NovelToon NovelToon
Pesona Cinta CEO Tampan

Pesona Cinta CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Maura, gadis lugu dari kampung dengan mimpi besar di kota, bekerja sebagai pengasuh nenek dari seorang milyader muda bernama Shaka Prawira. Tak disangka, Maura juga ternyata mahasiswi di universitas milik Shaka. Di balik sikap dinginnya, Shaka menyimpan perhatian mendalam dan mulai jatuh cinta pada Maura—meski ia sudah memiliki tunangan. Terjebak dalam cinta segitiga, Maura harus memilih antara impian dan perasaannya, sementara Shaka berkata,

"Aku sangat menyukaimu, Maura. Aku ingin kau ada saat aku membutuhkanku."

“ anda sudah bertunangan tuan ,saya tidak mau menyakiti hati wanita lain .”

“ Kau tidak akan menyakitinya sayang ,Thalita urusanku ”.

Namun, apakah cinta mampu mengalahkan janji dan status?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22

Langit malam mulai menggulung kelam, menyelimuti kota dengan udara dingin dan gerimis tipis yang memantul di kaca-kaca apartemen. 

Dalam ruangan gelap yang dikelilingi layar dan peta digital kota, seorang pria bertubuh kekar sedang berbicara lewat sambungan telepon.

“Tuan Shaka sudah mulai curiga kepada Nona Thalita, Nyonya.”

Sebuah suara tenang dan berwibawa terdengar dari ujung sambungan, suara yang begitu dingin dan terukur.

“Biarkan saja dulu. Aku ingin tahu sejauh mana Shaka bertindak. Kalau dia tak menemukan sesuatu yang berharga, baru kita bertindak.”

Klik. Sambungan ditutup.

Pria itu langsung kembali menatap layar, memperbesar tampilan unit apartemen 2017—milik Thalita. Ia bukan bekerja untuk Thalita, melainkan mengawasi Thalita  atas perintah majikannya , yang masih menjadi misteri. Mata-mata ini bukan sekutu Thalita. Ia adalah ancaman diam-diam.

*

*

*

Suasana kantin kampus siang itu cukup ramai. Mahasiswa berlalu-lalang, beberapa duduk sambil menenteng laptop, sebagian lagi tertawa ringan sambil menikmati waktu istirahat di sela jam kuliah. Di salah satu pojok kantin yang cukup teduh, duduklah Maura dan Laila, dua sahabat yang sejak awal kuliah sudah seperti saudara.

Dua mangkok bakso panas mengepul di hadapan mereka. Aroma kuah yang gurih membuat suasana semakin hangat.

"Li, gimana kalau nanti habis kuliah kita jalan-jalan ke mal, ya?" ucap Maura sambil meniup sendoknya. "Aku baru aja gajian ini gaji pertama ku. Sekalian traktir kamu makan, deh!"

Laila menoleh dengan tatapan kaget tapi senang. “Hah? Serius, Ra? Traktir?”

Maura mengangguk mantap. “Iya dong. Lagian aku juga ada barang yang mau aku beli. Mau aku kirim ke kampung, buat adikku. Dia minta sepatu baru, katanya sepatunya sudah sempit.”

Laila tersenyum, melihat ketulusan dari sahabatnya itu. “Kamu tuh ya, selalu mikirin keluarga. Hebat banget.”

“Yah, gimana ya. Dia kan adikku satu-satunya. jadi aku harus perhatiin dia. Gak seberapa sih gajiku , tapi kalau bisa bikin dia senang, aku juga ikut senang.”

Laila mengaduk-aduk baksonya, lalu mengangguk pelan. “Oke deh, Ra. Aku ikut. Tapi... jangan sampai terlalu malam pulangnya ya. Takut papa aku nggak ngijinin.”

Maura langsung tertawa kecil. “Iya iya, aku ngerti kok. Kamu kan anak rumahan banget. Paling banter keluar cuma buat ke kampus dan pulang.”

“Iya dong,” Laila menyeringai. “Papa aku tuh protektif banget. Kalau aku keluar malam, bisa-bisa langsung di telepon lima menit sekali.”

“Hahaha... yaudah, nanti kita jalan abis kuliah terakhir aja. Gak usah lama-lama, yang penting refreshing. Sekalian cari hadiah buat adik aku.”

Laila tersenyum lebar, wajahnya tampak berseri. “Oke. Tapi kamu jangan lupa ya, aku mau milih tempat makan!”

“Oke, bos! Aku nurut aja. Yang penting kamu happy.”

Mereka tertawa bersama, obrolan mengalir ringan sementara mangkok bakso di hadapan mereka perlahan mulai kosong. Suasana kampus tetap riuh, tapi bagi Maura dan Laila, siang itu terasa hangat dan menyenangkan—karena ada sahabat, makanan enak, dan rencana kecil yang bisa membuat hari lebih berwarna.

