NovelToon NovelToon
Topeng Kemiskinan - Rahasia Sang Putri Yang Terkhianati

Topeng Kemiskinan - Rahasia Sang Putri Yang Terkhianati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Anatasya menyembunyikan identitasnya sebagai putri bungsu keluarga konglomerat dari suaminya. Ia membantu Adrian membuka perusahaan. Tapi siapa sangka ternyata Adrian tidak pernah mencintai Anatasya, dia bahkan jijik dengan bau amis yang melekat pada tubuh istrinya.

Suatu hari, Adrian menceraikan Anatasya dan mengungkapkan bahwa dia memiliki pacar, yaitu Clara, seorang wanita kaya dan cantik yang merupakan adik sepupu dari keluarga Santoso.

Anatasya merasa hancur dan terhina. Tasya akan membuat orang yang menyakiti nya membayar mahal dibantu oleh ketiga abangnya. Damian, Julian dan Rafael.

Ketiga Abangnya tidak akan membiarkan adik bungsu mereka terluka.

Bagaimana reaksi Adrian dan keluarga nya setelah mengetahui jika wanita yang selama ini mereka hina adalah putri konglomerat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Rencana Licik Clara

Di tengah malam yang sunyi, di sebuah apartemen sederhana yang terasa begitu asing bagi Adrian, percakapan serius terjadi. Adrian, dengan wajah tertunduk dan suara lirih, menceritakan segala yang terjadi di kediaman Santoso kepada ibunya, Jamilah. Ia mengungkapkan identitas Anatasya yang sebenarnya, bukan lagi seorang wanita biasa penjual ikan di pasar, melainkan seorang wanita terhormat dari keluarga terpandang.

Jamilah, yang duduk di sofa usang dengan mata membelalak, mendengarkan setiap kata putranya dengan keterkejutan yang luar biasa. Ia merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Mimpi-mimpinya untuk hidup mewah dan bergelimang harta, yang baru saja ia nikmati sekejap melalui kesuksesan Adrian, kini terasa seperti pasir yang lolos dari genggaman. Usaha putranya di ambang kehancuran, dan semua itu karena kesalahannya sendiri, karena ia telah meremehkan dan menyakiti Anatasya.

Kilasan balik memenuhi benak Jamilah. Ia ingat dengan jelas pertemuan pertama Adrian dengan Anatasya. Saat itu, mereka begitu yakin bahwa wanita itu hanyalah seorang gadis sederhana, sebatang kara, yang kehidupannya bergantung pada hasil berjualan ikan di pasar tradisional.

Mereka melihat Anatasya sebagai sosok yang lemah dan mudah dimanipulasi, seseorang yang bisa mereka peras kekayaannya dan manfaatkan setelah Adrian menikahinya. Betapa ironisnya kenyataan yang kini terungkap.

Penyesalan mendalam menghantam Jamilah. Ia tidak menyangka bahwa wanita yang dulu ia pandang sebelah mata ternyata memiliki latar belakang keluarga yang begitu kuat.

Kebenaran ini terasa seperti pukulan telak bagi egonya yang selama ini meninggi. Ia merasa bodoh dan tertipu oleh asumsinya sendiri.

Dalam keputusasaan, Jamilah meraih tangan Adrian, air mata mulai membasahi pipinya yang keriput.

"Nak, kamu harus kembali pada Anatasya," pintanya dengan suara tercekat.

"Mungkin saja wanita itu masih memiliki sedikit rasa cinta untukmu. Ibu ingat betul betapa cintanya dia padamu dulu, cinta mati bahkan."

Sebuah senyum tipis penuh harap terbit di bibir Jamilah, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, tanpa mereka sadari, di balik pintu yang sedikit terbuka, Clara berdiri membeku. Ia mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan Jamilah dan Adrian.

Rencana rujuk itu bagai petir yang menyambar hatinya. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Jamilah, wanita yang selama ini mendukungnya, kini berbalik arah dan menginginkan Adrian kembali pada mantan istrinya.

Dengan langkah marah, Clara mendorong pintu hingga terbuka lebar dan masuk ke dalam apartemen.

"Apa-apaan ini, Tante?" serunya dengan nada tinggi, matanya berkilat marah menatap Jamilah.

"Kenapa Tante tiba-tiba ingin Adrian kembali pada wanita itu? Bukankah Tante sendiri yang menyuruh Adrian menceraikannya dan memilihku?"

Jamilah, yang terkejut dengan kedatangan Clara yang tiba-tiba, menatap wanita itu dengan tatapan dingin dan penuh penyesalan.

