Mencintai Sekali Lagi

"Aku bangga pada mu papa"

"Bangga?"

Nolan mengernyitkan dahinya dengan ucapan putranya yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja nya dan duduk di sofa, dengan tatapan seseorang yang memang benar-benar sedang bangga.

"Iya,aku melihat mu tadi di depan dengan mama Lily berpelukan dan kau mengatakan hal yang ingin aku dengar",ujar Theo dengan begitu jelas.

Nolan tersenyum miring dengan ucapan putranya itu yang memang sangat dewasa berbeda dengan anak-anak seusianya.

"Oh iya kalau bisa buat mama Lily tidak usah kembali ke Aussie lagi sebelum kalian menikah", ucapnya dengan enteng membuat Nolan sedikit gemas dengan nya, bisa-bisa nya mempunyai pikiran demikian.

Nolan kemudian mendekati nya dan memberikan penjelasan,"Kamu sayang dengan mama Lily kan?",tanya nya yang kemudian di angguki oleh bocah itu.

"Tentu saja,aku juga mencintai mama Lily bahkan lebih besar dari mu", ucapnya lagi dengan serius hingga membuat Nolan menghela nafas dengan senyum tipis.

"Kalau begitu jangan mengekang mama Lily dengan apapun yang Ia lakukan dan percaya saja kalau dia tidak akan meninggalkan mu kemana pun Ia pergi,itulah kasih sayang dan cinta"

Theo terdiam mendengar nya dan menundukkan kepalanya dengan sedih,"Apa itu artinya kasih sayang dan cinta ku pada mama Lily itu palsu?", gumamnya dalam hati, kemudian tanpa mengatakan apapun Ia keluar dari ruangan itu.

Nolan hanya bisa menghela nafas,Ia mengerti kenapa Theo bisa seposesif itu dengan Lily.

Sementara Theo saat ini setelah keluar dari ruangan kerja Nolan,Ia hendak pergi ke kamar Lily namun Ia berhenti ketika melihat seseorang di balkon sehingga dengan segera dan sedikit berlari Ia menghampiri yang tak lain adalah Lily yang sedang sendirian.

"Mama Lily!",panggil nya sehingga Lily yang sedang duduk sendirian dengan alat lukisan menoleh dengan rambut nya yang di gerai terbang dengan angin sepoi-sepoi dan senyum nya yang lembut dan cantik,hingga Ia berhenti untuk melihat tatapan dan senyuman yang begitu indah itu seperti sosok ibu yang penuh kasih sayang.

"Hai sayang kenapa kau kemari?",sapa Lily dengan lembut dengan melanjutkan lukisan nya di suasana sore yang berlangit jingga itu sehingga membuat jiwa pelukis nya sedang aktif.

Bocah itu kemudian duduk tidak jauh dengan Lily, dengan tatapan yang tak lepas dari wajah cantik wanita yang sedang melukis itu."Apa mama Lily menyayangi ku?"

"Ya tentu saja",jawab Lily sekilas melihat ke arah Theo melontarkan senyumannya kemudian kembali melanjutkan lukisan nya.

"Mencintai ku juga?"

Lily tidak menjawab dengan terus melanjutkan lukisan nya yang hampir selesai.

Lama tidak ada jawaban membuat bocah itu tersenyum,"Tidak apa-apa selagi mama Lily menyayangi ku itu sudah lebih dari cukup",

"Ya,aku menyayangimu dan juga mencintaimu Theo kecil nya mama Lily,Theo adalah anak kesayangan mama dan juga papa",ucap Lily sembari menunjukkan hasil lukisan nya pada Theo dengan wajah penuh senyum dan keceriaan.

Theo terkejut mendengar ungkapan Lily padanya dan hal yang juga membuat nya terkejut ketika melihat lukisan Lily dimana ada sosok bocah yang sedang berlarian di sebuah taman di samping danau di awasi oleh kedua orangtuanya yang duduk di bawah pohon rindang, lukisan itu benar-benar indah hingga membuat hati siapapun akan tersentuh ketika melihat nya.