Tiba-tiba, dari arah pintu kantin, langkah tegap seseorang menarik perhatian banyak pasang mata. Alex, dengan raut tenangnya yang khas dan senyum tipis di bibirnya, berjalan santai mendekati mereka. Ia langsung duduk di samping Maura tanpa peduli pada tatapan penuh tanya—bahkan cemburu—dari beberapa mahasiswa lain.

“Lagi makan siang, ya?” Alex menyapa sambil meletakkan tasnya di lantai.

Maura yang sedikit terkejut, hanya membalas dengan senyum kecil. “Iya, baru saja selesai.”

Laila mengangguk singkat. “Kok kamu bisa ada disini, Lex nggak ada tugas di organisasi ?”

Alex nyender santai di kursinya. “Kebetulan lewat tadi dan lihat ada kalian di sini , jadi sekalian mampir. Kangen juga ngobrol sama kalian.kebetulan tugas lagi kosong .”

Namun, kedatangan Alex tidak luput dari perhatian geng Megan yang duduk agak jauh di sudut kantin. Megan, gadis populer di kampus dengan gaya glamor dan gengsi tinggi, langsung menajamkan tatapannya ke arah Maura. Teman-temannya, seperti biasa, mulai memanas-manasi.

“Itu  Alex cowok yang kamu incar, Meg. Dan sekarang dia malah duduk bareng Maura?” bisik salah satu dari mereka.

Megan mengepalkan tangan di bawah meja, senyum sinis mulai menghiasi wajahnya. “Aku harus turun tangan sendiri,” gumamnya dingin.

Tanpa membuang waktu, Megan bangkit dan melenggang anggun ke arah meja Maura. Senyum manis tersungging di bibirnya, tapi sorot matanya tajam menusuk.

Megan tersenyum manis meski dalam hatinya berkecamuk. Ia tak suka melihat Maura duduk bersama Alex, apalagi sambil tertawa-tawa kecil. Tanpa diundang, Megan menarik satu kursi dan duduk di samping Alex.

"Hai, kalian seru banget ngobrolnya. Nggak ajak-ajak?" ujar Megan dengan nada ceria tapi penuh sindiran.

Laila menatapnya sebentar lalu menyeringai. "Oh, Megan. Kami kira kamu sibuk update outfit di story Instagram seperti biasa."

Maura hanya diam sambil sesekali menatap ke arah Alex.

Megan mengabaikan sindiran Laila. Ia langsung menatap Alex. "Alex, kamu nggak bosan duduk sama mereka? Aku tahu satu tempat baru yang asyik banget buat ngopi, kamu pasti suka."

Alex hanya mengangguk kecil. "Mungkin nanti. Aku masih mau santai di sini dulu."

Laila tertawa pelan. "Iya, Meg. Nggak semua orang suka tempat yang terlalu... 'mewah' buat pamer."

Megan memaksakan senyum. "Laila, kamu lucu banget ya. Tapi ngomong-ngomong, Maura, kamu masih kerja di rumah nenek tua itu, ya? Hebat juga kamu bisa bagi waktu kuliah sambil kerja."

Maura menjawab tenang, "Iya, namanya juga usaha. Kan nggak semua orang bisa santai tanpa mikirin biaya hidup."

Laila tertawa lebih keras. "Nah tuh, Meg. Belajar tuh dari Maura. Nggak perlu sepuluh tas branded buat bisa kelihatan berkelas."

Megan menahan emosi, namun tetap tersenyum. "Aku memang suka barang bagus, Lay. Dan untungnya, aku bisa beli tanpa harus kerja."

Laila mengangkat bahu santai. "Iya ko sih, tinggal minta papa, beres."

Alex hanya memandangi mereka satu-satu, tapi ekspresi wajahnya mulai terlihat bosan.

Melihat itu, Megan berdiri. "Aku ada kelas. Senang banget bisa nimbrung sebentar. Sampai ketemu lagi, Alex," katanya sambil menatap tajam ke arah Maura.

Setelah Megan pergi, Laila menoleh ke Maura dan berbisik pelan, "Dia makin panas ya, lihat kamu duduk bareng Alex."

Maura hanya menggeleng pelan. "Aku nggak ngerti kenapa dia harus seperti itu."

Alex akhirnya buka suara. "Biarkan saja. Aku nggak suka drama."

Megan melangkah cepat meninggalkan meja tempat Maura dan Laila duduk bersama Alex. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras, dan matanya menatap lurus ke depan. Rasa marah dan gengsi yang tercabik membuat dadanya sesak. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak di depan pria yang selama ini berusaha ia dekati.

Seketika ia menjatuhkan diri ke kursi di meja tempat Astrid dan Rena menunggunya.

"Astaga, Meg. Muka kamu merah banget. Kenapa?" tanya Rena sambil menyeruput es kopi susu.

"Jangan bilang kamu barusan ribut sama Maura," sahut Astrid sambil memutar bola mata.

Megan menghempaskan rambut panjangnya ke belakang dengan gerakan dramatis. "Mereka—mereka ngeledek aku di depan Alex! Si Laila itu, mulutnya tajam banget! Dan Maura cuma diem, tapi tatapannya tuh... seakan-akan dia bangga bisa duduk bareng Alex!"

