Mati sebelum kematian, itulah yang dirasakan oleh Jeno Urias, pria usia 43 tahun yang sudah lelah dengan hidupnya. keinginannya hanya satu, mati secara normal dan menyatu dengan semesta.
Namun, Sang Pencipta tidak menghendakinya, jiwa Jeno Urias ditarik, dipindahkan ke dunia lain, Dunia Atherion, dunia yang hanya mengenal kekuatan sihir dan pedang. Dunia kekacauan yang menjadi ladang arogansi para dewa.
Kehadiran Jeno Urias untuk meledakkan kepala para dewa cahaya dan kegelapan. Namun, apakah Jeno Urias sebagai manusia biasa mampu melakukannya? Menentang kekuasaan dan kekuatan para dewa adalah hal yang MUSTAHIL bagi manusia seperti Jeno.
Tapi, Sang Pencipta menghendaki Jeno sebagai sosok legenda di masa depan. Ia mendapatkan berkah sistem yang tidak dimiliki oleh siapa pun.
Perjalanan panjang Jeno pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ex_yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Ikatan Yang Terjalin.
Bab 24. Ikatan yang Terjalin. Pembaruan Sistem.
Di hadapan Jeno, dua Penyihir Agung, Amelia Silverleaf dan Viconia, berdiri dengan mata terbelalak, menyaksikan pemandangan yang tak pernah mereka bayangkan. Lupharion, predator legendaris yang ditakuti seluruh benua, kini menundukkan kepalanya di hadapan seorang petualang muda. Tangan mereka yang mencengkeram tongkat sihir masih bergetar karena takut.
Dengan gerakan yang mengalir seperti air, Jeno mengulurkan tangannya dan mengelus kepala binatang suci itu. Lupharion memejamkan mata, menikmati sentuhan tuannya yang baru diakui. Momen itu terasa sakral, seolah alam semesta sendiri menahan napas.
Namun alih-alih langsung kembali ke Kota Velden, Jeno memilih diam. Jari-jarinya terus membelai bulu keperakan Lupharion sementara pikirannya melayang jauh. Mengapa makhluk ini mencarinya? Apa yang membuatnya begitu istimewa di mata sang predator legendaris?
Fragmen memori masa lalu berputar dalam benaknya, kata-kata Dewa Pencipta yang masih terngiang jelas: "Berbahagialah di kehidupan barumu, Jeno Urias. Lakukan sesuka hatimu, tanpa takut akan apa pun. Dan ingatlah, kadang-kadang, yang paling hancur adalah yang paling bebas untuk menghancurkan."
"Apa yang dikatakan Dewa Pencipta adalah kebenaran mutlak, Tuan Jeno," suara Angelina kembali menyusup ke dalam pikiran Jeno, lembut namun tegas. "Janganlah meragukan firman-Nya, karena takdir Anda lebih besar dari yang bisa dipahami pikiran mortal."
Senyum tipis mengembang di bibir Jeno, senyuman itu menyimpan ribuan makna. Melalui ikatan telepatis yang terjalin dengan asistennya, ia bertanya dengan nada main-main, "Angel, dalam kehidupan baruku ini... apa aku boleh berpoligami... punya banyak istri?"
Yang terjadi selanjutnya membuat Jeno hampir tersedak ludahnya sendiri. Alih-alih menjawab dengan teguran atau penjelasan filosofis, Angelina justru mengeluarkan misi baru yang membuat jantungnya berdebar kencang:
[MISI UTAMA BARU TELAH AKTIF]
- PENCIPTAAN DUNIA HAREM.
- Tingkat Kesulitan: Diklasifikasikan
- Durasi: Seumur Hidup
- Hadiah: Artefak Legendaris, Istana Bulan.
"Uhuk! Uhuk!" Jeno terbatuk-batuk hebat, wajahnya memerah padam. "Angelina, kau sistem mesum! Aku hanya bercanda!"
Kedua Penyihir Agung yang semula masih terpesona kini menatap Jeno dengan heran. Amelia menaikkan sebelah alisnya, sementara Viconia memiringkan kepala dengan ekspresi penasaran.
"Jeno, ada apa?" Amelia memberanikan diri bertanya, suaranya bercampur kekhawatiran dan rasa ingin tahu.
Wajah Jeno memerah lebih dalam. Ia menggaruk tengkuknya dengan canggung, mencari alasan yang masuk akal. "A-ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya... senang karena berhasil menyelesaikan misi dari Serikat Petualang. Rupanya Lupharion inilah yang menyebabkan hilangnya para petualang."
