NovelToon NovelToon
DENDAM GUNDIK

DENDAM GUNDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Kumpulan Cerita Horror / Dendam Kesumat / Balas dendam pengganti
Popularitas:124.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“ARRRGGGHHH! PANAAS! SAAKIIITT!”

Sekar Arum tak pernah membayangkan, setelah dipaksa menjadi gundik demi melunasi hutang orang tuanya, ia justru mengalami siksaan mengerikan dari para perempuan yang iri dan haus kuasa.

Namun, di saat dirinya berada di ambang hidup dan mati, sosok gaib mendekatinya. Roh sinden dari masa lalu yang menyimpan dendam serupa.

Arum akhirnya kembali dan menggemparkan semua orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia kembali dengan membawa semua dendam untuk dibalas hingga tuntas.

Namun, mampukah Sekar Arum menumbangkan musuhnya yang memiliki kuasa?

Atau justru ia akan kembali terjerat dalam luka dan nestapa yang lebih dalam dari sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DG 12

“Ah~~ Pelan-pelan, Juragan. Sakiiit.” Desahan pilu terdengar menggema di dalam kamar dengan cahaya temaram.

Ranjang mulai bergoyang, berderit tak karuan. Juragan menghentak habis si perawan—tanpa ampun, tanpa peduli seperti apa perihnya selaput dara itu terkoyak.

“Kau benar-benar sangat legit, Aruuuummm! Sungguh menggigit!” Juragan Karta mengerang nikmat sambil tertawa, tak hentinya menghentak benda pusaka berbulu gondrong.

Ruangan itu hanya diterangi lampu minyak yang redup dan goyah, melemparkan bayangan lembut di dinding-dinding kayu.

Di sudut ruangan, dupa tanah liat kecil mengepulkan asap tipis dari serbuk bunga rampai yang terbakar perlahan—beraroma melati kering, kenanga, dan sedikit taburan pandan. Harumnya menyebar tenang, menyusup ke pori-pori, menguarkan wangi yang menenangkan, sekaligus membangkitkan sesuatu yang lebih intim. Namun, ada aroma pahit, getir dan tajam yang sesekali terendus.

Di bawah kolong ranjang yang berderit, Arum terbaring di bawah sana. Ia mendesah lalu menjerit. “Terus, Juragan, teruuus. Kau sangat hebat!”

.

.

Sebelumnya.

Pelayan-pelayan di ruangan saling pandang dalam diam, tak berani menatap langsung wajah Arum.

Meskipun baru, Arum yang mereka tau adalah sosok yang tampak lembut dan patuh. Tapi sekarang ... entah bagaimana, sorot mata gadis itu membawa rasa dingin yang membuat leher mereka terasa kaku.

Arum duduk santai di kursi rotan dekat jendela kamar, memindai wajah-wajah di sekelilingnya. Tatapannya tertumbuk pada seorang gadis muda yang berdiri di belakang rombongan pelayan—Sumini.

“Sumini,” ucap Arum pelan.

Gadis itu sontak terkejut. “I-iy—iya, Nona?”

“Ke sini ....” Ujar Arum sambil melambaikan jari tanpa senyum. “Yang lainnya, silahkan keluar.”

Langkah Sumini terasa berat. Ia menggigit bibir, menunduk sedikit saat berdiri di hadapan Arum.

Manik Arum menoleh ke arah Mbah Darsih, ia mengangguk pelan. Mbah Darsih pun keluar, membawa pelayan lain turut serta, lalu sosok tua itu berjaga di depan pintu kamar. Memastikan tak ada satupun pelayan yang menguping pembicaraan antara Arum dan Sumini.

Di dalam kamar, Sumini sudah berkeringat dingin. Ujung jari-jarinya terasa sejuk. Ia tak berani menatap manik Arum yang sedang menelanjangi nya dengan sangat tajam.

“Masih ingat malam ketika kau menjemput ku untuk menghadap Nyai ... di gudang belakang?”

Tubuh Sumini menegang, tentu dia ingat. Malam itu takkan pernah hilang dari ingatannya, karena ia tau dirinya ikut andil—meski hanya sebagai alat.

Sumini mengangguk kecil. Rasa bersalah dan takut mulai menjalar dari ubun-ubun hingga ke ujung tumit.

