Hati Yang Berani

Hati Yang Berani

pandangan pertama

BAB 1

Setelah ayahku dipenjara banyak partai yang mempromosikan anggota mereka menjadi presiden baru, dan untuk sementara ini dewan perwakilan masyarakatlah yang mengatur kestabilan negara ini. Banyak yang mencalonkan diri menjadi pemimpin baru dan tidak sedikit dari mereka yang mengunakan taktik untuk membuat masyarakat terpengaruh untuk memilih mereka tapi aku tetap menjalankan tugasku untuk mengabdi negara ini meskipun aku masih mengingat tragedi yang dialami olehku dan ayahku belum lama ini dan itu masih membekas di ingatanku dan mataku yang terluka ini, itu membuatku tidak bersemangat sampai aku bertemu dengannya.

"Huff.... apa yang harus aku lakukan sekarang? Raka kasih solusi dong...."

Raka menjawab dengan wajah yang lesu

"Oyy! Gw juga bingung.. semenjak ayahlu dipenjara nih yah... Ga ada tugas buat kita!.."

Lalu dia menjawab lagi dengan muka terkejut

"Apakah..... Kita tidak dibutuhkan lagi??.."

Aku menjawab sambil memukul pundaknya

"Tidak mungkin apa yang bisa dilakukan negara ini tanpa kita. Haha!..."

"Ayo kita pergi ngirim surat ini...ini dari pak Haris untuk seseorang.."

Raka menjawab dengan wajah sedikit senang

" Ayo! Tapi.... Kemana?"

"Ayo kita ke desa kaki naga untuk mengirim surat ini "

Raka menjawab dengan penuh semangat

"Ayokkk hmmm......"

"Baiklah ayo"

Kami memutuskan untuk pergi kepinggiran kota dengan mobilku setengah jam kami tempuh perjalanan.

Diperjalanan banyak spanduk calon presiden yang baru dan banyak visi misi mereka, dan yang paling sering muncul di visi misi mereka adalah "kesejahteraan untuk rakyat". Kata-kata yang sangat nempel pada mereka.

Aku berkata.

"Wah banyak sekali yang mencalonkan! visi misi mereka juga bagus bagus!"

Temanku menjawab dengan menyeleneh

"Mehh... Itu cuman kata kata bukan perbuatan nyata. Paling habis jadi presiden mereka nyari uang masing masing."

Dalam hati, aku juga sependapat dengan Raka tidak ada yang benar benar bersih disini.

Akhirnya kami sampai di desa kaki naga kondisi disana jauh lebih baik dari terakhir kali aku melihatnya rumah rumah mereka sudah bisa dihuni dengan layak mereka juga menggunakan sandang yang baik. Ternyata (dewan perwakilan masyarakat) bisa menjalankan tugas dengan baik

Saat kami sampai disana masyarakat sangat antusias menyambut kedatangan kami dan dari mereka rela berdesak-desakan hanya untuk melihatku.

"Yaampun seistimewa itukah aku"

Raka: "iye lu doang gw kaga!.."

Kemudian salah satu warga yang dikenal dengan pimpinan mereka yaitu pak Joko datang menghampiri kami

" Selamat datang pak Faisal senang bisa bertemu denganmu lagi"

"Siang pak.. saya kesini ada sedikit urusan hehe" jawabku dengan perasaan malu

Pak joko menjawab

"Tidak apa-apa kau bisa kesini kapanpun kau mau"

Aku menjawab dengan tersenyum

"Terima kasih pak.. senang mendengar itu!"

Setelah perbincangan singkat dengan pak Joko kami pun berkeliling untuk melihat lihat keadaan disana tapi karena Raka izin padaku untuk mencari toilet. Jadi aku mengizinkannya, aku sendiri disini tapi tidak lama

Aku melihat ada anak kecil yang sedang berlarian di sekitar rumah tua yang atapnya hampir roboh dan ada satu wanita yang mengejarnya.

Dan tiba-tiba atap rumah itu jatuh kearah mereka.

" AWAS!! " teriaku

Wanita itu menengok keatas dan melihat atap itu akan mengenai anak itu, wanita itu menghampiri anak itu dan memeluk anak itu.

Aku dengan cepat melindungi mereka berdua dan alhasil aku yang terkena atap itu sakit sihhh tapi karena aku seorang perwira jadi aku sudah biasa...

Lalu aku muali berbicara dengan mereka samebil menahan atap itu

" Kalian gpp? "

Wanita itu refleks menengok kearahku dan disitulah kami saling bertatap muka matanya seperti berlian dan mulutnya seperti kelopak bunga entah kenapa saat aku melihatnya jantungku langsung berdebar kencang waktu terasa berhenti sejenak, wanita itu langsung berdiri.