Namun sebelum pembicaraan berlanjut, suara dalam dan bergema mengejutkan mereka semua. Lupharion bisa berbicara dan berkata dengan suara yang jernih bagaikan lonceng perak:
"Benar, Tuanku. Akulah yang telah melahap para petualang yang tersesat di hutan ini. Mereka berani masuk ke wilayahku... dan aku... lapar." Mata biru safir Lupharion menatap Jeno dengan intensitas yang membuatnya merinding. "Namun kini aku memiliki Tuan baru. Tuan yang akan memberiku nama, sebagai simbol ikatan darah kita."
Jeno terdiam, otaknya bekerja cepat. Memberikan nama pada binatang suci bukanlah hal sepele: yang berarti ia bertanggung jawab seumur hidup, ikatan yang tak bisa diputus bahkan oleh kematian.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti kekekalan, Jeno mengangkat kepalanya dengan tatapan mantap. "Kau adalah betina, bukan? Kalau begitu... namamu.. hmmm... Luna. Luna Urias."
Efek pemberian nama keluarga itu luar biasa. Mata Lupharion berbinar seperti bintang, ekornya mengibas-ibas dengan gembira. "Luna Urias... Ya, aku suka nama itu! Terima kasih, Tuan!"
Tanpa peringatan, Luna menjilati wajah Jeno dengan lidah kasarnya, membuatnya basah kuyup dan cemberut. Pemandangan itu begitu lucu hingga Amelia dan Viconia tidak bisa menahan tawa mereka.
"Luna Urias," Amelia melangkah maju dengan senyum hangat, "kenalkan, aku Amelia." Saat menyebut nama keluarga 'Urias', matanya melirik Jeno dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sial, kenapa aku memberikan nama keluargaku padanya?" Jeno mengumpat dalam hati, namun sudah terlanjur memberikan nama.
Viconia, tidak mau kalah, ikut memperkenalkan diri bahkan nekat mengelus kepala Luna. Namun reaksi yang didapatnya berbeda, Luna langsung mengeluarkan geraman rendah yang membuat Viconia membeku ketakutan.
"Luna," Jeno bersuara lembut namun tegas, "bersikaplah baik pada semua temanku."
Luna mengangguk patuh, dan kemudian terjadi sesuatu yang membuat ketiga manusia di hadapannya terpaku. Cahaya keperakan menyelimuti tubuh Luna, dan ketika cahaya itu pudar, di sana berdiri seorang wanita yang cantiknya melampaui segala imajinasi.
Telinga serigala yang runcing menjulang di antara rambut keperakan yang mengalir seperti air terjun. Mata birunya yang dulu garang kini memancarkan kelembutan, sementara tubuhnya yang sempurna terbungkus gaun putih yang entah datang dari mana. Ia tetap mempertahankan ekor serigala yang berbulu halus.
Jeno menelan ludah, jantungnya berdebar tanpa kendali melihat kecantikan Luna. Sementara Amelia dan Viconia saling bertatapan dengan campuran kekaguman dan... iri hati.
"Walau bentuk manusia sedikit tidak nyaman, tapi enak untuk berinteraksi," Luna berkata dengan suara semerdu kicauan burung fajar.
Saat kedua Penyihir Agung sibuk berusaha mengakrabkan diri dengan Luna, Jeno mengambil kesempatan untuk memeriksa sistemnya.
"Open Status Sistem," gumamnya pelan.
-----
[SISTEM TERINTEGRASI AKTIF]
[IDENTITAS UTAMA:]
- Nama: Jeno Urias
- Klasifikasi Ras: Superhuman Primordial
- Level: ∅ (Trans-dimensional Entity) | Mode Level +12 (Aktif)
- Usia Biologis: 17 tahun
- Usia Jiwa: [ERROR: UNDEFINED]
- ESENSI INTI: Ketiadaan Mutlak (Paradoks Eksistensi)
- ASISTEN SISTEM: Angelina Urias
- MODE OPERASIONAL: Penakluk, Fusion Skill, Analisis Dimensi, Integrasi Roh Purba.
-------
[STATISTIK TEMPUR LEVEL 1]
HP: 1.689,000/1.689,000 (+1.689k dari Lupharion)
MP: 10,000/10,000 (Regenerasi 6%/detik)
STM: 50,000/50,000 (+40.000 Titan Gauntlets + Luna Buff)
ATK: 10,000 (Base Transcendent)
DEF: 10,000 (Absolute Defense)
AGI: 10,055 (+55 Windstep + Phantom Step)
INT: 10,060 (+60 Skill Fusion + System Link)
VIT: 10,100 (+100 Mithril Armor + Primordial Resistance)
CHA: ??? (+150 Luna Recognition + God Slayer Title)
LCK: ??? [SISTEM TERKUNCI]
"Kharisma dan Keberuntungan adalah misteri yang belum saatnya Anda ketahui, Tuan Jeno," Angelina menjelaskan dengan nada misterius. "Dengan kekuatan dari Luna, Anda tidak perlu menggunakan sistem Level 2 dan seterusnya. Kecuali ada situasi yang mengharuskannya."
