seorang perwira tentara yang memiliki masa lalu kelam dengan ayahnya dan akhirnya dia menemukan cinta pertamanya
* maaf ya kalo jelek pemula soalnya😁
semua isi cerita ini hanya fiksi belaka. tempat kejadian, nama tokoh, musuh dan lainnya merupakan ide dari author itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirput10i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kata terakhir
Bab 22
Aku bernapas lega karena Irma sudah menjauh dari sini, tapi Arga sudah berada di depanku dengan membawa pistolnya yang menempel di kepalaku. Jika aku bergerak sedikit saja maka aku akan tidak bisa bergerak lagi selamanya.
" Ada kata-kata terakhir Brigjen......Faisal? " Ucapnya dengan bersiap menembakku.
" Aku tak akan menyerah sampai MATI! " Ucapku.
Dia hanya berkata " baiklah " dan jarinya sudah ada ditombol pistol. Tapi belum sempat dia menekan, Amir sudah menendangnya dari samping kiri dan membuat pistolnya jatuh ke bawah kami, dan Amir pun menginjak pistol itu hingga hancur.
" Faisal! Lu gpp? "
" Ya...gua gpp..." Jawabku dengan ngos-ngosan.
" Dimana Yamato? "
" Disini! " Ucap Yamato yang baru tersadar
" Irma gpp kan?! " Tanya Amir dengan khawatir
Aku hanya mengangguk untuk menjawabnya dan wajahnya tampak tenang sekarang. Tapi Arga malah tertawa dengan terbahak-bahak, dan berkata kepada kami dengan nada yang aneh.
" Gadis bernama Irma itu tidak boleh dimiliki orang lain kecuali aku! "
" Saya ga akan biarin Irma menjadi jodoh orang sepertimu! " Jawab Amir dengan marah.
" Mudah....kalau kau tidak menyetujuinya, maka aku akan membuat perwira di belakangmu itu tidak bisa memilikinya juga! " Jawabnya dengan memegang pisau kecil.
Lalu setelah menjawab seperti itu dia melemparkan pisau ke arahku dengan jumlah yang banyak tapi ditangkis oleh Amir satu persatu. Aku hanya tergores sedikit, tapi sayangnya Amir yang mendapat luka dari pedang itu lebih banyak hingga pedangnya terlepas dari tangannya. Dia terlihat sangat kelelahan karena pisau kecil yang tajam itu.
Dengan darahnya yang mengalir dari tangan kanannya ke tanah.
" Amir....." Ucapku pelan dengan Amir yang
Dia hanya melirik ke arahku dan kembali melihat Arga. Dia benafas sangat berat karena itu, Namun dia melihat lagi kearahku dan berbicara sesuatu.
" Gua....gpp....."
" Gua ga bakal biarin lu mati sebelum nikahin irma....." Ucapnya dengan wajah berkeringat dan nafas berat.
Aku yang melihatnya ingin sekali membawanya pergi dari sini karena dia tidak bisa terus disini. Seharusnya dia berada di laut dengan rekannya dan juga melihat keadaannya yang sudah seperti orang sekarat.
Disaat kami sedang melihat satu sama lain tiba-tiba Yamato berteriak kepada kami dengan panik.
" FAISAL, AMIR AWAS!! "
Kami langsung melihat kearah Arga dan kami melihat dia melempar senjata tajam pada kami yang menuju kearahku. Aku tidak sempat mengelak karena itu cepat sekali aku hanya memejamkan mata dengan menaruh kedua lenganku didepan wajahku.
*SLREP
Darah yang menetes didepan bajuku aku membuka mataku dan melihat sesuatu yang membuatku sangat syok dan membuat mataku mengeluarkan banjir. Senjata itu menancap didepan mataku tapi tidak menusukku tapi, Amir yang tertusuk senjatanya. Aku ternganga dan sangat syok hingga seluruh tubuhku lemas.
" Amir......" Ucapku sekali lagi
Amir tidak menjawab dan hanya mematung didepanku yang menghadap Arga.
" AMIRRR!!!! " Teriak Yamato yang menuju kearah kami.
Setelah beberapa saat barulah Amir tumbang kebelakang dan hampir jatuh ketanah. Aku menangkap tubuhnya yang meneteskan darah dari perutnya yang tertancap oleh senjata itu. Senjata itu berupa pedang panjang yang tipis hingga bisa menembus kulit.
Aku yang melihat wajahnya dan tubuhnya yang lemas dan mulutnya yang mengeluarkan darah langsung menangis sejadi jadinya. Dan Yamato pun sampai menghampiri kami. Amir tidak berbicara dan hanya melihat aku dan Yamato secara bergantian. Saat pandangannya sampai di Yamato, Yamato yang awalnya berdiri langsung duduk bersimpuh ketanah d inian berkata.
" Amir. MAAFIN GUA....! " Dia langsung mengeluarkan air matanya.
" Amir....." Ucapku yang membuatnya melihatku sekali lagi.
" Mir dengerin gua..."