"Clara," ucap Jamilah dengan nada sinis, "Ternyata mataku buta selama ini. Aku dibutakan oleh ambisi sesaat. Kamu... kamu hanyalah anak haram yang tidak diakui keberadaannya. Kamu tidak punya apa-apa. Sementara Anatasya... dia adalah wanita terhormat, dari keluarga kaya raya. Aku bodoh telah melepaskan menantu kaya demi wanita sepertimu." Kata-kata Jamilah bagai anak panah beracun yang menghujam hati Clara.

Perdebatan sengit pun tak terhindarkan. Clara mencoba membela diri, mengingatkan Jamilah tentang janji-janji dan dukungan yang selama ini ia berikan. Namun, Jamilah tidak lagi peduli.

Penyesalannya karena telah kehilangan kesempatan untuk menjadi kaya raya membuatnya buta terhadap perasaan Clara. Ia terus menghina dan merendahkan Clara, melampiaskan kekecewaannya pada wanita yang dulu ia puja-puja.

Adrian, yang sedari tadi hanya diam menyaksikan pertengkaran kedua wanita itu, kini menunjukkan sikap dingin dan sinis terhadap Clara. Ia tidak membela wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu.

Kebenaran tentang latar belakang Anatasya dan potensi kekayaan yang hilang membuatnya menyesali keputusannya untuk meninggalkan mantan istrinya.

Clara merasa dipermalukan dan dikhianati. Air mata kemarahan dan keputusasaan mengalir di pipinya. Ia tidak menyangka bahwa Jamilah dan Adrian akan berbalik menyerangnya seperti ini.

Dalam hatinya yang terluka, dendam mulai membara. Ia tidak akan membiarkan Anatasya bahagia. Ia akan membalas dendam, meskipun ia lupa bahwa ia pernah meminta maaf pada wanita itu atas segala perbuatannya.

Clara meninggalkan apartemen Adrian dengan hati hancur dan dipenuhi amarah. Ia merasa dipermainkan dan direndahkan oleh Jamilah dan Adrian.

Permintaan maaf yang dulu ia ucapkan pada Anatasya kini terasa seperti kebohongan belaka. Dendam membara di dadanya, membutakan akal sehatnya. Ia bersumpah akan membuat Anatasya menderita, sama seperti ia menderita saat ini.

Dalam benaknya yang kalut, Clara mulai menyusun rencana pembalasan.

***

"Tasya, kapan kamu ceritakan tentang hubungan kita?" bisik Damian lembut, namun penuh harap, saat mereka berpapasan di ambang pintu ruang makan, tempat keluarga besar Anatasya sudah berkumpul. Aroma masakan rumahan yang menggugah selera bercampur dengan riuh rendah percakapan, menciptakan suasana hangat dan akrab.

Anatasya yang sedang membantu ibunya menata piring di meja makan, sedikit terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Damian. Ia menoleh dengan alis terangkat, mencoba menyembunyikan rona merah yang mulai menjalar di pipinya. "Hubungan apa?" jawabnya pura-pura tidak mengerti, berusaha menjaga nada suaranya tetap biasa.

Damian mendekat selangkah, membungkuk sedikit agar bibirnya sejajar dengan telinga Anatasya. "Bukankah saat ini kita pacaran, kan?" bisiknya lagi, kali ini dengan sentuhan lembut di lengannya yang membuat jantung Anatasya berdebar lebih kencang. Tatapannya penuh arti, seolah mengingatkan Anatasya pada momen-momen kebersamaan mereka yang terasa begitu istimewa.

Anatasya merasakan kehangatan menjalari tubuhnya. Ia ingat jelas setiap detik kebersamaan mereka, mulai dari percakapan-percakapan panjang di malam hari, tawa renyah saat menonton film komedi, hingga genggaman tangan yang terasa begitu nyaman dan melindungi. Namun, untuk mengakui status hubungan mereka di depan keluarga besarnya adalah hal yang berbeda. Ada sedikit rasa gugup dan malu yang bercampur aduk di benaknya.

"Ngomong apa sih?" sahut Anatasya lagi, kali ini dengan nada yang lebih pelan, berusaha menghindari tatapan mata Damian yang intens. Ia mengalihkan pandangannya ke arah meja makan, pura-pura sibuk merapikan beberapa peralatan makan yang sebenarnya sudah tertata rapi.