------
[KEKUATAN UTAMA]
Skill Aktif:
- Stardust Descent: Tebasan suci yang memanggil hujan meteor.
- Void Balance: Pertahanan absolut dimensi ganda.
- Phantom Step: Pergerakan tak terlihat selama 5 detik.
- Frostfire Cascade: Gelombang es-api yang paradoks.
- Judgment Breaker: Tebasan ilahi yang menghukum niat jahat.
- Soul Link: Luna (Akses sayap es dan kemampuan terbang).
- Heaven's Eye: Analisis mutlak musuh dan lingkungan.
- Profesi Aktif:
Petarung Fisik Kelas Transcendent
Pemburu Para Kesatria Suci
Beast Tamer Legendaris
Penyihir Agung 1/10
Magic Swordsmen 1/10
Swordsmen 1/10
Peralatan Legendaris:
- Item Box: Penyimpanan tak terbatas.
- Moonshade: Pedang Mithril berlapis mantra lunar.
- Aetherian Veil: Armor anti-sihir dengan ilusi kabut.
- Titanium Gauntlets: Kontrol senjata +180%.
- Windstep Soles: Kecepatan +40% di segala medan.
- Luna's Ring: Perlindungan dari serangan fatal.
Kekayaan:
- Poin Sistem Pengalaman: 45,784
- Emas: 8 koin (8 juta perak)
- Perak: 378,000 koin
- Perunggu: 765,000 koin
[MISI TERAKTIVASI]
[TUGAS UTAMA]
PENANTANG TAKDIR ILAHI. Deskripsi: Atherion telah diracuni oleh arogansi para dewa dan kesombongan manusia terpilih. Ekosistem spiritual planet ini berada di ambang kekacauan total.
Pilihan Jalur:
Jalur Kehancuran: Hancurkan sistem dunia yang ada dan biarkan chaos absolut mengambil alih
Jalur Rekonstruksi: Bentuk ulang realitas dengan paradigma baru yang lebih seimbang.
Jalur Paradoks: Ciptakan solusi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Bangun kembali keseimbangan seperti sediakala.
Hadiah Penyelesaian Misi Utama:
- Satu permintaan bebas akan dikabulkan.
- Kunci Dimensi Rahasia: Akses ke Ruang Jiwa Tanpa Batas.
- Fragment Identitas Sejati: Potongan misteri tentang asal-usul eksistensi Anda.
TAKLUKKAN BABYLON LABYRINTH (SELESAI 0/75 LANTAI)
- Hadiah: 50.000.000 koin sistem
- Hadiah khusus: Ketrampilan TELEPORTASI MUTLAK.
- PERINGATAN: MISI INI PADA DASARNYA AKAN MENGUBAH TAKDIR ANDA.
PENCIPTAAN DUNIA HAREM.
- Tingkat Kesulitan: Diklasifikasikan
- Durasi: Seumur Hidup
- Hadiah: Artefak Legendaris, Istana Bulan.
-----
[TUGAS SAMPINGAN]
Objektif: Bertahan hidup di Pegunungan Pemangku Dunia selama 72 jam.
Kondisi Khusus:
- Wilayah ini dihuni oleh Ancient Demons level 200+
- Mana corruption level: EXTREME
- Survival rate untuk pemula: 0.001%
Hadiah:
- Peningkatan ketahanan eksistensial
- Formasi Inti Kesadaran Bebas
- Satu slot Kebetulan Mustahil tambahan
------
"Angel, mengapa itemku yang kudapatkan dari berburu tidak ada?" Jeno bertanya sambil mengamati status barunya.
"Sistem telah mengoptimalkan inventori Anda, Tuan. Item yang tidak terpakai telah dikonversi menjadi mata uang untuk efisiensi maksimal," jawab Angelina.
Jeno melihat profesinya yang bisa ditingkatkan, ia bertanya karena tidak tahu. "Gimana caranya meningkatkan profesiku?"
"Gunakan Poin Sistem Pengalaman. Untuk naik ke level dua membutuhkan sepuluh juta poin sistem dan kelipatannya," jawab Angelina di benak Jeno.
Jeno mengumpat dalam hatinya, sebab Poin Sistem Pengalaman sangat sulit didapatkan. Namun, karena tujuan awalnya ingin mati, ia pun gembira di hatinya. Ia berencana untuk tidak mencari Poin Sistem Pengalaman agar dirinya tidak menjadi super kuat.
Setelah puas memeriksa statusnya, Jeno mengangkat kepala dan menatap Luna yang masih dalam bentuk manusia. "Luna, bisakah kau membawaku ke Gunung Sesat? Aku masih ada misi yang harus diselesaikan."
"Tentu saja, Tuan!" Luna tersenyum cerah, tubuhnya kembali diselimuti cahaya keperakan. Ketika cahaya pudar, Lupharion yang besar dan gagah sudah siap dengan sayap terbentang lebar.
