(Warning🌶️)
Amina, gadis cantik yang adopsi oleh keluar konglomerat dari sebuah panti asuhan, dan memiliki seorang Kakak angkat bernama Stevan.
Semasa mereka kecil, Stevan selalu memberi perhatian dan kasih sayang sebagai seorang Kakak, hingga dengan berjalannya waktu mereka pun tumbuh dewasa, dan kasih sayang yang diberikan oleh Stevan membuat orang-orang sekitar merasa tak nyaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
memanjat pagar.
...Dengan panik, Nyonya Elsa bergegas melintasi ruangan, langkahnya tergesa menuju pintu utama mansion, dan......
"Tunggu!" serunya, matanya tertuju pada Kevin dan Amel yang bersiap menaiki motor mereka.
"Selamat siang, Tante," sapa Kevin dan Amel bersamaan, langkah mereka terhenti saat menghampiri Nyonya Elsa, lalu dengan sopan mencium tangannya.
"Di mana Amina?" tanya Nyonya Elsa dengan suara lirih yang bergetar, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Maaf, Tante, kami tidak tahu di mana Amina sekarang, itu sebabnya kami datang ke sini," jawab Kevin, nada suaranya juga menunjukkan kepanikan.
"Tidak... putriku..." bisik Nyonya Elsa, pandangannya kosong sebelum berbalik ke arah pintu mansion yang terbuka lebar di belakangnya. "Bi! Cepat telepon putraku dan suamiku sekarang juga! Katakan Amina menghilang, cepat!" teriaknya histeris.
...Mendengar teriakan panik Nyonya Elsa, kepala pelayan dengan sigap menghubungi nomor yang diperintahkan. Sementara itu, Nyonya Elsa, dengan wajah cemas, mempersilakan Kevin dan Amel untuk masuk dan menunggu di ruang tamu yang terasa sunyi. Harap-harap cemas menyelimuti ruangan saat mereka menanti kedatangan Stevan dan Tuan Hernando....
...Sekitar tiga puluh menit kemudian, suara deru dua mobil mewah memecah keheningan. Mobil-mobil yang dikendarai oleh Stevan dan Tuan Hernando itu memasuki pekarangan mansion dengan tergesa. Melihat kedatangan suaminya, Nyonya Elsa tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia segera bangkit dan berlari kecil menyambut Tuan Hernando, tangisnya pecah saat mendekat....
Bruk!
"Tenang, Sayang... aku sudah menyuruh orang untuk mencari Amina," Tuan Hernando menenangkan sambil membalas erat pelukan Nyonya Elsa yang langsung mendekapnya dengan isak tangis.
...Sementara itu, dengan langkah lebar dan raut wajah penuh amarah, Stevan menghampiri Kevin. Tanpa basa-basi, tangannya meraih kerah baju Kevin dengan cengkeraman kuat....
"Di mana Amina?!" tanya Stevan dengan nada membentak.
"Hei, tenang dulu! Aku juga tidak tahu, justru itu alasan kami datang ke sini!" seru Kevin sambil bangkit berdiri dan mencengkeram balik lengan Stevan dengan tatapan menantang.
"Kak! Kak Kevin tidak tahu apa-apa! Kami datang justru untuk memberitahu kalian. Tolong lepaskan Kak Kevin," pinta Amel dengan nada cemas.
...Dengan dengusan kesal, Stevan mencengkeram kerah baju Kevin sejenak sebelum melepaskannya kasar. Ia kemudian berbalik, melangkah menjauh sambil merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel....
...Amel memperhatikan keluarga kecil itu. Kehangatan dan kasih sayang yang mereka curahkan pada putri angkat mereka, seolah anak kandung sendiri, menusuk hatinya. Rasa iri dan dengki semakin membara dalam diri Amel....
Apa hebatnya gadis yatim itu? pikir Amel sinis, kedua tangannya terkepal erat. Sampai-sampai semua orang panik begitu? Dia tidak akan mati hanya karena di dalam toilet.
🌺
🌺
🌺
...Hari semakin sore, namun keberadaan Amina belum ditemukan. Kevin menolak untuk pulang, dan akhirnya Amel pun ikut tetap berada di sana menyaksikan kepanikan keluarga Salvador....
"Apa semua CCTV jalan raya kampus sudah diperiksa?" tanya Tuan Hernando kepada asistennya.
"Iya, Tuan. Namun, kami tidak menemukan jejak Nona," jawabnya.
...Stevan duduk terdiam, berpikir keras. Tiba-tiba, ia bangkit dari duduknya, meraih jasnya, lalu pergi tanpa pamit....
"Hei! Kau mau ke mana?" pekik Tuan Hernando menatap punggung lebar Stevan.
"Telepon orang-orang kampus untuk membuka gerbang. Aku yakin Amina masih berada di kampus itu," jawab Stevan sambil memakai jasnya, lalu masuk ke dalam mobil.
Deg!
...Jantung Amel berdetak tak karuan. Ia pikir mereka akan menunggu hingga esok hari, karena sejak tadi Stevan hanya duduk terdiam menatap kosong laptopnya yang sedang menayangkan rekaman CCTV jalan raya yang didapatkan oleh asisten Tuan Hernando....
Semoga saja mereka tidak mencurigaiku, batin Amel sambil menelan ludah dengan kasar.
"Amel, ayo kita ikut," ajak Kevin sambil bangkit dari sofa dan berjalan keluar.
...Amel segera menyusul. Mereka pun pamit untuk menyusul Stevan yang sudah berangkat lebih dulu. Kevin segera mengendarai motor sportnya membonceng Amel meninggalkan mansion menuju kampus....
🌺
🌺
🌺
...Setibanya di depan pintu pagar kampus, Stevan segera melompat turun dari mobil dan tanpa permisi memanjat pagar besi. Tindakannya ini mengejutkan sekuriti yang sedang berjaga di pos. Sekuriti itu menghampirinya dengan niat menegur, namun begitu melihat Stevan, keberaniannya langsung menciut....
"Malam, Tuan," sapa sekuriti sambil membungkuk hormat.
"Apa kalian sudah memeriksa seluruh area kampus?" tanya Stevan dengan napas terengah-engah.
Sekuriti itu tampak bingung sejenak, lalu mengangguk ragu. "Iya, Tuan," jawabnya.
"Cepat, ikut saya dan periksa sekali lagi," perintah Stevan sambil berjalan pergi.
...Sekuriti itu langsung bingung dan mengikuti Stevan dari belakang....
...Di depan pintu pagar, Kevin dan Amel pun tiba. Kevin segera memanjat pagar lalu membukakan gerbang untuk Amel. Setelah memastikan Amel masuk dan aman di depan pos sekuriti, Kevin langsung berlari meninggalkan tempat itu....
"Cih, menyebalkan," gumam Amel sambil duduk santai dan mematikan game di ponselnya.
(Bersambung)