Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEMBURU YANG MENERPA
Setelah satu bulan menunggu, akhirnya tiba lah hari pernikahan Dera dan Zavran. Mereka menyelenggarakan acara pernikahan di sebuah masjid dekat kantor urusan agama. Dengan sekali tarikan, akhirnya Zavran resmi mempersunting Dera menjadi istrinya.
" Alhamdulillah." Ucap semua orang yang hadir setelah mendengar kata sah dari bibir dua saksi.
Dera dan Zavran saling melempar pandangan, sebelum akhirnya Dera menyalami Zavran dan mencium punggung tangannya dengan lembut. Zavran meniupkan doa kebaikan bersama di atas ubun ubun Dera, lalu mencium kening Dera. Sungguh hanya rona kebahagiaan yang terpancar di wajah keduanya.
" Aku akan selalu berdoa, semoga kita bisa bersama selamanya. Akan kita hadapi semua masalah dan rintangan yang ada hingga tidak akan pernah ada kata perpisahan di antara kita. Itu janjiku padamu, Dera." Ucap Zavran mengelus wajah Dera yang di hiasi make up tipis membuat Dera nampak cantik mempesona.
" In Sha Allah akan aku temani kamu sampai akhir nanti mas." Sahut Dera. Entah mengapa ia merasa lebih bahagia di banding saat pernikahannya dulu bersama Brian. Mungkin karena sikap Zavran yang begitu perhatian dengannya di sertai kedua mertua yang begitu menyayanginya.
" Sayang selamat ya, akhirnya kamu jadi menantu ibu Dera." Ucap bu Ranti memeluk Dera.
" Terima kasih tante."
" Kok tante sih, sekarang ibu sudah menjadi ibu kamu sayang. Jadi panggil ibu dan ayah seperti Zavran memanggil kami." Ujar bu Ranti.
" Baik ibu, ayah, terima kasih sudah menerima Dera menjadi bagian dari keluarga kalian. Semoga Dera bisa menjadi menantu yang baik untuk kalian berdua." Ucap Dera menatap bu Ranti dan pak Antok bergantian sambil tersenyum.
" Ayah yakin kamu lah yang terbaik Dera. Semoga kalian berbahagia." Ucap pak Antok tulus.
" Terima kasih." Sahut Dera.
Setelah acara selesai, Zavran membawa pulang Dera ke rumah mereka di antar oleh pak Antok dan bu Ranti.
" Silahkan duduk bu, yah!" Ucap Dera ketika mereka sampai di ruang tamu.
" Terima kasih nak." Ucap pak Antok.
" Ayah sama ibu mau minum apa?" Tanya Dera.
" Tidak perlu repot repot, kalau haus nanti kami ambil sendiri Dera." Sahut bu Ranti.
" Baiklah kalau begitu, aku ganti baju dulu bu, yah. Permisi." Dera segera menuju kamarnya.
Bu Ranti dan pak Antok saling melempar pandangan, " Lihat lah betapa sopannya menantu kita yah. Sangat jauh berbeda dengan menantu kita yang sebelumnya. Ibu senang akhirnya Dera menjadi menantu kita." Ujar bu Ranti.
" Ayah juga bu, Zavran juga pasti akan sangat bahagia hidup bersama Dera." Sahut pak Antok.
" Tentu yah." Sahut Zavran yang baru masuk karena tadi memarkir mobil terlebih dulu. Ia duduk di sofa depan kedua orang tuanya.
" Kemana Dera bu?" Tanya Zavran.
" Di kamar, katanya mau ganti baju tadi. Kamu di sini saja nggak usah ngintip nanti dia malu." Goda bu Ranti.
" Apaan sih bu." Sahut Zavran malu malu. " Aku ucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu yang mendukung hubunganku dengan Dera. Awal aku menjalani hubungan tersembunyi ini, jujur aku takut bu. Aku takut membuat kalian marah dan kecewa. Tapi aku tidak menyangka justru kalian mendukung hubungan ini." Ujar Zavran.
" Dari dulu kami juga mendukung hubungan kalian, cuma kamunya aja yang tidak tahu karena sibuk mengejar Yulia." Sahut bu Ranti.
" Oh ya, gimana kabar Yulia? Dimana dia sekarang Vran?" Tanya pak Antok. Bukan karena peduli tapi karena penasaran dengan wanita yang kini menjadi mantan menantunya karena sejak pergi dari rumah tidak ada kabarnya.
" Dia pergi bersama Edo, mereka tinggal di jalan mawar." Sahut Zavran.
