NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Benjamin menatap putrinya dengan bangga. Aurora tidak merasa malas ataupun lelah ketika sedang belajar bela diri. Meski keringat terus bercucuran, Aurora tetap sumringah mengikuti arahan dari Archie. Malah Archie yang khawatir dengan adiknya, takut Aurora kelelahan hingga sakit nantinya.

"Sudah cukup untuk hari ini." Archie memberikan Aurora sebotol air mineral.

"Terimakasih." Aurora segera meminum air itu setelah duduk di sebuah bangku.

Archie mengangguk pelan, dia juga meminum airnya. Mereka sama-sama lelah, terlihat keringat yang membasahi kening mereka.

"Kapan lagi kita latihan? Besok?" tanya Aurora.

"Nanti akan aku beritahu lagi," jawab Archie. Kalau setiap hari, dia tidak tega jika melihat Aurora kelelahan, pasti nanti akan mempengaruhi kesehatannya.

"Jika Kakak kelelahan, biar Kak Thomas atau Kak Charlie saja yang mengajariku, tidak apa-apa," ujar Aurora.

Padahal masalahnya bukan itu. Archie menghela nafas. "Aku bisa mengajarimu. Tapi, aku tidak ingin kamu kelelahan. Mengerti?"

"Umm ... kalau begitu, buat jadwal saja!" usul Aurora.

Archie terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. "Baiklah, nanti akan ku buat jadwal latihan kita," putusnya.

Aurora mengangguk cepat. Dengan begitu, dia tidak akan bosan hanya karena berdiam diri terus menerus seperti di rumah.

"Sudah jam empat sore, lebih baik kamu mandi sekarang, agar tidak kedinginan nanti," kata Archie setelah melihat jam di ponselnya.

Aurora tidak menolak, dia langsung beranjak dan berpamitan pada sang kakak.

Sedangkan Archie tetap diam di sana, hingga selang beberapa detik Aurora pergi, Charlie datang dengan wajah datarnya.

"Ada misi malam ini."

****

Karena lelah, setelah makan malam Aurora berdiam diri di kamar sambil bercerita dengan Skala. Awalnya Skala ada urusan dengan Benjamin, tapi saat melihat istrinya kelelahan, dia jadi tidak tega meninggalkannya. Jadilah dia tunda dulu untuk menemui Benjamin.

"Tadi setelah latihan, aku tidak merasakan sakit. Tapi, kenapa sakitnya datang sekarang?" Aurora mengeluh sambil memijat pundaknya.

Gadis itu mengadu di pelukan Skala. Manja sekali.

"Yang mana yang sakit? Beri tahu aku," ujar Skala.

"Ini, ini, ini, semuanya sakit." Aurora semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang sah suami. Pelukan Skala begitu nyaman dan hangat.

Telapak tangan Skala memijat punggung Aurora dengan lembut. "Kamu sepertinya harus sering-sering olahraga, supaya jika beraktivitas berat, tidak akan sakit seperti ini lagi."

"Umm? Dari dulu aku selalu beraktivitas berat, Skala. Tapi tidak pernah sesakit ini," balas Aurora benar adanya.

"Mungkin karena ini adalah latihan bela diri? Itu sebabnya aku jadi merasa sakit di bagian tertentu," lanjutnya.

"Ya, mungkin aja begitu," jawab Skala.

Aurora menguap lebar, dia mengusap matanya lalu memejamkannya.

Merasa istrinya mengantuk, Skala tetap memijat punggung Aurora dengan lembut, berusaha untuk membuat sang istri merasa nyaman. Tau Aurora akan kesakitan seperti ini, tak akan Skala izinkan dia berlatih bela diri.

Tak sampai sepuluh menit, Aurora sudah terlelap. Jam masih menunjukkan pukul delapan malam. Saking lelahnya, Aurora sampai tidur lebih awal. Biasanya dia tidur jam sembilan atau sepuluh.

Seperti biasa, wajah polos Aurora ketika tidur membuat Skala gemas. Pria itu sangat menyukainya. Menggemaskan seperti anak kecil.

Perlahan ia mengecup kening istrinya dengan lembut. Lalu mengelus punggungnya agar Aurora semakin nyenyak.

Dan tanpa sadar, Skala ikut memejamkan matanya dan dengan mudah masuk ke alam mimpi. Melupakan janjinya untuk bertemu dengan Benjamin.

****

Pesta yang dimaksud Skala untuk alasan mereka berangkat ke London itu tidak ada. Semuanya dusta. Skala sengaja berkata seperti itu agar Aurora mau diajak ke London. Rencananya sejak awal adalah ingin mempertemukan Aurora dengan keluarga kandungnya. Dan rencana itu juga Benjamin yang menyarankan.

Untungnya, Aurora melupakan tentang hal itu. Dia terlalu asik menghabiskan waktu bersama kakak-kakaknya. Bela diri, memanah, menembak, olahraga, semuanya Aurora lakukan. Kadang juga membuat kue bersama Lythia. Dia benar-benar sibuk di mansion itu. Pun begitu dengan Skala yang juga sama sibuknya.

Dan hari ini, Skala dan Aurora akan pulang ke rumah mereka. Lythia dengan berat hati membiarkan Aurora ikut dengan suaminya. Lagi pula, selama di sini, Benjamin sudah mewanti-wanti Skala. Pria paruh baya itu berkali-kali mengetes kemampuan Skala, memastikan bahwa Skala benar-benar layak untuk putrinya.

"Jaga putriku baik-baik. Jika dia terluka sedikit saja, maka kamu yang akan mendapatkan akibatnya." Benjamin meremas kuat pundak menantunya.