Jeno berbalik ke arah kedua Penyihir Agung. "Kalian berdua, apa rencana selanjutnya?"
Amelia merapikan jubah birunya dengan elegan. "Aku ada... panggilan mendesak dari keluarga." Ia tidak menyebutkan bahwa sebenarnya ia ingin melapor tentang Jeno kepada Raja Cedric.
"Aku..." Viconia menyilangkan tangan di dada, "akan kembali ke Kerajaan Greaves dulu. Tidak lama... akan pasti menyusulmu, Jeno."
"Tidak perlu," Jeno mengangkat tangan. "Mungkin besok aku sudah pergi dari Kota Velden."
Senyum percaya diri mengembang di bibir Viconia. "Ke mana pun kau pergi, aku pasti akan menemukanmu."
Amelia mengangguk setuju. "Setelah urusanku selesai, aku juga akan mendampingimu."
Jeno hanya mengangguk, meski dalam hati berharap kedua wanita itu tidak akan mencarinya. Ia menyaksikan mereka mulai merapalkan mantra teleportasi. Muncul lingkaran sihir bercahaya mulai terbentuk di kaki mereka.
"Tunggu kami, Jeno!" keduanya berkata kompak sebelum menghilang dalam kilatan cahaya.
Begitu mereka pergi, mata Jeno berkilat tajam. "Angel, duplikasi mantra teleportasi mereka."
"Sudah selesai, Tuan. Anda kini menguasai Teleportasi dengan jangkauan 20 kilometer per cast, konsumsi 20 MP. Cukup... primitif dibandingkan kemampuan Anda yang lain."
Jeno tertawa puas mendapat skill baru. Ia melompat ke atas punggung Luna dengan gerakan yang anggun. "Yuk, Luna! Ke Gunung Sesat!"
Lupharion mengembangkan sayap besarnya dan melesat ke langit dengan kecepatan yang membuat Jeno berteriak keras dan juga takut dengan ketinggian. Angin menerpa wajahnya dengan kejam, namun ada kebebasan dalam ketakutan itu.
Mereka melesat menembus awan menuju Pegunungan Pemangku Dunia, kecepatan Luna yang luar biasa membuat perjalanan yang seharusnya memakan waktu berhari-hari menjadi hanya hitungan jam.
Namun saat melintas di atas lembah berbatu, mata tajam Jeno menangkap pemandangan yang membuatnya marah, Tim Serigala Pemburu sedang terkepung oleh dua puluh bandit. Rinka, Ren, Kael, Toma, dan Doru berada dalam posisi terdesak, napas mereka tersengal karena pertarungan berkepanjangan.
"Luna! Turun! Sekarang!" Jeno memerintah dengan suara menggelegar.
Lupharion langsung menukik tajam sambil melolong panjang, suaranya membuat para bandit berlari tunggang langgang ketakutan. Ia mendarat dengan dentuman yang menggelegar, menciptakan kawah kecil dan menerbangkan bandit-bandit yang tersisa.
Tim Serigala Pemburu yang semula siap mati kini menatap takjub dan takut saat melihat Lupharion berdiri di hadapan mereka, dan di punggungnya duduk sosok yang mereka kenal baik. Awalnya mereka ketakutan, namun saat melihat Jeno, rasa takutnya seketika menghilang.
"Kak Jeno?!" Rinka tidak percaya dengan matanya sendiri. "Terima kasih sudah dua kali ini menyelamatkan kita."
Jeno melompat turun dengan senyum lebar. "Tidak perlu sungkan... oh iya kalian mau ikut berburu Wyvern di Gunung Sesat? Anggap saja latihan."
Mata Rinka berbinar. "Benarkah? Tapi... apa kami tidak akan jadi beban?"
"Tidak sama sekali. Justru aku butuh teman bicara saat berburu." Jeno menepuk punggung Luna. "Dia kuat, bisa membawa kita semua."
Doru si penyihir minor langsung melompat girang. "Aku ikut! Aku ikut!"
Yang lain tidak mau kalah, mereka semua memanjat ke punggung Lupharion dengan mata berbinar. Luna terkekeh melihat antusiasme mereka.
"Pegangan erat-erat," Jeno memperingatkan dengan seringai nakal, padahal ia sendiri takut dengan ketinggian .
Luna melesat ke langit dengan kecepatan penuh, membuat semua penumpangnya berteriak histeris. Suara tawa Lupharion bergema di udara, senang bisa menakut-nakuti tuannya dan teman-temannya.
Di bawah mereka, dunia berubah menjadi mozaik warna-warni yang bergerak cepat. Gunung Sesat sudah tampak di kejauhan, puncaknya diselimuti awan gelap di mana Wyvern-wyvern ganas bersarang.
Situ Sehat ??!