NovelToon NovelToon
Wanita Idaman Ketua Mafia

Wanita Idaman Ketua Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: MJ.Rrn

Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku akan menikah...

“Kamu kesini juga Vanya?” Tanya Bastian terkejut melihat sahabatnya itu, padahal sepengetahuannya Vanya masih ada tanggung jawab satu pasien malam ini.

“Kenapa? Kan ada Raysa.” Jawab Vanya santai tanpa merasa bersalah, dia segera duduk di kursi dan mencari keberadaan seseorang.

Sebenarnya tadi siang Vanya mendengar pembicaraan Bastian dan Elang melalui sambungan telepon, Elang dan Bastian berjanji bertemu dan karena itulah Vanya meminta Raysa menggantikan supaya bisa ikut bergabung dengan Elang dan Bastian.

Elang yang baru kembali dari toilet mendengarkan semua perkataan Vanya, Elang mengepalkan kedua tangan nya marah.

“Bas, gue duluan. Gue masih ada urusan.” Ucap Elang mengabaikan keberadaan Vanya disana.

“Kamu mau kemana Lang, aku baru sampai.” Teriak Vanya.

“Itu ada Bastian, kalian bisa makan bersama.” Balas Elang segera melangkah pergi, lagi dan lagi Vanya hanya bisa menghela nafas kasar.

“Bas, Elang mau kemana?” Tanya Vanya menatap Bastian, Bastian menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis.

Bastian langsung mengetahui kemana tujuan Elang saat ini, dia yakin pasti Elang mendengar perkataan Vanya tadi.

“Kamu tidak jera ya Van, padahal kamu selalu ditolak oleh Elang. Kamu kapan akan berhenti.” Balas Bastian menggelengkan kepala dan kembali fokus dengan makanannya.

“Tidak akan pernah, Elang hanya boleh menjadi milikku.” Jawan Vanya marah.

….

Raysa meregangkan otot kepalanya yang terasa sangat pegal, wanita itu akhirnya menghembuskan nafas lega setelah selesai letakkan laporan hasil pemeriksaan pasien terakhir malam ini di meja Vanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Raysa memutuskan untuk segera pulang. Dia tidak sabar untuk membaringkan badan di kasur empuk miliknya. Tapi begitu sampai di parkiran langkah Raysa terhenti begitu melihat kearah Elang yang bersandar di depan mobilnya. Seperti biasa, ada sebatang rokok di jari pria itu.

“Ayo pulang.” Ajak Elang membuang rokoknya di jalan dan menginjaknya.

Raysa yang malas berdebat karena sudah sangat lelah, hanya menganggukkan kepala dan masuk kedalam mobil yang pintunya di bukakan oleh Elang.

“Terima kasih.” Ucap Raysa, Elang tersenyum menganggukkan kepala dan segera masuk ke pintu di sisi sebelahnya.

“Vanya mengerjai kamu.” Ucap Elang membuka pembicaraan mereka, Raysa menoleh sejenak sebelum menjawab, mereka saat ini sedang di dalam perjalanan menuju rumah Raysa.

“Semua karena kakak.” Balas Raysa ketus, Elang tersenyum tipis.

“Kamu bisa menolak.” Lanjut Elang menanggapi.

“Siapa yang berani menolak.” Balas Raysa lagi masih dengan wajah cemberut.

Elang dan Raysa kembali sama-sama diam selama beberapa menit, tapi perkataan Raysa selanjutnya berhasil membuat Elang kesal dan menghentikan mobilnya.

“Kak, sebaiknya kakak perjelas hubungan kakak dengan dokter Vanya dan lepaskan aku.” 

Elang menatap lekat wajah Raysa, dia menggelengkan kepala menolak.

“Jangan meminta sesuatu yang tidak akan pernah terjadi.” Jawab Elang dengan nada suara datar tapi terlihat jelas kalau dia sedang marah.

“Aku capek kak kalau begini terus. Sebaiknya aku penuhi saja permintaan papa, menikah..” Ucap Raysa menjeda perkataannya, Raysa menghembuskan nafas kasar dan melihat ke arah berbeda.

“Raysa, lanjutkan perkataan kamu.” Pinta Elang mengambil dagu Raysa dan memutar wajah wanita itu menghadap ke arahnya.

Raysa melepaskan tangan Elang, dia menggelengkan kepala pelan memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya. Yang terasa lelah bukan hanya tubuh, tapi juga pikiran dan perasaannya juga.

Elang yang masih penasaran dengan perkataan Raysa kembali melajukan mobil, tapi dia langsung berbelok ke arah yang berbeda, sekarang tujuan Elang bukan lagi kerumah Raysa, tapi ke rumah miliknya.

Raysa menyadarinya, tapi dia masih tetap diam memejamkan mata. Jangankan untuk berdebat, membuka mulut untuk bicara saja terasa sangat malas baginya.