Damian tidak menyerah. Ia sedikit menjauhkan diri, namun tatapannya tetap tertuju pada Anatasya. "Bukankah sudah jelas, waktu itu di taman hiburan kalau kita..." Damian menggantungkan kalimatnya, senyum misterius bermain di bibirnya. Matanya menatap Anatasya dengan tatapan memuja, seolah hanya mereka berdua yang memahami kelanjutan dari kalimat yang tak terucapkan itu. Anatasya bisa merasakan pipinya semakin memanas. Ia ingat jelas malam di taman hiburan, di bawah gemerlap lampu-lampu yang menari, saat Damian dengan berani mengungkapkan perasaannya.

"Tasya! Damian!" Suara Linda, ibunda Anatasya, yang memanggil dari ruang makan memecah ketegangan yang tercipta di antara keduanya. Nada suaranya terdengar sedikit meninggi, mungkin karena menyadari kedua anak muda itu tampak sedang berbisik-bisik.

"Iyah, Bu," jawab Anatasya buru-buru, merasa sedikit lega dengan interupsi ibunya. Ia segera menjauhkan diri dari hadapan Damian, berjalan cepat menuju ruang makan tanpa berani menatap mata pria itu.

Damian hanya terkekeh pelan melihat tingkah canggung Anatasya. Ia tahu gadis itu hanya sedang salah tingkah. Senyumnya semakin lebar membayangkan bagaimana reaksi keluarga besar Anatasya nanti saat mendengar kabar bahagia ini.

"Ayo makan!" seru Linda lagi, kali ini dengan nada yang lebih ramah, saat Anatasya dan Damian akhirnya tiba di ruang makan. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Anatasya merasakan jantungnya berdebar lagi, kali ini bukan hanya karena Damian, tapi juga karena tatapan penuh selidik dari anggota keluarganya yang lain. Ia melirik Damian yang kini duduk di kursi seberangnya, tersenyum lebar seolah tidak terjadi apa-apa. Anatasya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Malam ini akan menjadi malam yang panjang, pikirnya.

"Oh yah Damian, putri temanku baru saja pulang dari luar negeri. Mau coba ketemu tidak?" tanya Gerald.

"Nggak usah jodohkan kak Damian!" celetuk Anatasya tidak menyadari bahwa ucapan nya akan menjadi bumerang untuknya.

"Gimana nggak di jodohkan, kakak mu belum punya pacar." jawab Linda.

"Punya kok." jawab Anatasya pelan.

"Kak Damian punya pacar kok, aku saksinya." ucap tegas Julian.

"Benarkah?" tanya antusias Linda senang.

"Putri keluarga mana? kalau sudah pacaran berarti harus tanggung jawab. Tinggal kita atur pernikahan."

"Ayah masih terlalu jauh. Aku memang menyukainya tapi belum bilang." jawab Damian.

"Tunggu apa lagi?" tanya Linda.

"Cepat bilang pada gadis itu!" tambahnya.

"Dia mungkin sudah tahu. Akan ku tanya malam ini." Anatasya yang tadi hendak minum menyemburkan air mendengar ucapan tegas Damian.

Semua melirik ke arah Anatasya.

"Hati-hati sayang." tegur Linda.

Damian, Julian dan Rafael hanya tersenyum jahil.

Suasana ruang makan yang tadinya hangat dan penuh tawa tiba-tiba diwarnai oleh pertanyaan Gerald, paman Damian. "Oh ya, Damian, putri temanku baru saja pulang dari luar negeri. Mau coba ketemu tidak?" tanyanya santai, sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

Sontak, Anatasya yang sedang menikmati hidangan pembuka, merasa terusik. Tanpa sadar, terlontar celetukan dari bibirnya, "Nggak usah jodohkan Kak Damian!" Ucapan itu keluar begitu saja, tanpa ia pikirkan dampaknya.

Seketika, semua mata di meja makan tertuju padanya. Linda, ibunda Anatasya, menimpali dengan nada heran, "Gimana nggak dijodohkan, kakakmu belum punya pacar." Ada nada menggoda dalam ucapannya, namun juga sedikit prihatin.

Anatasya menyadari kesalahannya. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Dengan suara pelan, hampir tak terdengar, ia menjawab, "Punya kok."

Julian, adik Damian yang duduk di sampingnya, langsung menyahut dengan nada penuh keyakinan, "Kak Damian punya pacar kok, aku saksinya." Ia menatap Linda dan Gerald dengan tatapan meyakinkan.

"Benarkah?" tanya Linda, matanya berbinar-binar penuh antusias. "Putri keluarga mana? Kalau sudah pacaran berarti harus tanggung jawab. Tinggal kita atur pernikahan." Nada bicaranya berubah menjadi serius, namun tetap menyimpan kebahagiaan.