Arum menegakkan tubuh, menyilangkan kaki, lalu menatap lurus dengan senyum tipis penuh tekanan.

“Dan ... pasti itu bukan tindakan mu yang pertama kali, ‘kan?” Arum mengangkat sebelah sudut bibirnya. Mencetak senyum seringai.

Sumini menggigit bibir. Tubuhnya bergetar pelan. “Saya ... saya hanya menjalankan perintah dari Nyai, Nona.”

Arum tertawa keras mendengar jawaban itu. Tawanya seakan memantul di dinding kamar, membuat Sumini semakin merunduk.

“Ya, tentu aku tau!” Arum bangkit dari kursinya, berjalan perlahan mendekat. “Di rumah ini, tugasmu hanya menuruti perintah. Tapi—” Arum menunduk sedikit, suaranya berubah dingin, “—situasi sudah berubah, Sumini.”

Ia berjalan mengitari Sumini, lalu berhenti tepat di belakang perempuan itu. “Sudah waktunya kau berbalik arah. Bukan perintah Nyai yang harus kau patuhi sekarang ... tapi perintahku.”

Sumini menggeleng cepat, ketakutan. “Nona, saya tak berani. Kalau ketahuan—saya bisa mati. Nyai tak pernah segan menguliti orang yang berkhianat. Saya hanya pelayan. Saya tak punya kuasa untuk menolak beliau.”

Arum menyeringai kecil, sambil membungkuk perlahan—membisikkan sesuatu yang membuat darah perempuan itu seketika berdesir.

“Ku dengar adikmu ... masih sangat kecil, ya? Dititipkan di pondok desa sebelah.” Arum mengangkat alis. “Orangku sudah di sana sejak tadi pagi. Hanya ... tinggal menunggu perintah.”

Sumini menoleh dengan wajah pucat. Bibirnya terbuka, tapi tak ada suara keluar.

“Apa jadinya kalau adikmu yang tak berdosa itu ... harus ikut menanggung akibat dari pilihan yang kau ambil?”

BRUGH!

Sumini langsung bersimpuh di kaki Arum, matanya seketika berkaca-kaca. “Ampuni saya, Nona Arum. Jangan sakiti adik saya, jangan ... tolong. Saya ... saya bersedia. Saya akan mengikuti semua perintah Anda, Nona. Apapun itu.”

“Bagus,” Arum tersenyum puas. “Jika kau melakukan satu kesalahan saja, kau akan menyesal, Sumini—seumur hidupmu.”

Sumini meneguk kasar ludahnya, air matanya sudah berlinang. Ia mengangguk pelan, “Berikan saya perintah, Nona.”

“Gantikan posisi ku malam ini, kau harus memuaskan Juragan!” Arum mulai memberikan perintah pertama.

Manik Sumini membulat, “Maksud Nona ... Saya?”

Arum tak menjawab, ia hanya mengangguk sambil mengulas senyuman seringai.

...****************...

Di balik dapur belakang yang hanya boleh dimasuki pelayan senior, Mbah Darsih membuka lipatan kain lurik tua yang telah dilumuri minyak kelapa dan abu dupa. Di dalamnya, tersembunyi sebungkus kecil bubuk halus berwarna coklat keemasan.

Ia membuka bungkusan tersebut, lalu membubuhkan sejumput bubuk itu ke wedang jahe yang akan dihidangkan untuk Juragan Karta.

“Berikan pada Juragan, dia sedang di ruangan kerja. Pastikan dia meminumnya.” Kata Mbah Darsih sambil menyodorkan semangkuk wedang jahe ke tangan Sekar Arum. “Rasanya samar, nggak akan ketahuan. Pengaruh bubuk jamur topi emas ini sangat luar biasa. Ia akan segera terbuai.”

Arum menunduk, menatap semangkuk wedang itu dengan penuh kehati-hatian. “Jamur topi emas? Tanaman yang katanya dapat membuat orang yang mengkonsumsinya jadi berhalusinasi?”

Mbah Darsih mengangguk. “Dulu, hanya dukun tua dari lereng Lawu yang tau bagaimana menumbuhkannya di batang pohon jati mati. Tanaman ini sering digunakan untuk hal-hal berbau klenik, tak bisa sembarang pula dipetik.”

