NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 25

Zyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ak-aku mau ikut lomba juga, masalahnya ada kerjaan dan mengurus lomba buat kalian. Yakin sekali, pasti kalian menang kali ini."

"Oh, jadi yang ikut aku, Lerry, Megan dan Asya? Yang lain tidak?" tanya Kevin, meremas kertas di tangannya.

"Aku dapat formulir daftar lomba cuman lima orang, tapi terpilih ada 4 dan satu tidak lolos. Kalian keberatan?" tanya Zyan, menatap mereka satu-persatu.

"Perasan yang lomba kami terus, deh? Setidaknya gantian satu-satu, bukan kami terus dan bagi hasilnya sama. Kalau kami kenapa-kenapa gimana? Motorku belum di service." Kevin mendesah pelan, ada rasa ragu dengan keadilan Zyan dalam ketua Klub.

"Kamu bisa meminjam motor lain, Kevin. Jangan ada yang perkecil hati, aku sengaja memilih mereka ikut lomba balap resmi kali ini. Sebab mengetahui kemampuan mereka, kalian jangan salah paham!" ucap Zyan, tersenyum tipis. 

Namun, Livia tersenyum smirk mendengarnya. Percikan api sudah di mulai, ada sesuatu yang direncanakannya nanti. "Baguslah, lakukan apa pun yang kamu sukai Zyan. Tanpa memikirkan komentar mereka kali ini," batinnya tersenyum smirk.

"Ak-aku mau pulang duluan, teman-teman. Sudah larut malam juga," kata Livia tersenyum manis.

"Baik, aku yang mengantarmu." Kevin langsung menyahutnya, merasa nyaman di dekat Livia.

"Boleh, tapi tidak merepotkan kamu kan? Tempatnya lumayan jauh," kekeh Livia tersipu malu.

"Tidak masalah. Kami pergi dulu, bay!" Kevin tersenyum ke arah teman-temannya dan tidak lupa melambaikan tangannya.

Livia mengikuti langkah kaki pria di depannya, lalu mengenakan helm dan naik ke motor.

Zyan dan lainnya menatap kepergian mereka berdua. Sebenarnya ingin mengantar Livia pulang, masalahnya ada Zira dan takut kekasihnya marah besar. 

Jam terus berdetak, membawa Livia dan Kevin tiba di rumahnya. Mereka masuk tanpa banyak bicara. Aroma nasi goreng hangat,  yang baru dibeli di perjalanan mengisi udara. 

Livia membimbing Kevin ke meja makan, tempat yang sederhana tapi selalu terasa hangat baginya. Namun, pikiran sudah melayang, memutar sebuah topik yang sengaja ingin diangkat. "Hmmm... apa Zyan sudah lama nggak ikut balap liar?" tanyanya sambil menatap Kevin, mencoba membaca reaksinya. 

Kevin memutar pandangannya ke seluruh ruangan. Meski kecil, ia bisa melihat dari sorot mata bahwa tempat ini memberinya kenyamanan. "Kamu serius tinggal di sini?" ia bertanya lebih dulu, nada heran melintas di suaranya. "Iya, Zyan memang udah lama tidak ikut balapan—baik yang liar maupun yang resmi. Sejak Wulan ambil alih posisinya waktu itu." 

Livia tersenyum tipis, sedikit puas karena obrolan akhirnya masuk ke arah yang diinginkan. "Hmm ... ya, ini bukan tempat tinggal keluarga besar kami. Cukup jauh dari tempat kerja, jadi aku memilih tinggal di sini," katanya, sebelum langsung menggiring topik kembali ke Zyan. "Oh, jadi dia selalu punya alasan buat tidak ikut balapan? Aku heran, sepertinya kalian dimanfaatkan ya. Seolah-olah Zyan cuma ngasih kalian semua kerja kerasnya sementara dia santai-santai." 

Ucapan itu  Livia bungkus santai, tapi ia tahu kata-katanya mulai menyusup ke pikiran Kevin. 

Sesaat kemudian Kevin mengangguk kecil, ekspresinya mulai berubah, seakan-akan menyetujui apa yang dikatakan. "Kamu tidak sendirian yang merasakan seperti itu," katanya, dengan nada yang tiba-tiba lebih berat. "Aku sama anak-anak yang lain juga sudah lama mikir begitu. Siapa yang capek-capek ikut balapan? Kita. Tapi giliran hasil, semuanya dibagi rata. Tidak masuk akal, kan?" Lalu ia mengalihkan pembicaraan sejenak, mungkin untuk meredam emosi yang mendidih.