Damian yang sedari tadi hanya menyimak percakapan, akhirnya angkat bicara. "Ayah, Ibu, ini masih terlalu jauh. Aku memang menyukainya, tapi aku belum bilang." Ia menatap kedua orang tuanya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Tunggu apa lagi?" tanya Linda dengan nada tak sabar.

"Cepat bilang pada gadis itu!" tambahnya, seolah memberikan perintah yang tak bisa dibantah.

"Dia mungkin sudah tahu," jawab Damian dengan senyum misterius. "Akan kutanya malam ini."

Anatasya yang baru saja mengangkat gelas berisi air hendak minum, tiba-tiba tersentak mendengar ucapan tegas Damian. Air di dalam gelas menyembur keluar, membasahi sebagian wajah dan bajunya. Ia terbatuk-batuk kecil, merasa malu dan terkejut secara bersamaan.

Seketika, semua mata kembali tertuju padanya. Linda dengan sigap memberikan tisu sambil menegur lembut, "Hati-hati, sayang."

Sementara itu, Damian, Julian, dan Rafael, sepupu Anatasya yang juga hadir di meja makan, hanya bertukar pandang dan tersenyum jahil. Mereka seolah mengerti ada sesuatu yang sedang terjadi di antara Anatasya dan Damian. Anatasya hanya bisa menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rona merah yang kembali menjalar di pipinya. Suasana di ruang makan menjadi sedikit canggung, namun juga dipenuhi rasa penasaran dan sedikit geli. Anatasya tahu, malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Heny
Duh clra gk malu y sok kenal sok akrab
Heny
Knp clara dan anastasya gk saling knl y
Heny
Baru kaya dkt sdh sombong
Ma Em
Clara tdk ada kapok2 nya sdh minta maaf malah skrg bertambah gila mau membuat Tasya menderita , siap2 saja Clara pasti hidupmu akan hancur dan untuk bu Jamilah dan Adrian sekarang kamu baru sadar dan baru tau bahwa Tasya adalah anak seorang pengusaha sukses Adrian menyesalkan karena sdh membuang berlian hanya untuk kerikil yg tajam pasti akan menusukmu Adrian
Ma Em
Thor kapan waktunya Adrian dan keluarganya tau bahwa Anatasya adalah putrinya Santoso, mau tau reaksi Adrian dan keluarganya begitu juga dgn Clara dan usaha si Adrian bangkrut agar si Andin dan ibunya yg sombong itu merasakan hdp nya susah lagi.
Ma Em
Kenapa sih Anatasya sama ibunya Adrian ditampar kok diam saja Ana itu bkn sabar tapi kamu terlalu bodoh jadi orang masa setiap di buly sama keluarga Adrian dan selalu dihina Ana diam saja tdk melawan heran saja ada orang dihina ditampar biasa saja , coba tunjukan Ana pada Adrian dan Clara bahwa kamu benar putri bungsu santoso kayanya punya empat kakak yg sangat menyayangi Anatasya tapi waktu Ana dihina dan tampar kok tdk ada yg belain , jadi ga seru karakter si Anatasya nya terlalu lemah
Ma Em
Thor maaf up nya yg banyak lagi seru2nya habis , ga sabar mau tau Adrian dan keluarganya hancur.
Ma Em
Fans apaan begitu fanatik hanya membahayakan orang saja .
Ma Em
Adrian pasti menyesal karena sdh menyakiti dan menyia nyiakan putri dari keluarga Santoso malah memuja muja si anak haram dari keluarga Santoso si Clara, si Adrian sdh salah pilih berlian yg sdh ada digenggaman malah Adrian lepaskan dan di tukar dgn tembaga
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novelku berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih. /Joyful/
total 1 replies
Ma Em
Thor tambah dong bab nya lagi seru banget ingin melihat reaksi tiga orang ini Adrian, Winda dan Clara setelah tau kalau Tasya adalah putri bungsu pak Santoso ditunggu thor upnya lagi.
Ma Em
Clara ngaku2 adik Rafael padahal teman2 Rafael sdh tau adik Rafael adalah Tasya bakalan malu tuh si Clara yg pede banget ngaku dari keluarga Santoso apalagi si Adrian dan si Winda kalau tau Tasya putri bungsu Santoso bakal pingsan dia.
Ma Em
Adrian dan keluarganya menghina Anatasya kok ga berhenti2 hina Tasya coba tunjukan sama kamu Tasya bahwa kamu putrinya tuan Santoso bungkam tuh mulut si Clara yg cuma anak selingkuhan saja kok bangga juga sama si Adrian sama keluarganya agar si Adrian menyesal karena sdh membuang berlian dan ngambil yg imitasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!