Kirana perempuan yang di paksa kuat oleh keadaan,dia selalu merasa tidak adil dengan hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azelll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
malam pun tiba kini Aira tengah makan di ruang makan sendirian karena yang lain sudah makan, Aira lebih memilih makan sendiri daripada harus makan bersama keluarganya Karena ia merasa akan kenyang makan ucapan daripada makan makanan.
"bagaimana latihan ballet kamu?" tanya Bram tak lain papa Aira.
"baik-baik aja pah"jawab pelan.
"papa apa aku tidak bisa berhenti di balet, aku merasa kurang cocok aku lebih suka melukis dari pada ballet." ucap Aira pelan.
"sudah berapa kali saya bilang kalau balet ya balet nggak usah menentang kamu, lagian buat apa melukis itu nggak ada manfaatnya cuman coret-coret nggak jelas." ucap Bram.
"Tapi pah."
Bram langsung melemparkan piring ke arah aira dan langsung mengenai kepalanya,bram langsung menarik rambut aira dan melemparnya ke dinding .kini aira tengah meringis kesakitan,luka yang kemarin di dapatkan belum reda sekarang malah dapat lagi, sungguh malang nasib aira.
"Kamu tidak usah banyak mau masi untung kamu masih sekolah" bentak Bram.
"tapi Pah aku berhak juga milih kehidupan aku, ini kehidupan aku, hidup aku aku yang urus bukan papa, papa dari dulu selalu pilih kasih, sama kakak aja papa nggak nuntut apa-apa tapi sama aku papa nuntut banyak hal apalagi yang tidak aku sukai."teriak Aira.
Bram langsung menampar lalu menginjak tangan aira kini dia tengah emosi melihat aira yang selalu saja melawannya
"Kamu tidak usah berteriak di depan saya di mana sopan santun kamu berteriak seperti itu di depan orang tua." bentak Bram.
"nggak usah tanya sopan santun dan menghargai,sikap seperti itu aja nggak ada di diri papa "aira tersenyum miris.
"berani kamu berbicara seperti itu sialan "bram menendang wajah Aira, kini Bram tersulut emosi kakak-kakaknya hanya bisa melihat ia tak bisa membantu adiknya karena takut akan dimarahi juga, ibunya tidak ada di rumah dia lembur di butiknya.
"aku anak papa bukan sih, kenapa papa memperlakukan aku berbeda dengan mereka."isak tangis Aira yang terdengar pilu. "aku juga capek Pah aku capek, setiap hari jadi Samsak tinju papa aku pengen ngejalanin hidup aku sendiri aku mau ngelakuin apa yang aku suka bahkan aku nggak ngapa-ngapain aja tetap kena amukan papa."ucap Aira.
"karena kamu susah diatur makanya kamu seperti ini" bram menendang perut Aira lalu berjalan ke arah ruang kerjanya.
kini aira tergeletak tak berdaya di lantai aira menatap kakaknya dengan miris tidak ada yang mau menolongnya kakak-kakak Aira memandang aira dengan tetapan sedih tapi tidak bisa apa-apa kini aira bangun dan berjalan ke kamarnya dengan menahan rasa sakit di badannya ia rasanya ingin sekali mati namun dia tidak mau,aneh bukan banyak manusia seperti itu namun mereka masi menganggap dirinya belum pantas untuk menghadap ke tuhan karena amal-amal yang di lakukan di dunia belum cukup
Di kamar aira tengah mengobati luka di kepalanya dia menangis melihat nasibnya seperti ini,seperti di anak tirikan oleh keluarganya,siapa yang tidak sakit hati kalau di perlakukan seperti itu oleh keluarga sendiri.dia hanya bisa melampiaskan rasa sakitnya dengan melukis dan lukisan itu lah yang menggambarkan kondisinya
Hallo semua bantu ramein cerita aku dong,aku juga baru pemula kok bikin cerita,aku bikin cerita sekalian curhat jadi disini campur kisah nyata dan karangan ya