NovelToon NovelToon
DENDAM GUNDIK

DENDAM GUNDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Kumpulan Cerita Horror / Dendam Kesumat / Balas dendam pengganti
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“ARRRGGGHHH! PANAAS! SAAKIIITT!”

Sekar Arum tak pernah membayangkan, setelah dipaksa menjadi gundik demi melunasi hutang orang tuanya, ia justru mengalami siksaan mengerikan dari para perempuan yang iri dan haus kuasa.

Namun, di saat dirinya berada di ambang hidup dan mati, sosok gaib mendekatinya—seorang sinden dari masa lalu yang menyimpan dendam serupa.

Arum akhirnya kembali dan menggemparkan semua orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia kembali dengan membawa semua dendam untuk dibalas hingga tuntas.

Namun, mampukah Sekar Arum menumbangkan musuhnya yang memiliki kuasa?

Atau justru ia akan kembali terjerat dalam luka dan nestapa yang lebih dalam dari sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DG 4

Aroma melati dan minyak misik masih menggantung di udara kamar, bercampur dengan bau tembakau dari kretek yang terbakar separuh di asbak. Kain sprei yang kusut, menandakan baru saja terjadi “pergelutan panas” di kamar itu.

Seorang wanita muda yang menggunakan kemben, mengecup lembut bibir Juragan Karta. “Terimakasih ya uang jajannya, Juragan Tampan. Besok-besok kalau kemari lagi, panggil saya lagi ya. Saya akan membuat Juragan puas kembali.”

Juragan tak menjawab. Ia hanya menggoyangkan tangannya, memberi isyarat agar sang kupu-kupu malam segera pergi. Lalu, pria yang baru selesai melepas hasratnya itu merebah malas di ranjang empuk, menggoyang-goyangkan jempol kakinya.

Namun, Juragan Karta lekas duduk manakala pintu kamar di penginapan itu di ketuk.

“Masuk,” ucap Juragan.

Wagiman, ajudan sekaligus orang kepercayaannya masuk dan berjalan mendekat.

“Ada apa malam-malam begini?” Juragan mendengus.

Wagiman menarik napas lebih dulu sebelum menjawab. “Saya hanya ingin bertanya ... apa perlu saya kirim orang ke rumah besar untuk berjaga-jaga?”

Alis Juragan naik sebelah. “Untuk apa?”

“Nyai Lastri, Tuan. Anda tau sendiri ... kebiasaannya kalau sedang kesal. Terutama dengan para gundik baru.” Wagiman menunduk sedikit, ragu-ragu sebelum melanjutkan, “Arum masih muda, dia sangat cantik—bukankah itu yang sangat tak disukai Nyai? Saya khawatir ... tragedi yang pernah menimpa Larasmi, akan menimpa Arum—”

“Sudah cukup, jangan sebut nama perempuan itu lagi.” Juragan kembali mendengus. “Biarkan saja gadis itu menjadi mainan istriku. Kalau dia mampu bertahan, ya bagus. Kalau tidak? Ya, aku tidak akan rugi apa-apa juga, toh?”

Juragan Karta melanjutkan perkataannya dengan wajah mendongak. “Aku ini kaya, Giman. Tumpukan uang ku bisa membuat aku mendapatkan perempuan mana saja! Tak kah kau ingat, betapa mudahnya aku mendapatkan Sekar Arum—si kembang desa yang selalu jual mahal terhadap pria manapun?!”

Tentu Wagiman ingat bagaimana cara Juragannya mendapatkan gadis yang selalu menjadi buah bibir para pria di desa mereka.

Selain Wagiman dan para rentenir, tak ada yang tau bahwa bisnis judi sabung ayam yang menggerogoti kantong lelaki desa—juga bisnis peminjaman uang berbunga yang menyeret banyak warga ke jurang kemiskinan, sebenarnya milik Juragan Karta sendiri.

Juragan Karta sendirilah yang mengatur semuanya, menjerat para orang tua dengan hutang-hutang yang menumpuk—lalu berujung menggadaikan sisa aset, termasuk anak-anak gadis mereka.

Begitu juga dengan Pawiro, ayahnya Arum. Juragan yang mengincar Sekar Arum sejak lama, mengatur siasat. Memastikan Pawiro selalu kalah dalam berjudi, dan menggerakkan anteknya untuk menawarkan pinjaman uang berbunga.

Pawiro yang sudah hilang akal sehat jika mendengar modal berjudi, tentu langsung tergiur dan menggila. Dan berujung, sang putri lah yang menjadi alat pelunasan hutangnya.

“Tentu saya ingat, Tuan. Anda begitu hebat dalam mengatur siasat. Tetapi, kali ini, bukankah ... Anda akan merugi?” Wagiman menundukkan kepalanya.

“Maksudmu?” Juragan Karta menaikkan sebelah alis.