" Kamu tahu tempat tinggalnya, atau jangan jangan kamu menguntitnya. Kamu masih memantaunya dari kejauhan?" Ujar bu Ranti.
" Iya, bagaimana pun dia pernah membuat aku bahagia bu. Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Aku sedikit khawatir kalau terjadi hal buruk padanya. Oleh sebab itu aku harus memastikan kalau dia baik baik saja."
Deg...
Tubuh Dera mematung di tempat, ia pikir Zavran sudah tidak peduli lagi dengan Yulia karena Zavran tidak lagi mencintai Yulia, tapi rupanya dia salah. Apakah Zavran masih menyimpan perasaan untuk Yulia? Apakah Zavran tidak bisa melepas Yulia begitu saja seperti ia melepaskan Brian? Bahkan Brian dimana saja, Dera tidak mau tahu. Apalagi memastikan Brian baik baik seperti Zavran memperhatikan Yulia.
Klutik...
Gelas di nampan yang Dera bawa saling bersinggungan hingga menimbulkan bunyi yang membuat mereka menoleh ke arah Dera. Bu Ranti, Zavran dan pak Antok saling melempar pandang.
" Sa.. Sayang kamu di sini?" Suara Zavran terdengar gugup, ia bangun hendak mendekati Dera namun Dera melewatinya.
" Ini bu, yah minumannya." Tanpa menghiraukan Zavran, Dera menyuguhkan segelas es sirup kepada kedua mertuanya.
" Terima kasih Dera, kamu jadi repot." Ujar bu Ranti.
" Aku tidak repot bu." Sahut Dera. " Silahkan kalian lanjutkan ngobrolnya, aku mau istirahat dulu." Tanpa menunggu jawaban dari sang mertua, Dera pergi begitu saja.
" Zavran, sepertinya Dera mendengar pembicaraan kita. Buruan susul dia, dan jelaskan semuanya supaya dia tidak salah paham. Ibu tidak mau sampai kalian bertengkar karena masalah ini." Tutur bu Ranti.
" Iya bu."
Zavran segera menyusul Dera di kamarnya.
Ceklek...
Zavran membuka pintu, ia menatap Dera yang sedang duduk bersandar di atas ranjang sambil memainkan ponselnya tanpa mengalihkan pandangannya kepada Zavran.
Zavran menutup pintunya kembali lalu mendekati Dera di ranjangnya.
" Kamu marah?" Tanya Zavran menatap Dera. Dera hanya menggelengkan kepalanya tanpa mau menjawab pertanyaan Zavran.
" Kalau kamu mendengar obrolanku dengan ayah dan ibu, please jangan salah paham! Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, aku hanya... "
" Aku tidak peduli apapun yang mau kamu lakukan. Jadi kau tidak perlu menjelaskan apapun." Sahut Dera memotong ucapan Zavran. " Lagian aku punya penilaian sendiri, kamu tidak perlu meralat atau pun memperbaiki penilaian itu. Karena bagiku semua sudah jelas Zavran." Imbuh Dera.
Zavran menghela nafasnya panjang, ia tidak boleh menggunakan emosi ketika menjelaskan sesuatu pada Dera. Emosi Dera sedang labil, ia tidak mau sampai anaknya terpengaruh karena masalah ini.
" Baiklah maafkan aku! Tapi aku rasa kamu perlu mendengarkan penjelasanku agar kamu tidak salah paham padaku. Aku tidak.."
" Pergi atau aku yang pergi!" Ancam Dera. Entah mengapa bersama Zavran ia bisa melupakan emosi sedangkan dulu bersama Brian ia hanya mengalah dan mengalah saja saat berdebat.
" Baiklah aku pergi, maafkan aku!" Zavran segera keluar kamar sebelum emosi Dera semakin menjadi.
Dera membanting ponselnya di atas ranjang karena kesal dengan sikap Zavran.
" Dulu aku beri kamu pilihan, tapi kamu tetap memilih pernikahan ini. Padahal kamu tahu, kalau di hatimu masih ada Yulia. Aku cemburu Vran, aku cemburu kamu masih memberikan perhatianmu kepada mantan istrimu. Ya Tuhan.. Apakah aku salah? Kenapa aku bisa sekesal ini mengetahui Zavran masih peduli dengan Yulia? Apakah aku benar benar mencintainya? Apakah seluruh hatiku sudah di penuhi dengan namanya? Rasanya sungguh menyebalkan sekali."
TBC...