"Dan ya, kalau dipikir-pikir, aku ngerti kenapa kamu milih tinggal di sini. Deket sama tempat kerja, kan? Enak juga tempat kamu ini. Aku suka." Kevin terkekeh ringan, mencoba mengendurkan suasana yang barusan terasa tegang. 

Livia tersenyum, puas mendengar pengakuannya. Bibit pengaruh yang kucoba tanam perlahan mulai tumbuh. 

"Terus, apa kamu punya rencana lain? Kalau aku di posisi kamu itu, jelas bakal cari cara biar Zyan gerak cepat," ujar Livia sambil tersenyum manis. Nada bicaranya santai, tapi seolah menantang Kevin untuk mengambil langkah serius. 

Kevin hanya tertawa kecil dan menjawab, "Belum kepikiran sih, nanti aku coba bahas sama yang lain. Oh ya, kapan-kapan mampir ke rumahku, ya? Di depannya ada toko roti keluarga. Siapa tahu kamu mau coba roti buatan keluargaku. Gratis, kok." 

Kevin memainkan kedua alisnya dengan santai, berharap bisa sedikit mengalihkan topik pembicaraan.

"Serius? Kalau gitu, boleh tidak aku minta alamat rumahmu?" tanya Livia, ekspresinya berubah penuh minat. "Kadang aku suka ngadain syukuran kecil di sini. Biasanya aku pesan cemilan kayak roti. Mungkin aku bisa pesan roti buatan keluargamu juga. Anggap aja, ini bentuk dukungan dariku." 

Kevin sempat terdiam beberapa detik, sedikit terkejut dengan niat tulusnya. "Wah, makasih banyak, Liv. Kamu beneran perhatian banget, ya," ucapnya sambil mencatat alamat di kertas. Ada rasa hangat di dalam hati yang perlahan muncul. 

Livia selalu seperti ini—mampu membuat Kevin merasa dihargai, bahkan saat Kevin sendiri kadang ragu pada dirinya sendiri. "Sering banget kamu bantuin aku. Tidak tahu deh, gimana aku balas kebaikanmu nanti," ia menambahkan dengan senyuman, tulus dari hati.

********

Pagi yang cerah menyelimuti kebun anggur. Livia memandangi pekerja-pekerja  yang tengah sibuk merawat tanaman dengan penuh dedikasi. Pandangan matanya tertuju pada setiap pohon anggur yang nampak sehat dan subur. 

Dalam hati Livia, ada rasa lega sekaligus bangga—kerja keras selama ini mulai membuahkan hasil. "Sepertinya kita akan panen besar minggu depan. Buah anggur terlihat sangat bagus, tidak ada hama yang menyerang," katanya sambil mengamati kondisi tanaman. Rasanya seperti sebuah kemenangan kecil atas alam yang seringkali tak dapat diprediksi. Namun, ia  tahu di balik itu, ada kerja keras seluruh tim. 

Reno salah satu pekerja, menanggapi dengan senyum yang tulus. "Iya, Nona. Kami senang melihat hasil yang bagus seperti ini. Ditambah lagi, banyak pesanan dari pelanggan. Semua pekerja jadi tambah semangat karena akhirnya gaji naik dan ada bonus. Terima kasih banyak, Nona. Kami benar-benar merasa dihargai," ucapnya dengan nada penuh syukur. 

Livia hanya mengangguk pelan, tapi dalam hati, ia merasa puas bisa memberi mereka apresiasi. Bukan hanya soal uang, tapi perasaan bahwa kerja keras mereka bernilai. Ada sesuatu yang menenangkan ketika melihat kebahagiaan mereka—mungkin itu juga sumber semangat untuk terus menjalankan usaha ini.

"Lalu, ayo kita ke pabrik," kata Livia akhirnya, melangkah ke arah pabrik yang cukup besar. Suara mesin langsung menyambut telinga begitu mereka masuk.

Pekerja terlihat sibuk, masing-masing sibuk dengan tugasnya. Langkah Livia berhenti ketika seorang pria mendekati mereka dengan wajah serius. 

"Nona Livia, ada seseorang yang ingin bertemu," katanya. 

Hati Livia sempat terhenti sejenak, bertanya-tanya siapa gerangan. Namun, dengan tenang aku mengangguk. "Baiklah, antar saya ke sana. Seseorang, ya?"

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!