“Jika Arum tersingkirkan sekarang, bukankah Anda yang paling merugi? Mengingat Arum kedatangan tamu bulanan, tentulah Anda belum sempat mencicipi keperawanannya, bukan? Sementara Anda ... sudah banyak mengeluarkan modal untuk gadis miskin itu. Hutang-hutang bapaknya, apalagi, kemarin ... Anda juga memberikan sepuluh Rupiah kepada lelaki pemalas itu.” Wagiman berusaha mengingatkan.

Juragan Karta memejamkan matanya, menyandarkan kepalanya di sandaran ranjang.

“Kau benar, Giman ...!” bibirnya berdesis seperti ular. “Aturlah, ku serahkan semuanya padamu.”

...****************...

“ARRRGGGHHH! PANAAAASS! SAAAKIIITTT!” Jeritan Arum sungguh menyayat hati manakala Atun—salah satu gundik juragan, menyiram air panas ke punggung dan lengannya.

Semua orang di ruangan itu tertawa keras. Kecuali Madun. Pria baya dengan wajah penuh bopeng itu hanya berdiri—seakan menikmati pemandangan itu.

Arum sudah terkapar lemas, walau kesadarannya belum hilang. Namun, meskipun ia sudah tak berdaya, aksi keji mereka belumlah selesai.

Nyai Lastri menatap Madun dengan senyuman penuh maksud. Ia memberikan titah. “Laksanakan tugasmu, Madun!”

Madun meraup kasar wajahnya, menelan ludah dengan penuh hasrat—lalu mengangguk patuh. Perintah inilah yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi. Ia langsung berjalan mendekat ke arah Sekar Arum, mengangkangi kaki wanita yang sudah babak belur itu—lalu membuka resleting celananya. Dan mengeluarkan benda tumpul berukuran tak seberapa.

Mata pria berwajah bopeng itu menyala seperti serigala lapar. Ia menjilat bibirnya, mengeluarkan napas berat penuh hasrat menjijikkan.

Arum yang masih dalam kondisi sadar, dapat melihat aksi Madun. Ia berusaha menyeret mundur tubuhnya yang sudah lemah. Namun, pergerakan kecil itu tak berarti apa-apa.

“Tolong ... jangan ...,” rintih Arum lemah, tubuhnya gemetar, benar-benar ketakutan.

Namun, Madun mana peduli. Aksinya ini bukanlah yang pertama kali. Ia sudah seringkali menggasak lubang-lubang gundik yang akan disingkirkan Nyai. Bagi Madun, ini namanya rezeki. Dan baginya pula “rezeki tidak boleh ditolak.”

Setelah Madun membuka ikat pinggangnya dan memeloroti celananya sendiri, ia langsung mencengkeram pergelangan tangan Arum dan mulai menyentuh tubuh yang sudah banyak luka itu dengan kasar.

Arum memberontak manakala Madun meremas aset montok miliknya, lalu menjerit kecil ketika Madun menyingkap gaun putih selutut yang ia kenakan—dan menarik kasar kain segitiga yang menutupi area sensitifnya.

“Milikmu benar-benar menggiurkan meski sedang kedatangan tamu bulanan!” Berkali-kali Madun meneguk ludahnya. Ia menciumi wajah Arum dengan kasar.

Arum menoleh jijik ke samping, berusaha memalingkan wajah dari tatapan haus si pria baya dengan kulit wajah tak rata. Tangannya berusaha menggapai apapun, dan beruntung nya ia menyentuh sesuatu—balok kayu panjang dengan ujung yang bergerigi.

Dan tepat saat Madun akan melesakkan bendanya yang tak enak dipandang itu, Arum dengan napas tercekat dan tenaga yang tersisa—mengangkat balok kayu itu setinggi-tingginya.

BUGH!

Balok itu menghantam ubun-ubun Madun, menghentikan semua niat busuknya. Darah segar langsung menyembur dari kepala pria tak sadar usia itu. Madun roboh ke samping, jeritan nya menggelegar. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing disiram air panas.

“L*NTE SIALAN!” pekik Madun.

Jeritan Madun membuat para gundik terkejut. Nyai Lastri pun langsung menatap dengan ekspresi tak percaya. Dalam sekejap, situasi menjadi kacau balau. Tapi, Arum tak memberi waktu. Ia bangkit tertatih, terseok-seok berlari menuju pintu gudang.

“Tangkap dia, G*blok!” titah Nyai panik.

Para gundik langsung berlari, Madun pun turut bangun—ikut mengejar meskipun kepalanya berdenyut nyeri.

“BERHENTI KAU L*NTE!” pekik Madun.

Arum sudah berhasil mencapai pintu, tangannya bergetar saat mencoba membuka kunci. Di belakang, suara teriakan dan langkah kaki mulai terdengar semakin dekat.