Wanita itu mulai berbicara padaku wajahnya agak panik

"M-maaf pak Faisal saya hanya ingin melindungi Arif"

Aku menjawab dengan gugup

"Ah-a-iya gpp kok... Saya juga kebetulan lewat sini kok terus lihat kalian mau ketiban tangga engga mungkin saya cuman diem"

Kami hanya saling bertatap dan Saling tersenyum

Tetapi Anak kecil bernama Arif itu mulai bertanya.

"Kok mata pak Faisal yang satu diperban? Pak Faisal buta yaa?..." Dia berkata dengan polosnya.

Wanita itu menjawab anak itu dengan mengomelinya

" Heh.. adek ga boleh gitu sama pak faisal! Cepet minta maaf!"

Aku menjawab

"Ah.. tidak apa, sebenarnya mata saya buta karena tertembak oleh senjata ayah saya makanya mata saya jadi buta.."

Wanita itu menjawab dengan wajah kesihan

" Owh.. kami turut prihatin pak Faisal"

Aku mengangguk untuk mengatakan iya, tidak lama setelah itu wanita itu pergi dengan anak itu, mereka berpamitan denganku dan langsung pergi meninggalkanku sendiri.

"Ah iya.. aku lupa menanyakan namanya"

Aku melihat Raka berlari kearahku

Raka: "ehh lu kemana aja? Gw nyari lu dari tadi!"

Aku menjawab dengan bingung

" O-oh gw cuman jalan jalan sebentar"

Raka pun memiringkan kepalanya dan wajahnya seperti bertanya aku yang melihatnya agak bingung apa yang harus aku lakukan.

"Yaudah... Nih! Gw beli makan

Kami pun pergi mencari tempat untuk makan, dan kami pun menemukan pos ronda kosong, kami memutuskan makan disana, Raka membuka plastik merah itu dan menyiapkan wadah untuk mewadahi baksonya. Bisa bisanya dia membawa Tupperware untuk wadah baksonya, namanya juga Raka haha...

Saat kami sedang makan Raka mulai berbincang kepadaku

"Lu ngapain tadi disana? Kotor lagi baju lu.."

Aku menjawabnya

"Owhh.... Tadi ada kecelakaan sedikit"

Raka: "oh iya... Lu tadi ketemu cewek yaa......"

"Hah?.. kok lu tau?"

Raka: "soalnya tadi gw sempet lihat sebentar lu lagi ngobrol sama cewek

Aku langsung bertanya padanya

"lu udah tau dia?"

lu kenal?"

Raka mulai tersenyum dan menjawab pertanyaanku

"Gw kenal dia, soalnya dia pernah bantu gw disini waktu lu engga ada"

Lalu aku bertanya padanya tentang gadis itu

" E-eh terus lu tau siapa namanya?"

Raka: "aihh... Tumben lu penasaran biasanya lu bodoamat"

Raka mulai tersenyum licik

"Owhh jangan-jangan...... Lu tertarik ya Ama dia..?"

Aku mengelaknya dengan grogi

" Ehh apasihh! Gua cuman pengen tau!"

Raka menjawab dengan tertawa

" Haha tapi pipi lu merah..."

Raka: "itu lu artinya cinta pandangan pertama sal"

"Hahh?....."

Aku berfikir sebentar tentang perkataan Raka apakah dia benar kalau ini cinta pada pandangan pertama? tapi....

Raka: "kalo lu mau kenalan Ama dia gw bisa kenalin lu ke dia"

" Engga gausah "

" Ayo kita ke rumah Amir sekarang "

Aku langsung berdiri merapikan pakaianku. Kami lanjut pergi menemui Amir dia seorang TNI AL ( angkatan laut ) kami disuruh mengirimkan dia surat ini.

Kami akhirnya sampai dirumahnya.

" Ett kalian lama banget.." tanyanya dengan kesal

" Biasa Raka makan dulu.." aku menjawab dengan menunjuk Raka dengan jempolku

" Good job.." Jawab Amir

Lalu Amir mengajak kami keluar di teras rumahnya dan memberitahu tentang pengabdiannya disini.

Saat dia sedang bicara ada beberapa orang yang sedang mengobrol disana, itu adalah wanita tadi!

Lalu Raka sadar aku tidak memperhatikan Amir berbicara dan Raka tau apa yang aku lihat. Dia langsung berbisik dengan Amir.

" Ekhmmm ada yang lagi cuci mata nih " ejek mereka berdua

" Ehh... Apasihh " elakku

Tapi mereka terus menggodaku terutama Raka.

Aku terus mengelak kepadanya tetapi wajahnya seperti tidak ada rasa bersalah sama sekali.

Kelihatannya wanita itu sedang menasehati anak tadi, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka ternyata anak itu adalah anak ibu itu.

Gadis itu menasehati anak itu agar anak itu menurut perkataan ibunya, dia memiliki jiwa seorang ibu yang kuat aku terus memandanginya.

Kemudian Raka mulai menyenggol ku dan berkata.

"Cie....."

