"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Password Ponsel
"Serius kamu yang masak sayang?" Tanya mama Karin kurang percaya jika ternyata menantunya pandai memasak.
"Serius dong, pasti mama tidak percaya kan?" Ucap Lolita tenang.
"Bukan begitu sayang, kamu jangan salah paham." Ucap mama Karin panik , takut sang menantu tersinggung.
"Iya mama, aku paham kok." Jawab Lolita tersenyum menanggapi mertuanya.
Sementara Edgar masih syok mengira jika tadi istrinya pergi meninggalkannya atau bahkan diculik. Bagaimana dia tidak berfikir jauh ke arah sana, sedangkan keadaan rumah memberikan dia pemikiran seperti itu. Pintu rumah yang tidak tertutup, dan Edgar sudah menyusuri seluruh ruangan di dalam rumah yang membuat pria tampan itu cukup kelelahan.
Di saat Edgar hampir frustasi, dia tidak sengaja melihat pintu dapur yang juga terbuka lebar. Ternyata sang istri sedang tidur dengan sangat lelap di kursi goyang di bawah pohon mangga.
Rasa panik, marah dan kesal yang tadi menguasai seketika menguap, kala netra tajam Edgar melihat gurat kelelahan di wajah Lolita.
Kembali ke waktu sekarang, keterdiaman Edgar membuat papa David mengernyit bingung. Bahkan Oma Sinta pun merasa jika cucunya ada masalah.
"Kamu itu sebenarnya ada apa, sepertinya tidak menikmati acara kita?" Tanya Oma Sinta, semua orang mengangguk setuju. Tapi lain dengan istrinya yang tidak peduli. Gadis cantik itu sibuk dengan makanannya.
Audy merasa gemas dengan pasangan suami istri beda usia ini, dimana yang berumur dewasa bersikap layaknya anak kecil yang merajuk. Sedangkan yang masih muda justru tenang bagaikan tidak terjadi masalah.
"Abang sedang merajuk Oma, biarkan saja. Lebih baik kalian semua makan. Aku sudah susah payah memasaknya. Lihatlah jariku sampai terpotong."
Deg
"Sayang... Kamu tidak apa-apa?" Mendengar jika anggota tubuh istri tercintanya terluka membuat Edgar lupa jika dirinya sedang merajuk.
"Ngapain abang peduli, sudah sana teruskan saja aksi diammu itu. Aku mana peduli, sudah tua tapi kayak bocah." Omel Lolita.
Hahaha...
Semua orang tertawa, menertawakan tingkah polah suami istri itu.
Semua orang tua tidak menanyakan perihal alasan Lolita ingin memiliki rumah sendiri secara dadakan. Karena sebelumnya Edgar sudah memberitahukan pada mereka tentang pemikiran istrinya tentang privasi setelah menikah. Beruntung tidak ada yang menentang, seolah apapun yang menjadi pilihan gadis yatim piatu itu adalah yang terbaik. Mereka semua akan selalu mendukung.
Setelah acara makan malam usai dan seluruh tamu yang hadir pulang, rumah besar itu kembali sunyi. Hanya ada suara dua hembusan nafas yang saling bersahutan. Tak lama kemudian, Lolita berlalu meninggalkan sang suami yang masih berdiri di teras rumah. Lolita masuk kamar untuk membersihkan diri, karena rasa lengket di tubuhnya.
Edgar menyusul setelah memastikan semua pintu dan jendela tertutup rapat. Pria itu menunggu Lolita mandi, sementara dirinya menyibukkan diri dengan berselancar di media sosial miliknya. Edgar memilik akun sejak masih kuliah, karena dahulu dirinya adalah ketua BEM yang aktif. Dahinya mengernyit kala ada pesan masuk dari akun yang tidak dikenalnya.
Sedikit tertarik dengan tulisan dalam pesan itu, karena pengirimnya seolah telah mengenal dia sejak lama. Edgar menscroll profil pemilik akun itu, tapi tidak ditemukan apapun. Saking fokusnya menatap layar ponsel, membuat Edgar tidak menyadari jika Lolita sudah berada tepat di depannya. Malam ini Lolita ingin mengulang sesuatu yang menyenangkan.
"Serius amat bang, sepertinya apa yang ada di ponsel abang lebih menarik dari pada sang istri." Sindir Lolita menatap jenuh Edgar.