Wanita baya itu kembali membungkus bubuk yang tersisa. Lalu kembali berkata—

“Jamur ini akan merusak akal. Orang yang memakannya akan melihat apa yang ingin ia lihat. Dalam sekejap, bayangan, suara, bahkan bau yang samar akan menjelma menjadi sesuatu yang sedang ia pikirkan.”

Arum tersenyum, lalu berbisik. “Dengan ini, dia akan percaya kalau dia sedang meniduri diri ini, meski sebenarnya ... hanya Sumini yang ada di ranjangnya.”

.

.

Malam itu, di atas ranjang yang basah, Sumini menangis tergugu. Mahkotanya telah hilang, disantap oleh pria mesum yang cukup membuat perutnya mual selama ini.

Setelah pergelutan panas antara dirinya dengan Juragan Karta, Sumini pun keluar dari kamar Sekar Arum dengan selembar kain jarik.

Sedangkan Arum, ia berbaring di sisi Juragan dengan tubuh polosnya. Bibirnya tersenyum culas.

“Perlahan, kau akan berada di bawah kaki ku, Bandot Tua!”

*

*

*

1
kimiatie
geram ku dengan mak nya arum😡😡😡
Mba Ayuu
kak author semangat, ceritanya makin seru buat Arum satu langkah didepan Wagiman ya kak/Smile/
☆⃝🦉Kareema Humaira
alamak ada pula BANK BINI🤣/Facepalm/
Anggita
Salam kenal kak thor
berawal baca novel ini, dan nunggu up aku iseng baca novel kakak yg lain ehh kepincut sama crtanya bella dan edwin dan abirama, kapan yaa kak di munculin crta mereka /Drool/
Anggita
Salam kenal kak thor
berawal baca novel ini, dan nunggu up aku iseng baca novel kakak yg lain ehh kepincut sama crtanya bella dan edwin dan abirama, kapan yaa kak di munculin crta merekaa /Drool/
Siti Yatmi
waduh ketauan deh arum.....gimana dong...lama2 juga pasti terasa sih..soalnya tiap hari minum. ..
ʟǟֆɛռօʀɨȶǟ_❷❶ℓ🇮🇩
Hati-hati Rum, juragan Karta udah mulai ada tanda-tanda curiga tuh, awas Sumini jngn sampe kek Sari yg Matii kna tragedi uji coba teh beracun.

Juragan Karta itu Licik, Wagiman juga tapi Giman kurang cerdas.

jadi jngn karena Lastri udah tak ada bahaya blom berakhir malah lbh inilah musuh kmu yg sebenarnya.
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
welah bpk e wae kyo gono ank e pun podo wae lah pantes dek e sak wiyah2 kro wong lah wong nurun bpk e
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
kok bisa sih arum ceroboh kan bisa ketahuan
untung kang mas karta masih membela klo g coba gmn itu

dan kok.bisa jeli sekali ya si karta itu
Saadah
Gak ada yang terjadi, cuma kondisi anakmu bisa buat kalian mati berdiri 😆
Saadah
Bagus ... teruslah jadi bodoh Juragan, aku suka kebodohanmu 😂
Saadah
Sebelum ketahuan, semoga kau mati duluan, Karta.
Saadah
Semoga cepat sembuh Kakak ... Aamiin Allahumma Aamiin 🤲💝
Saadah
Rum, minuman mu masih panas kan ... siram aja ke muka Wiyah.
Saadah
Sekarat ... otw masuk perut bumi 😂
EkaYulianti
byk bgt obatnya/Gosh/
semoga cpt sembuh/Determined/
Y.S Meliana
weeh, pak Haji... pak Haji... ko malah terkekeh. tepok jidat aku mah jadi'y
istianah istianah
masih tanda tnya ini siapa yg buta 😎😎
istianah istianah: 🤣🤣😜😜 masih coba" mendug a siapa kira" yg tidak bisa melihat
Ai Emy Ningrum: keren kak kacamata hitam nya 🕶️
total 2 replies
istianah istianah
orang kay itu og gelar haji ,alaaahhhh ,bukan haji lagi tu
hajingannnnnn......🤭🤭🤭👍🏻👍🏻👍🏻
istianah istianah
tresnaku ya 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!