" Mir lu mau Irma bahagia kan? Lu mau ngeliat Irma bisa ke universitas sama ngeliat dia ngejar cita-citanya kan? " Tanyaku dengan terisak.
" Lu mau kita bareng Ampe tua kan? Terus lu mau bikin acara hajatan bareng kita kan? Terus lu mau ngejar cita-cita lu jadi Laksamana? "
" Lu bilang bakal NGENYAKSIIN ITU SEMUA KAN?! " tanyaku dengan kesal dan sangat sedih.
" Plss gua mohon.....jangan pergi sekarang mir....."
" Gua insaf pernah bilang bakal bikin lu ga bisa ngomong lagi mir.....plss ngomong Ama gua sekarang....ngoceh Ama gua sekarang....! Hiks " ucapku dengan tidak bisa menahan tangis lagi.
Aku yang melihatnya tidak bisa berbicara lagi karena mulutku seperti terkunci. Lalu Amir berbicara pada kami dengan tenaga seadanya.
" Sal....."
" Pls gua pengen ngomong sesuatu *ha "
" Apa mir..." Ucapku dengan mendekatkan wajahku padanya
" Lu mau ngomong apa? Langsung aja ngomong Ama gua! "
" Lu......harus bisa jadi jendral sal..."
" Nikahin irma, jadi pasangan yang baik buat dia...."
Aku langsung melihatnya dengan keheranan, tapi aku tidak menghiraukan pikiranku dan lanjut mendengarkannya lagi.
" Lu kalo ingkar janji gua hantuin lu malem-malem...." Ucapnya dengan tersenyum tipis.
" Itu aja pesan gua..."
" Mir..." Ucap Yamato yang melihatnya
Lalu Amir melihat Yamato. Dan Yamato berkata.
" plss mir, jangan pergi...." Ucap Yamato dengan menangis.
" Sorry ges kayaknya gua cuman bisa ngeliat kalian dari atas tapi ga bisa bareng sama kalian. " Jawab Amir yang matanya hampir menutup.
" Mir...., AMIR! " Ucap kami berdua
" Sal....kalo lu ketemu ortu gua bilang aja Amir udah bahagia disini...." Ucap Amir
Dan pada akhirnya Amir menutup matanya dengan sempurna aku dan Yamato sangat terpukul dengan kematian sahabat kami. Yamato hanya mematung dan matanya mengeluarkan air, aku hanya mencoba membangunkan Amir tapi tetap saja Amir tidak mau bangun lagi.
" Mir....Amir! Buka mata lu mir.....! " Ucapku dengan menangis.
" KAPTEN AMIR TEWAS! " Teriak salah satu prajurit yang melihat kami.
Karena teriakan itu semua prajurit yang ada disini menjadi senyap tidak ada suara hanya keheningan saat mendengar kapten Amir mati. Dan jendral Haris juga mendengarnya, dia hanya mematung dan menatap kami dengan wajah yang sangat syok. Tentu saja karena keponakannya mati dan dia tidak bisa menjaga dengan baik.
Lalu Yamato berdiri dan menghadap ke arah Arga, wajahnya dipenuhi dendam yang sangat besar, dan tangannya yang semakin mengeras membuat Arga sadar kalau Yamato sangat marah padanya.
" Kenapa mat? Sahabatmu mati ya...? Hahaha " ejek Arga dengan tertawa.
" Kau bukan penghianat. Tapi IBLIS! " Ucap Yamato dengan melotot.
Aku masih menahan tubuh Amir yang sudah tidak bergerak lagi. Aku masih lemas melihat Amir tidak bergerak lagi, kurasa aku akan trauma dengan benda yg bernama pisau karena sebuah pisau bisa melenyapkan seseorang. Sebelum Amir menghembuskan nafas terakhirnya di berpesan kepadaku.
" Sal...pake pedang gua. Tipis tapi tajam. Lu bisa make itu buat ngabisin pria berbadan besar itu, kalo bisa sekalian juga Arga " pesan terakhirnya padaku.
Aku menaruh tubuhnya di tanah dengan hati-hati, walaupun dia sudah tidak bernyawa lagi tapi entah kenapa wajahnya seperti orang yang sedang tertidur. Jadi aku tidak percaya kalau dia benar-benar sudah mati.
Aku menghampiri Yamato dan memberikan pedang Amir padanya. Lalu dia bertanya padaku.
" Kenapa lu ngasih pedang Amir ke gua? "
" Karena lu yang paling mahir pake pedang ini. Karena kalo gua yang make takutnya bukan cuma mereka berdua yang badannya kepotong. " Jawabku dengan tertawa kecil.
Yamato bersmirik padaku dan mengangguk, lalu aku berkata lagi.
" Bersama-sama kita bisa! "
" Kalian dengar? Ikuti perintah Faisal dan Yamato! " Ucap jendral Haris.
" YA!! " Jawab seluruh prajurit
dynamic Irma and Faisal lucu kalii, tpi kasihani lh si Raka, ditampar muluw :'D
baguss omagahh, gk nyangka sebagus itu jujur. Keep growin' !!