"Eh... Sayang sudah mandinya?" Ucap Edgar gugup, dan tentu saja hal itu membuat Lolita curiga.
"Abang tidak selingkuh kan?" Tanyanya.
"Astaga, Liliku sayang. Abang sudah cinta mati dengan kamu." Jawabnya.
"Wah wah wah sekarang pandai sekali abang menggombal. Bukankah dulu abang terus berwajah datar dan dingin. Hingga tatapan abang membuat hatiku menggigil." Ucap Lolita sinis.
"Itu dulu sayang, sekarang abang adalah suami kamu. Sudah menjadi kewajiban abang untuk memberikan cinta dan kasih sayang secara luar biasa." Edgar masih bermulut manis.
"Mana ponsel abang, dan perlihatkan padaku apa yang tadi abang lihat." Perintah mutlak seorang istri.
"Lihat saja, tidak ada yang abang sembunyikan." Jawab lantang Edgar.
"Tidak menyembunyikan apapun tapi ponsel saja dikunci. Itu sih omong kosong namanya." Lolita mulai meradang.
"Passwordnya tanggal pernikahan kita sayang." Jawab Edgar seolah selesai, tapi...
"ABANGGGG..." Teriak Lolita marah, dan wajah yang memerah seolah ingin mencakar wajah tampan sang suami.
"Kamu kenapa teriak?" Edgar bingung.
Bug
Bug
Bug
Lolita melempari Edgar dengan bantal dan guling. Bahkan kini tubuh Lolita sudah berada di atas tubuh Edgar. Dengan menggebu, Lolita memukuli sang suami yang menatap bingung dirinya.
"Nikah saja aku tidak tahu kapan pastinya, tiba-tiba sudah hamil. Sekarang abang bilang jika password ponsel tanggal pernikahan kita. Yang benar saja abang." Marahnya.
"Ya Alloh, maafkan abang sayang. Abang sungguh lupa." Sesal Edgar.
"Abang bukan lupa, tapi abang sengaja tidak menyembunyikan semua hal penting dalam hidupku." Lirih Lolita.
Lelah, sungguh Lolita lelah jiwa dan raganya. Rasanya dia ingin menangis sekeras mungkin untuk melampiaskan semua rasa sesak di dada.
"Abang egois." Ucap Lolita sendu.
"Maaf, maafkan abang Lili. Abang sangat menyesal telah bertindak gegabah. Saat itu yang abang pikirkan hanya ingin mengikat kamu dalam hubungan yang serius dan halal."
"Abang takut kehilangan kamu untuk kedua kalinya karena kebodohan abang waktu itu. Abang sungguh tidak bisa berfikir jernih, ketika tatapan mata kamu untuk abang tidak lagi dengan binar cinta. Melainkan kebencian dan luka yang dalam. Maafkan abang, kamu boleh memukul abang tapi jangan lagi membenci. Abang sungguh tidak sanggup menerimanya."
"Baiklah, karena rasa cintaku jauh lebih besar dari rasa marahku. Aku maafkan abang, sekarang katakan tanggal berapa kita menikah dan dimana tempat pastinya." Ucap Lolita.
"Tanggal 1 Januari 2025, saat perayaan tahun baru di rumah almarhum kakek kamu." Jawab Edgar.
Lolita menekan tombol angka pada layar ponsel untuk mencari tahu.
Ternyata banyak sekali foto Lolita di ponsel sang suami. Bahkan ada gambar ketika dia masih berusia kecil dengan penampilan buluknya.
Hingga perhatian Lolita jatuh pada media sosial sang suami yang tidak pernah diketahuinya. Membuka profil dan melihat postingan Edgar, semua adalah tempat penuh kenangan mereka berdua. Tanpa sosok di dalamnya.
Berpindah ke laman pesan masuk, di situlah Lolita akhirnya tahu. Penyebab suaminya fokus menatap layar ponsel. Ada pesan masuk dari seseorang, dan Lolita tahu pasti pengirimnya ini adalah seorang wanita.
"Siapa dia? Kenapa sepertinya dia pernah dekat dengan abang? Jangan pernah bermain api denganku." Tegas Lolita, menatap tajam sang suami yang mendadak ciut nyalinya.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up