Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Kualitas Mantan 10.
...~°Happy Reading°~...
Tari sebagai kepala pelayan yang sudah melayani lama di rumah itu, jadi emosi dan tidak terima nyonyanya dihina atau difitnah oleh Selina yang bersikap melebihi nyonya besar.
Pengacara Amarta mendapat angin baik, saat melihat reaksi Tari. "Apa'kah Bu Arlen hanya memberikan liburan dan tidak ada yang lain?" Pengacara Amarta mengorek keterangan lain lagi dari Tari.
Pengacara Amarta yakin, Tari tahu banyak hal dalam rumah itu, karena melihat reaksi Dominus dan Selina saat mendengar keterangannya. Mereka seperti orang yang berada di tempat tinggi dan merasa gamang.
"Ibu memberikan amplop putih berisi uang banyak buat saya dan minta dibagikan kepada yang lain juga untuk ongkos dan jajan." Ucap Tari, pelan. Dia jadi merasa sedih, mengingat kebaikan Arlena yang tidak pernah bersikap kasar atau membentak mereka.
"Melihat uang yang diberikan, kami putuskan ke Mall untuk makan dan shoping." Tari meneruskan makin pelan, karena air mata mulai bergulir di pipi.
"Jadi kalian semua tidak tahu yang terjadi di rumah ini?" Pengacara Amarta memperjelas.
"Tidak, Pak. Ibu hanya minta kami pulang sore, karena Ibu mau keluar. Jangan sampai kami pulang duluan dan tidak bisa masuk."
"Sudah dengar? Itu hanya alasan. Dia sengaja menyuruh mereka pergi untuk lakukan niat jahatnya..." Selina kembali menyemburkan api untuk memanaskan Dominus.
'Niat jahat? Masih bagus Ibu tidak panggil tukang untuk merobohkan tembok rumah ini.' Tari membatin dengan emosi, tapi hatinya makin sedih mengingat Arlena.
Pengacara Amarta yang melihat kondisi Tari yang sangat sedih, jadi berpikir lain. 'Pak Domi akan sangat tidak diuntungkan jika meminta kepala pelayannya menjadi saksi di pengadilan.'
"Baik, Tari. Terima kasih. Anda sudah boleh tinggalkan kami." Pengacara Amarta meminta Tari tinggalkan mereka, tanpa menghiraukan semburan Selina.
"Terima kasih, Pak." Tari langsung berjalan masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa pun kepada Dominus atau Selina.
"Tadi saya sudah ingatkan, jangan memberikan asumsi karena mendengar keterangan orang. Tidak semua orang berniat jahat saat memberikan gift, sebagai tanda perpisahan."
"Anda tidak tahu, hari ini adalah hari perpisahan Bu Arlen dengan para pelayan yang sudah melayaninya bertahun-tahun?"
"Apa anda punya masalah atau dendam terhadap Bu Arlena?" Pengacara Amarta berdiri berhadapan dengan Selina.
"Saya tidak punya masalah dengannya. Untuk apa dendam padanya?" Ucap Selina seakan Arlena bukan apa-apa baginya.
"Anda berkata tidak masalah, tidak dendam. Tapi apa yang anda katakan menunjukan keadaan hati yang penuh kebencian."
"Saya bukan membenci. Tapi saya yakin pengrusakan ini dia yang lakukan, karna dia pernah lakukan di...."
"Selin, cukup...! Kondisi rumah ini yang perlu dipikirkan." Dominus mencegah Selina mengatakan yang terjadi di kantor, di mana Arlena merusak isi ruang kerjanya. Dominus tidak mau melebar, karena sedang pusing memikirkan perabot pengganti.
Selina jadi kesal dan marah, karena ucapannya dipotong oleh Dominus. Emosinya tidak bisa disembunyikan dari pengacara Amarta dan Dominus. 'Wanita ini masih muda, labil dan cepat ngambek. Mungkin Pak Domi rabun dekat, saat main mata dengannya?' Pengacara Amarta membatin saat melihat sikap merajuk Selina.
"Bagus kalau anda tidak membenci beliau. Kalau anda terus menuduh beliau lakukan pengrusakan, saya mau tanya kepada anda sebagai sesama wanita." Pengacara Amarta mendapat peluru gratis untuk ditembakan kepada Selina.
"Jikalau.... Saya katakan jikalau, ya. Jikalau terbalik, posisi anda berada di Bu Arlen, yang tahu suami punya wanita lain. Apa yang anda lakukan dengan rumah ini?"
"Saya akan membakar rumah ini." Jawab Selina tanpa berpikir, membuat Dominus terkejut. Selina hanya mau berikan peringatan kepada Dominus. Tetapi pengacara Amarta tersenyum dalam hati, sebab pelurunya tepat sasaran.