Rena melotot. "Serius? Si Maura? Cewek kampung itu?"

"Iya!" geram Megan. "Gue duduk baik-baik, ngajak ngobrol Alex, tapi mereka malah ngeledek gaya gue, bilang aku cuma suka pamer dan nggak punya kerjaan."

Astrid menggeleng pelan. "Udah dari dulu juga Laila emang nyebelin, tapi Maura... sekarang makin jadi, ya? Dulu mah pendiem."

"Karena dia ngerasa punya tempat sekarang," kata Megan sinis. "maura cukup pintar dalam pelajaran. Aku yakin dia manfaatin itu untuk dekat dengan Alex."

Rena mendesah. "Lalu sekarang kamu mau ngapain? Nyerah?"

Megan menatap kedua sahabatnya tajam. "Nggak. Justru gue bakal balas mereka. Gue bakal bikin Alex berpaling dari Maura, dan tunjukkin siapa yang lebih pantas ada di sisinya."

Astrid bersandar santai, menyilangkan kaki. "Oke, Meg. Kalau kamu butuh bantuan buat ngatur strategi, kita siapKan seru juga main sedikit... api."

Megan tersenyum tipis, matanya menyala penuh dendam. "maura kamu harus bersiap mental  .”

Bel tanda masuk kembali berbunyi nyaring, membuat suasana kantin mulai ramai oleh mahasiswa yang bersiap kembali ke kelas.

Laila melirik jam tangannya, lalu menepuk pelan lengan Maura. “Ra, udah waktunya nih. Kita masih ada satu mata kuliah lagi, kan?”

Maura mengangguk sambil merapikan tas kecil di pangkuannya. “Iya, habis ini baru kita bebas. Katanya kamu mau ajak aku jalan-jalan, kan?”

Laila tersenyum lebar. “Iya dong! Kita harus refreshing sebelum minggu depan mulai sibuk lagi.”

Alex yang sejak tadi duduk santai memperhatikan mereka, mengangkat alis. “Mau ke mana kalian setelah ini?”

Laila menjawab lebih dulu. “Rahasia dong, Kamu sendiri masih di sini, Lex?”

Alex mengangguk singkat. “Aku ada janji ketemu dosen sebentar lagi. Habis itu mungkin balik .”

Maura berdiri sambil merapikan roknya yang sempat kusut. “Kalau begitu, kami pamit dulu ya. Makasih udah temenin makan siang.”

Alex tersenyum tipis. Tatapannya sempat tertahan lebih lama di wajah Maura. “Hati-hati di jalan. Jangan pulang terlalu malam.”

Laila menyikut pelan bahu Maura sambil nyengir, membuat gadis itu hanya bisa tersenyum kikuk.

“Kami pergi dulu, Alex!” seru Laila ceria sambil menarik tangan Maura meninggalkan meja.

Begitu mereka berdua menjauh, Alex menyandarkan tubuhnya ke kursi, membiarkan pikirannya terbang bersama senyum Maura yang diam-diam mulai menghantui ruang hatinya.

Jam kuliah masih berlangsung ketika ponsel Maura yang disimpan dalam tas kecilnya bergetar pelan. Ia melirik ke arah dosen yang masih sibuk menjelaskan materi di depan kelas, lalu dengan hati-hati membuka layar ponselnya.

1 pesan masuk dari: Shaka

Aku jemput kamu nanti habis kuliah.

Maura menahan napas sejenak, lalu membalas cepat.

Jangan, KA . Aku udah janji sama Laila. Kita mau jalan-jalan ke mal, sekalian aku mau traktir dia makan.

Balasan datang nyaris seketika.

Ya udah, aku ikut. Aku juga mau ditraktir.

Maura mendesah pelan sambil menutup layar ponselnya. Laila yang duduk di sebelahnya melirik penasaran.

"Siapa tuh? Senyum-senyum sendiri," bisik Laila setengah menggoda.

Maura mendekatkan wajahnya dan berbisik, “Shaka. Dia mau jemput aku habis kuliah.”

Laila menaikkan alis. “Lho? Bukannya kita mau ke mal?”

“Iya, aku udah bilang gitu. Tapi dia malah mau ikut juga. Katanya juga mau ditraktir,” ucap Maura pelan, menahan geli.

Laila menatap Maura dengan ekspresi bercampur bingung dan geli. “Seriusan deh, cowok satu itu makin hari makin ngelunjak. Untung  cakep, tajir lagi , kok kayak gak bisa jauh dari kamu ya sekarang ?.”

Maura hanya tersenyum kecil. “Aku gak enak juga menolak .... dia pasti capek kerja, mungkin pengen refreshing juga .”

“Hmm, ya udah. Tapi traktirannya tetep buat aku kan?” Laila menyeringai.

“ Iya i… dong,” sahut Maura tertawa pelan.

Bel tanda akhir pelajaran pun berbunyi. Mahasiswa mulai bersiap meninggalkan kelas.

1
Petir Luhur
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!