Skala mengangguk patuh. Sekarang, Aurora bukanlah gadis tanpa kasih sayang keluarga, dia telah memiliki keluarga yang siap bergerak kapanpun jika ia disakiti. Jadi, Skala tidak akan main-main tentang keselamatan Aurora.

Thomas, Archie dan Charlie hanya diam, namun mata mereka menatap Skala penuh peringatan. Sedangkan Aurora sendiri sedang berpelukan dengan Lythia. Yang namanya perpisahan, bukankah harus dramatis?

"Lebih baik kamu tinggal di sini saja, Sayang. Di sini aman dibandingkan tempat tinggalnya yang di sana." Lythia mengeratkan pelukannya.

Aurora mengangguk. "Nanti aku pikir-pikir lagi, Mommy. Kita masih bisa terhubung lewat telepon, bukan? Mommy jangan sedih, ya?" Dia melepaskan pelukannya dan mengusap air mata sang mommy.

Lythia mengangguk. "Jaga dirimu baik-baik. Jika ada yang mengganggumu, katakan pada Mommy, hm?"

Kini Aurora yang mengangguk. "Terimakasih, Mom," ucapnya dengan tulus.

Lythia mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Padahal dia masih ingin menghabiskan waktu dengan Aurora.

Skala tidak bisa seenaknya meninggalkan perusahaan, dia harus bekerja. Selama di London, daddy nya lah yang mengurus semuanya, dibantu oleh asisten nya.

Awalnya Skala juga sudah meminta Aurora agar tetap tinggal di sini, sementara dia pulang sendiri. Tapi, Aurora menolaknya dengan tegas. Meski Aurora telah kembali pada keluarganya, dia tetap ingin bersama Skala. Skala adalah suaminya sekarang, mana mungkin dia durhaka dengan suami?

Setelah berpamitan yang penuh drama itu, Skala dan Aurora berangkat memakai jet pribadi milik keluarga Alessandro. Keluarga sekaya ini, mana mungkin tidak memiliki jet pribadi?

"Bagaimana dengan pengawasan Aurora di sana, Honey?" Lythia merangkul lengan suaminya sembari melangkah menuju mobil mereka.

"Tidak perlu khawatir, aku sudah memperketat semuanya."

Lythia tersenyum lebar. Baguslah. Dengan begitu, dia tidak khawatir lagi dengan keamanan Aurora. Terlebih, ada Skala di samping putrinya. Menantunya itu, pasti bisa diandalkan.

****

Maliqa tersenyum melihat kedua orang tuanya yang juga tersenyum lebar. Setelah berhari-hari rumah mereka diisi teriakan dan amarah, sekarang sudah tidak lagi seperti itu.

"Kamu memang bisa diandalkan, Sayang. Tidak seperti kakakmu yang kurang ajar itu," ujar Ayuni mencibir Aurora.

"Yang penting, sekarang kita bisa membuat restoran seperti dulu lagi, Bu. Semoga, tidak ada orang jahat yang ingin menjatuhkan usaha kita," balas Maliqa.

Galih mengangguk. "Maaf jika Ayah belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk kamu, Nak. Demi kami, kamu harus bekerja dan meminjam uang pada atasan mu." Pria paruh baya itu tampak menyesal. Maliqa masih sekolah, tapi sudah mampu membantu perekonomian mereka.

"Ayah dan Ibu sudah menjadi orang tua yang baik untuk Maliqa. Jangan sedih lagi, ya? Kita mulai semuanya dari awal. Dan Ayah, tolong jangan mempercayai siapapun. Rekan kerja bisa jadi musuh untuk kita," ujar Maliqa.

Galih dan Ayuni mengangguk. Mereka terharu, Maliqa sudah didewasakan oleh keadaan. Bahkan putri mereka sangat mementingkan keluarga dibandingkan Aurora.

Pada dasarnya, Maliqa dan Aurora memang berbeda.

Maliqa senang, hidup mereka pasti akan kembali seperti dulu. Semoga saja restoran keluarganya kembali membaik dengan uang ini.

Di sisi lain, tepatnya di mansion Bramasta. Nenek memandang sendu lukisan seorang perempuan yang sedang memainkan biola. Bukan hanya sekedar lukisan biasa, Nenek Aster menganggap itu adalah Aurora, karena mereka sangat mirip.

Dia merindukan Aurora.

"Sudah lama kamu tidak mengunjungi, Nenek," lirihnya. Dia rindu bermain alat musik bersama Aurora. Sekarang, dia hanya bisa memainkannya sendiri.

"Ibu."

Nenek Aster menoleh ke arah pintu. Evanda melangkah mendekat.

"Apa yang Ibu lakukan di sini? Ini sudah malam. Ayo kita ke kamar," ujar Evanda bersiap mendorong kursi roda Nenek Aster.

"Ibu merindukan Aurora. Dia sudah lama tidak kemari. Bagaimana keadaannya? Apa kamu tau?"

"Dia baik-baik saja. Nanti aku akan menghubungi Skala dan meminta mereka untuk datang. Ibu jangan sedih lagi, ya?"

Nenek Aster mengangguk pelan. Ya setidaknya dia tau jika Aurora baik-baik saja.

Sekarang Evanda tau betapa besarnya pengaruh Aurora pada Nenek Aster. Ibunya ini bukanlah tipe orang yang mudah akrab dengan orang asing, tentu dia tau jika Nenek Aster sangat menyayangi Aurora. Dan hanya gadis itulah yang bisa menemani Nenek Aster bermain alat musik.

Aurora benar-benar gadis baik. Haruskah Evanda menerimanya?

bersambung...

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!