"Sayangnya, Bu Arlen bukan anda. Beliau punya cara yang halus dan elegan menghukum orang yang menyakitinya."
"Saya mengatakan ini, bukan karena yakin beliau yang lakukan pengrusakan. Tapi beliau sudah tunjukan saat mengajukan berbagai syarat sebelum tanda tangan surat cerai."
"Jadi seperti yang dikatakan Pak Domi, fokus pada rumah ini, karena sekarang anda adalah ISTRI PAK DOMI."
"Justru karna saya istrinya, makanya mau menuntut. Dari pada bertukar kata di sini, kita lapor polisi saja. Biar diselidiki siapa pelakunya." Selina menyemburkan yang ada dipikirannya tanpa berpikir lagi. Dia merasa kesal dan frustasi, tidak didukung oleh Dominus.
"Mau lapor polisi? Anda sudah pikirkan akibatnya jika polisi mulai menyidik dan diketahui publik?" Pengacara Amarta coba bersabar, walau hatinya sudah perlu dialiri air dingin.
Pertanyaan pengacara Amarta membuat Dominus seperti orang yang di slepet karet gelang berkali-kali. Sontak dia melihat Selina yang sedang meradang dan tidak bisa ditenangkan.
"Anda perlu tahu juga, saya ada di sini bukan untuk bertukar kata tanpa makna. Saya datang di sini untuk memberikan konsultasi hukum sebagai pengacara Pak Dominus."
"Pak Domi, seperti yang dikatakan istri anda. Jangan terus bertukar kata. Saya bukan pengangguran, tapi pengacara. Dan saya pengacara anda."
"Saya minta waktu untuk berbicara empat mata dengan anda." Pengacara Amarta berkata tegas, agar terhindar dari sang pengganggu seperti laron yang terus berputar di sekitar cahaya lampu.
"Selin, ini ambil kunci. Tunggu di mobil." Dominus terima saran Amarta lalu berikan kunci mobil kepada Selina, agar bisa tinggalkan mereka.
"Aku tidak akan pergi dari sini. Enak saja main usir, usir... " Selina tidak terima kunci mobil dan tetap mau berada di ruang tamu.
"Silahkan tinggal di sini. Mungkin anda bisa lebih kreatif melihat perabot rusak ini. Saya permisi, pulang." Pengacara Amarta berkata, sambil memberikan isyarat kepada Dominus untuk mengikutinya.
"Sebentar Pak Amarta. Itu Tari sudah bawa minuman. Minum dulu..." Dominus mencegah, saat melihat Tari datang sambil membawa gelas berisi air mineral di nampan.
"Alhamdulillah... Ada dapat minuman. Terima kasih." Pengacara Amarta langsung minum air mineral dengan satu tarikan nafas.
"Tolong bawah air minum yang sangat dingin buat nyonya barumu." Bisik pengacara Amarta sambil menggerakan kepala ke arah Selina yang sedang bersitegang dengan Dominus.
Tari jadi tersenyum melihat gerakan kepala pengacara Amarta dan mendengar bisikannya. Dia mengangguk mengerti, sambil menahan senyum.
'Orang begitu ngga akan dingin dengan air. Bagusnya dikasih minum salju dan direndam dalam bak berisi batu es.' Tari membatin sambil jalan ke dapur. Dia jadi emosi, karena sejak tadi mendengar apa yang dikatakan Selina.
Pengacara Amarta langsung berjalan keluar dari rumah. Dia berpikir, kalau Dominus mau lakukan yang benar, harus mengikuti dia. Tidak perlu diulang untuk ke dua kali atau dipaksa.
"Pak Amarta, tungguuu..." Dominus memanggil sebelum pengacara Amarta membuka pintu mobil.
"Apa yang mau dibicarakan tadi?" Tanya Dominus dengan nafas terengah-engah.
"Pak Domi, saya bicara cepat dan Pak Domi dengar saja yang saya katakan. Ini nasehat saya sebagai pengacara anda." Pengacara Amarta berbalik dan berdiri berhadapan dengan Dominus yang mendekat seorang diri tanpa Selina.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
cepet juga keluarga arlena datang semoga ibu dan anaknya sehat dan selamat aammiin 🤲🤲
nungguin baby nya keluar
up Thor 😭pengen tau cwek atau cwok anaknya
di formalin pun ulet bulu nggak bisa di bilang muda terus lah wong kerjaannya marah" cepet tua lah dia
up Thor 🥱 aku nunggu tuh dom" ma ulet bulu ketemu ma Yoel dan papanya
bener mungkin debay nunggu grandma sama grandpa yaah mau ditungguin ya lahir nya
ehh ngapain tuh domi disitu, apa anaknya masuk RS atau istri nya yg masuk RS 🤣🤣