Setelah pintu gerbang terbuka dan mobil melaju masuk, barulah Raysa membuka matanya. Wanita itu masih tetap diam membisu, bahkan dia tidak protes atau bertanya kenapa mereka ke tempat ini. Sikap Raysa semakin membuat Elang heran dan penasaran.

Elang membuka pintu rumah, Raysa melangkahkan kaki masuk dan membaringkan tubuhnya di sofa tengah rumah. Elang juga tetap diam, membiarkan Raysa untuk istirahat karena dia paham pekerjaan Raysa sangat melelahkan.

Dengkuran halus terdengar oleh Elang, pertanda kalau Raysa sudah terlelap dalam tidurnya. Elang tersenyum tipis mengambil tubuh Raysa dan menggendongnya, Elang memindahkan Raysa ke dalam kamar.

Sebenarnya Elang penasaran dengan kelanjutan perkataan Raysa tadi, tapi dia juga tidak ingin memaksa sekarang. Masih ada hari esok dan Elang menyadari kalau istirahat yang paling dibutuhkan oleh Raysa saat ini.

Setelah membersihkan diri dan memperbaiki selimut Raysa, Elang mendudukan tubuhnya di samping wanita itu. Elang segera mengganti lampu kamar dan perlahan memejamkan matanya.

Malam semakin larut, Raysa menggeliat dan perlahan membuka mata. Raysa juga menyentuh kain yang menyelimuti tubuhnya dan melihat ke sekeliling ruangan, setelah itu barulah Raysa sadar kalau sekarang dia berada didalam sebuah kamar dan bukan kamarnya. Raysa segera menoleh kesamping dan mendapati Elang yang tertidur dalam posisi duduk.

“Kak.” Panggil Raysa membangunkan Elang, Elang membuka mata dan menatapnya.

“Kenapa tidak berbaring, nanti kepala kakak pegal?” Tanya Raysa, Elang tersenyum tipis.

“Kakak butuh izin kamu.” Jawab Elang.

“Mencium aku saja kakak tidak minta izin, sekarang sok nunggu izin pula. Aneh.” Balas Raysa segera duduk menyalakan lampu besar dan mematikan lampu tidur.

Raysa meneguk air minum yang diletakkan Elang disamping tempat tidur, tenggorokan Raysa terasa sangat kering.

“Kenapa malah bangun?” Tanya Elang heran.

“Aku mau mengabari mama dulu, takutnya kuatir.” Jawab Raysa segera mengambil ponsel dari kantong celana dan mengetik pesan yang akan dikirim kepada mamanya.

“Kak.” Panggil Raysa setelah meletakkan ponselnya, dia memiringkan tubuhnya dan melihat ke arah Elang.

“Hmm apa?” Tanya Elang penasaran.

“Sebaiknya aku berhenti saja dari rumah sakit, aku capek kalau setiap hari harus melayani kemarahan dokter Vanya. Sepertinya dia akan terus menindas ku sampai akhirnya mendapatkan kakak.” Jawab Raysa lirih, Elang menatap tidak percaya dengan perkataan Raysa.

“Tidak usah, kalau kamu mau Vanya yang akan berhenti dari sana.” Balas Elang, Raysa tersenyum sumbing menggelengkan kepala.

“Rumah sakit lebih butuh dokter Vanya dari pada aku, lagian lambat laun aku juga akan tetap berhenti dari sana.” 

“Kenapa, apa yang membuat kamu ingin berhenti? Kamu tidak nyaman disana?” 

“Aku nyaman kak, semua orang baik terutama dokter Bastian. Baik banget malah, tapi aku punya alasan lain.” Jawab Raysa masih ragu untuk mengatakan kepada Elang.

Elang menatap dalam kedua mata Raysa, dia bisa merasakan kegelisahannya.

“Alasan apa? Kakak mau dengar.” Tanya Elang, Raysa menggelengkan kepala sambil tersenyum kecut.

“Ray, kakak tidak suka kalau ada rahasia yang kamu sembunyikan.” Balas Elang, Raysa mengulurkan tangannya dan membelai wajah Elang.

“Kenapa sih marah-marah terus, padahal bisa lebih lembut.” Ucap Raysa mengabaikan pertanyaan Elang, Elang mengambil tangan Raysa dan memegangnya.

“Katakan Ray.” Ucap Elang meninggikan suara nya, Raysa menatap Elang dengan mata berkaca-kaca. 

“Aku akan menikah, kedua orang tuaku dan Angga sudah membicarakannya. Aku nanti juga akan ikut pindah ke kotanya.” Jawab Raysa mulai meneteskan air mata, entah kenapa sangat sakit rasanya untuk berkata jujur kepada Elang.

Bersambung...

1
Reni Anjarwani
doubel up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!