ada seorang wanita tua dan suaminya yang menjemputmu. Kamu cukup diam, mereka akan mengatakan apa yang terjadi pada... " Dre menjeda ucapannya sejenak, "Nicklas" lanjutkan dengan nada suara tidak ikhlas.
Helen menganggukkan kepalanya perlahan. Dre terus menghindar dari tatapan Helen.
"Terimakasih Dre" ucap Helen.
"Jika aku bukan pria penghibur, apa kamu mau pergi denganku Helen?" tanya Dre dengan suara lirih.
Helen menghela nafas, sangat dalam sampai bahunya terangkat keduanya. Tapi dia benar-benar hanya punya satu jawaban untuk pertanyaan Dre itu.
"Maaf Dre!"
Dre memalingkan wajahnya ke arah lain. Matanya menjelaskan semuanya. Matanya yang tampak sayu, menjelaskan kalau dia merasa sangat sedih mendengar jawaban Helen.
Sampai di dermaga, Dre membantu Helen turun dari yacht. Saat Helen akan pergi, tangannya di tarik oleh Dre.
Helen menoleh ke belakang, dan melihat pria yang selama beberapa hari begitu memanjakannya itu. Bahkan tidak mengijinkan dia melakukan apapun, benar-benar dilayani seperti ratu.
Dre menarik tangan Helen, membuat wanita itu jatuh ke pelukannya.
"Kamu telah menjadikan aku milikmu, Helen. Aku sungguh tak ingin kamu kembali" ucap Dre mengatakan yang dia rasakan.
Helen membiarkan Dre memeluknya untuk beberapa saat. Tapi pada akhirnya, Helen harus mendorong pria itu dan pergi, bahkan tanpa menoleh ke belakang sama sekali.
'Maaf Dre, aku rasa kita tidak bisa lebih jauh dari ini' batin Helen yang merasa hatinya sudah mulai goyah. Dan hal ini tidak bisa dia biarkan, 'kita harus mengakhirinya Dre' batinnya lagi.
***
Bersambung...