"Apa itu aku?",tanya nya polos.

Lily mengangguk kemudian menunjukkan objek manusia yang Ia lukis,"Ini adalah Theo,ini papa Nolan dan ini mama Lily yang sedang piknik", ujarnya membuat Theo tampak berbinar kemudian mengambil lukisan itu.

"Boleh kah aku menyimpan nya dan memajang nya di kamar ku?",tanya nya dengan wajah berbinar dan penuh harap.

"Tentu saja bisa,mama Lily akan meletakkan lukisan ini di kamar Theo"

Theo merasakan matanya panas dan langsung menghambur memeluk Lily dengan erat dengan berusaha agar tangis nya tidak di ketahui oleh Lily.

Di balik pintu masuk ke balkon, terlihat seorang pria berdiri dengan mengusap matanya,"Kak kau bisa tenang di sana,aku sudah menemukan wanita yang juga akan mencintai putra mu seperti bagaimana seorang ibu mencintai anaknya,"

"

"

"

"Whaaaaat!!!"

Suara teriakan di iringi suara gelas yang pecah membuat keributan di pagi hari.

"Melani kau ini kenapa?, kenapa berteriak pagi-pagi begini",jengkel wanita paruh baya yang baru saja duduk di sofa setelah keluar dari kamarnya.

"Apa apa ini Melani?,apa yang terjadi?",tanya Mery sahabatnya bangun dengan wajah bantal, begitupun dengan asisten nya yang bersamaan keluar dengan wajah bertanya-tanya namun cukup khawatir karena menebak apa yang telah terjadi.

"Aku...,aku sudah habis sekarang"

Ucapnya dengan wajah depresi dan terduduk dengan lemas di sofa.Beberapa saat lalu Ia bangun dan pergi ke dapur untuk mengambil buah-buahan dan air minum,Ia menggulir layar ponselnya untuk melihat berita pagi ini dan alangkah terkejutnya Ia setelah melihat berita utama pagi ini yang Ia temukan adalah dirinya.

"Ada apa Melani, katakan pada Mama?",tanya wanita paruh baya itu ikut duduk di sofa dengan meredakan amarahnya tadi.

"Ma,satu-satunya brand besar yang tersisa menggaet ku juga sudah memutuskan kontrak dengan ku,karir ku sudah akan hancur ma",racau nya menutupi wajahnya dengan kedua tangan benar-benar depresi akan hal itu, setelah banyak brand yang bekerja sama sebelum nya dengan nya membatalkan kontrak termasuk brand-brand ternama sekarang Ia harus menerima fakta satu-satunya brand besar yang bisa Ia andalkan sudah ikut membatalkan kerja sama dengan nya.

Sebagai seorang mama, tidak ada yang tega melihat keadaan anaknya demikian,Ia menarik tangan putrinya itu agar tidak lagi menutup wajahnya dengan depresi,"Apa kau bodoh!, hidup mu belum berakhir!,kau adalah anak seorang konglomerat dan papa kamu mempunyai banyak usaha dan mempunyai perusahaan!"

"Model bukan jalan sukses atau karir mu satu-satunya yang bisa membuat mu maju,kamu bisa bekerja di perusahaan atau memegang usaha papa kamu,apa kau ini bodoh itu saja sudah membuat mu depresi berhari-hari?",tegas wanita paruh baya itu yang saat ini memegang wajah putrinya itu,Ia berteriak mengatakan nya agar menyadarkan putri nya itu.

Melani mengabaikan ucapan sang mama,"Mama tidak tau perasaan ku,itu adalah karir yang aku bangun sejak kecil,aku sudah mencintai pekerjaan ku sebagai model ma bahkan aku sudah menganggap nya sebagian dari hidup ku!", ucapnya dengan sedikit berteriak pada sang mama.

Baik Mery dan asisten nya hanya bisa terdiam mendengar keluhan dan perdebatan ibu dan anak itu,karna mereka tidak berani ikut campur.

Bersambung...

Jangan lupa like komen vote ya terimakasih 🙏🤗