Namun, sebelum siapapun berhasil mengejarnya, Arum telah mendorong pintu gudang dengan seluruh tubuhnya, membiarkan udara malam yang dingin menyambut luka dan semangatnya yang masih bertahan.

Sekar Arum berlari ke luar. Darah segar masih menetes dari atas kepala serta wajahnya, napasnya berat, tapi—tubuhnya seperti digerakkan oleh kemarahan dan naluri bertahan hidup. Ia berlari kencang, menelusuri lorong sempit, dan berlari ke arah semak-semak belakang paviliun.

Nyai, Madun serta para gundik masih mengejar, namun malam sudah terlalu gelap.

Arum sudah menelusuri ladang tebu. Berlari ke arah yang ia yakini. Ia berlari ... dan terus berlari tanpa henti—cukup lama. Sampai akhirnya ia menjerit saat tanah di bawah kakinya hancur—dan tubuhnya terperosok ke dalam belukar.

“Aaaakh ...!” Ia menggelinding ke lereng yang terjal. Kemudian jatuh ke Danau Wening Ilang.

Air danau yang tadinya tenang, tiba-tiba berputar kencang. Suara gamelan terdengar samar dari dalam Danau Wening Ilang. Dalam hitungan detik, Sekar Arum lenyap ditelan air.

...****************...

Danau itu selalu tampak tenang. Permukaannya jernih, nyaris tak bergelombang meski angin berembus dari arah barat. Airnya memantulkan bayangan langit dengan sempurna, seolah menjadi cermin antara dunia nyata dan dunia yang tak terjamah manusia.

Danau Wening Ilang, begitulah warga desa menyebutnya. Bermakna hening dan hilang.

Dulu, anak-anak sering bermain di sekitar sana. Namun ketika satu per satu mulai menghilang—tanpa jejak, danau itu jadi momok yang ditakuti.

Konon, setiap malam Jumat Kliwon, suara gamelan halus terdengar dari dasar danau. Suara sinden lirih menyanyikan lagu-lagu yang tak dikenal. Kadang ada pula suara tertawa pelan, atau tangisan bayi yang terdengar jauh dari dalam kabut.

Orang-orang tua percaya, danau itu bukanlah sembarangan danau. Di bawah permukaan airnya, ada dunia lain—dunia yang tidak bisa dijangkau oleh manusia biasa.

Dan kini, Sekar Arum telah masuk ke dalamnya. Tubuhnya menggeliat di dalam air.

‘Siapapun, tolong aku .... manusia, demit, iblis sekalipun ... siapapun yang ada di sini, tolong aku ...!’

*

*

*

1
Sayur segar
kakak author libur ya? aku menunggu dirimu kakak, dimana kah dirimu kakakuuu
Siti Yatmi
junn...suka ya ama arummm ..cieee .salting
vj'z tri
belum beraksi Mpok dah keluar ajj kasih ultimatum 🤭🤭🤭🤭🤭
💕Bunda Iin💕
ini mpo nya junaidi ganggu aj ya😁wong ade nya lgi berusaha jg🤭
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
hahahahaha.. ketawanya nular 😂😂
Mba Ayuu
kayanya udah diambil ngga sih sama Arum waktu itu🥰
Sayur segar
pakai insting alami mbah 🤣
💕Bunda Iin💕: karna cuaca + suasana mendukung😁
total 1 replies
Sayur segar
bener tebakan kami para pembaca budiman 😆
💕Bunda Iin💕: junaudin😂
total 1 replies
istianah istianah
yg di ajak omong si arum ,tapi yg mendengarkan larasmi,😅😅😅😅
istianah istianah
owalah jun" pg tekat mni santek mok intili wong 2 kae ,lawong podo jahate wong 2kae ,nekat mok parani jun"😱😱
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
walah emg bokor nya di ambil ma arum org arum aja tiba2 di pingir danau abis pingsan ya kan
ku rasa bokor itu masih di dasae danau deh
Yuli a
/Joyful//Curse//Joyful//Curse//Joyful//Joyful//Curse//Curse//Joyful/ bokornya udah dihancurin kali ya... atau masih ada di dasar danau dan sulit untuk dijangkau....

atau tusuk konde ya udah nggak ada di dalam bokor lagi...???
💕Bunda Iin💕
jgn sampai ketauan klo itu benar si junaidi
💕Bunda Iin💕
kowe yg mampus madun😡😡😡
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
jun ya
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣selamat mencari harta Karun terpendam dendam nyai ingat harus yang asli gak bisa tipu tipu
Mba Ayuu
bener Arum harus hati-hati karna apess ngga ada di kalender
vj'z tri
mau ke Mbah Jambrong ta nyai 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sayur segar
tolong cabut nyawanya
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
dancukkk... jingan kw.. 🤣🤣🤣🤣

ehh kan si juanidin yg kena tusuk keris
klo sate tusuk daging kambing mah nyosss yaa kann 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!