Amir juga ikut menggodaku

"Ekhmmm"

"Hah enggak... Cuman liat doang" jawabku dengan gugup

Kemudian ibu itu berbicara dengan anaknya dan menyuruhnya untuk ikut dengannya tetapi anak itu tidak mau mengikuti ibunya dia hanya ingin mengikuti gadis itu.

Kami bertiga segera menghampiri mereka dan mereka seperti terkejut dengan kedatangan kami

"E-eh pak Faisal, pak Amir?..." Jawab ibu itu dengan suara bergetar

Anehnya gadis itu langsung menundukkan kepalanya saat melihatku, aku pikir dia takut denganku. Aku terus melihatnya karena aku penasaran kenapa dia terus menundukkan kepalanya. Tiba-tiba anak itu berbicara pada ibunya.

" Lu berdua doang yang dikenal gua engga?"

Tanya Raka dengan heran

" Soalnya lu engga terkenal" Jawab Amir dengan mengejeknya

"Aku mau ikut mba Irma!!!..." Pinta anak itu dengan merengek

Ibunya menjawab

"Hadehh.... Kamu nih..."

Lalu gadis itu menasehatinya agar anak itu mau mengikuti ibunya dan akhirnya anak itu mau mendengarkannya dan mau mengikuti ibunya.

"Kamu punya jiwa seorang ibu yang kuat ya..." Aku mengatakannya sambil memandangnya.

"Ah..iya dia keponakan saya jadi saya lumayan deket sama Arif.." jawabnya sambil menundukkan kepalanya

"Oh iya...kenapa pak Faisal datang kesini?"

"Oh! Si Faisal mau kenalan sama kamu irmaaa hihi..." Raka mengatakan dengan tertawa nyaring.

" Heh lu apaan sihh"

*Faisal dan Raka berdebat*

"Eee..... Pak?... " Jawab Irma dengan rasa takut

"Ahh iya.... Nama kamu irma kan?" Aku bertanya padanya

" Kamu gausah panggil saya pak kan kita seumuran..."

"Iya... Nama saya Irma" jawabnya dengan nada pelan

"Ah Perkenalkan nama saya Aditya Faisal tapi kamu bisa panggil saya faisal "

"Ah iya nama saya irmanda senja, saya biasa dipanggil Irma"

"Namanya bagus.." jawabku dengan perasaan berdebar

"Ekhemm!!" Itu suara Raka

"Ehhhh!!" Jawab aku dan Irma dengan kompak

"Dari pada kita ngobrol disini mending cari tempat biar bisa ngobrol lebih enak" saran Amir

" Tapi gua engga ikut yaa ada kerjaan dirumah soalnya.."

Kami bertiga mencari tempat untuk mengobrol bersama dan kami memilih menobrol didekat sungai disebelah selatan pinggiran kota.

"Nahh.... Kita disini saja ngobrolnya" kataku dengan nada lelah

"Mmm......kamu...asli orang sini?" Tanyaku

"Iyah aku tinggal disini dengan ibuku"

jawabnya

"Kamu...engga ada rencana buat pindah kota?" Tanyaku

"Hufff..... sebenernya aku mau ngejar pendidikan di universitas negeri INA"

"Tapi....aku engga punya biaya buat masuk kesana"

"Kalo aku yang bayarin mau?" Kataku dengan nada tegas dan senang

"WHAT THE HELL?!" jawab Raka dengan terkejut

"Ehh! Emm......gausah mas aku bakal berusaha sendiri" jawabnya dengan tersenyum dan tawa kecil

Kami bertatap-tatapan sebentar lalu kami sama-sama melihat sunset didepan kami, angin sepoi-sepoi menimpa wajahku aku sedikit senang dan bisa melupakan tragedi yang telah menimpaku.

Setelah melihat sunset aku berpamitan dengan Irma dan mengucapkan terimakasih kepadanya.

"Oke Irma aku sama Raka pamit dulu ya...harap-harap kita ketemu lagi"

"Iya sama-sama makasih juga udah mampir kesini" jawabnya

"Hadehhhh bisa balik ke markas sekarang gw gamau jadi nyamuk doang disini!" Jawab Raka dengan kesal

Aku pun naik ke mobil dan menyuruh Raka yang menyetir.

"Lahh kenapa gw?"

"Gw capek lu sekarang yang nyetir" jawabku dengan lelah dimobil

Kami berangkat dan pergi dari sana aku selalu melihat Irma dari kaca spion mobil rasanya aku tidak ingin meninggalkannya tapi waktu yang tidak membiarkan itu terjadi dengan matahari terbenam aku harus pulang kerumah kalau tidak aku bisa digetok dengan oleh pak haris.

Terpopuler

Comments

Laviee Bloom

Laviee Bloom

tmn editor mu nihh

baguss omagahh, gk nyangka sebagus itu jujur. Keep growin' !!

2025-05-28

1

Susilawati Abdullah

Susilawati Abdullah

bagus cerita nya/Smile/

2025-05-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!